Kapolres Teluk Bintuni AKBP Choiruddin Wachid merespons dugaan kejanggalan keluarga dalam kasus hilangnya mantan Kasat Reskrim Iptu Tomi Samuel Marbun saat operasi penangkapan kelompok kriminal bersenjata (KKB). AKBP Wachid membantah tudingan keluarga, mulai dari kronologi kejadian hingga pembatalan helikopter.
"Saya juga membantah tudingan keluarga Iptu Tomi Samuel yang menduga adanya kejanggalan dalam insiden dimaksud, antara lain perbedaan penyampaian kronologis peristiwa, pembiayaan operasi penangkapan KKB, dan pembatalan helikopter," kata AKBP Wachid kepada wartawan, Rabu (19/3/2025).
Wachid menjelaskan, Iptu Tomi hanyut terbawa arus ketika menyeberangi Sungai Rawara. Tomi bersama personel lainnya disebut hendak memantau aktivitas pentolan KKB Marthen Aikingking yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) pada 18 Desember 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Informasi soal insiden yang menimpa eks Kasat Reskrim Iptu Tomi Marbun disampaikan oleh komandan Batalyon, setelah menerima laporan dari anggota Satgas Yonif 642/Kapuas menggunakan HT satelit. Informasi itu langsung ditindaklanjuti tim gabungan TNI-Polri," bebernya.
Wachid juga menuturkan, upaya pencarian Iptu Tomi telah dilakukan selama 14 hari terhitung sejak 18-31 Desember 2024 untuk tahap pertama, dan dilanjutkan pada 27 Januari-3 Februari 2015 tahap kedua. Semua informasi, kata dia, baik itu kronologis kejadian sampai proses pencarian telah disampaikan ke pihak keluarga.
"Saya juga membantah keterangan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR RI soal larangan kepada ibu-ibu Bhayangkari mengunjungi rumah Iptu Tomi untuk memberikan penguatan kepada Riah Tarigan (istri Iptu Tomi). Saya berani bersumpah, tidak ada yang saya tutupi dari insiden ini. Saya pimpin langsung pencarian Tomi, karena saya anggap seperti adik kandung saya," tegasnya.
Dia kemudian mengungkapkan jika lokasi hilangnya Iptu Tomi masuk kawasan zona merah. Sebab di sekitar wilayah tersebut sering terjadi kontak tembak antara TNI-Polri dengan KKB.
"Kawasan pencarian Iptu Tomi Marbun merupakan zona merah karena sering terjadi kontak senjata antara anggota TNI-Polri dengan KKB, sehingga helikopter perusahaan swasta tidak diperkenankan terlibat dalam misi itu," jelasnya.
Belakangan, dia menyebut pihaknya mendapat bantuan helikopter milik Satgas Damai Cartenz. Sehingga helikopter itulah yang digunakan untuk melakukan penyisiran dari udara.
"Polres Teluk Bintuni kemudian mendapat bantuan helikopter milik Satgas Damai Cartenz untuk melakukan pencarian Iptu Tomi dan penggunaan drone tempur, namun belum membuahkan hasil yang maksimal," imbuhnya.
AKPB Wachid pun menegaskan tidak ada yang ditutup-tutupi terkait hilangnya Iptu Tomi. Dia juga menepis tudingan bahwa dirinya hanya mengejar pangkat.
"Saya berani bersumpah, tidak ada yang saya tutupi dari insiden ini. Saya pimpin langsung pencarian Tomi, karena saya anggap seperti adik kandung saya. Saya tepis tudingan keluarga Iptu Tomi soal saya mau kejar pangkat Kombes Pol. Itu tidak benar, saya tidak gila jabatan. Saya minta sertijab saya jadi Kabid Propam Polda Papua Barat Daya juga ditunda dulu," terangnya.
"Saya siap menjalani pemeriksaan terkait hilangnya mantan Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni Iptu Tomi Samuel Marbun saat menjalankan operasi penangkapan KKB di daerah itu. Saya siap diperiksa, supaya masalah ini terang benderang," kata AKBP Wachid.
Keluarga Heran Kronologi Kejadian Berubah
Adik Iptu Tomi, Monterry Marbun mengatakan keluarga sempat dibuat heran soal penyebab hilangnya Iptu Tomi karena simpang siur. Saat Iptu Tomi dikabarkan hilang, Wakapolres Teluk Bintuni saat itu, Kompol Ade Luther Farfar sempat mendatangi istri Iptu Tomi untuk memberikan informasi.
"Jadi memang diinfo pertama kita dapat dari istri bang Tomi, langsung Wakapolres dan Bu Wakapolres datang ke rumah menyampaikan bahwasanya Tomi terjatuh dari longboat," kata Monterry kepada detikSulsel, Minggu (16/3).
Menurut Monterry, Kapolres Teluk Bintuni AKBP Choiruddin Wachid juga sempat membenarkan Iptu Tomi jatuh dari longboat. Namun belakangan pernyataannya kembali diralat kalau Iptu Tomi hilang karena jatuh ke sungai saat menyeberang.
"Tidak lama setelah statemen Kapolres itu, dia mengubah statement-nya bahwasanya yang hanyut itu hanyutnya bukan karena terjatuh dari longboat, tapi hanyut ketika menyeberang di sungai," terangnya.
Bukan hanya itu, informasi terkait orang yang dikabarkan hanyut juga kerap diralat. Monterry menyebut, orang yang dilaporkan hilang awalnya bukan Iptu Tomi melainkan rekannya yang tergabung dalam operasi pengejaran KKB saat itu.
"Dan nama pertama yang dia bilang hanyut bukan nama Tomi Marbun tapi ada anggota Resmob. Kemudian diubah lagi dalam beberapa waktu bahwa yang hanyut adalah Kanit Resmob, kemudian diubah lagi akhirnya dia katakan bahwa yang hanyut adalah Tomi Marbun," papar Monterry.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Kapolres Batalkan Heli Sewaan Keluarga Iptu Tomi
Keluarga juga sempat berupaya melakukan pencarian secara mandiri dengan menyewa helikopter. Namun Monterry menuding Kapolres Teluk Bintuni AKBP Choiruddin Wahid justru melarang hal tersebut.
"Ini kebijakan keluarga kita menyewa heli dan ternyata di-cancel oleh kapolres. Dan itu kita dapat (info) dari pihak maskapai yang kita mau menyewa heli itu (mengatakan) bahwasanya yang meng-cancel itu adalah kapolres," jelasnya.
Keluarga pun tidak pernah mendapat kejelasan terkait larangan tersebut. Monterry menuding Kapolres Teluk Bintuni tidak pernah merespons upaya konfirmasi dari pihak keluarga.
"Tanpa adanya alasan apapun yang kita terima dari Kapolres kenapa meng-cancel. Padahal kan ini tindakan keluarga secara pribadi, tidak melibatkan polres, baik dari segi biaya atau apapun," imbuh Monterry.
Monterry turut menyayangkan karena aparat saat itu memprioritaskan pencarian Iptu Tomi. Menurut dia, personel sebaiknya menunda sementara penangkapan KKB karena Iptu Tomi sebagai pemimpin operasi saat itu hilang.
"Itu yang menjadi sangat janggal buat kita, bagaimana pimpinan operasi hilang tapi masih melanjutkan operasi (penangkapan KKB), bukan mencari pimpinanmu," tuturnya.