Mantan Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni Iptu Samuel Marbun hilang saat mengejar kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Keluarga mengungkap ada sejumlah kejanggalan di balik hilangnya Iptu Tomi selama 3 bulan terakhir.
Diketahui, Iptu Tomi dilaporkan hanyut di Kali Rawara, Kampung Meyah Lama, Distrik Moskona Barat pada 18 Desember 2024. Iptu Tomi saat itu memimpin operasi penangkapan anggota KKB, Marthen Aikinggin yang merupakan DPO kasus pembunuhan.
Operasi penangkapan KKB saat itu masih berlanjut hingga pelaku tewas saat baku tembak dengan aparat. Sementara kabar keberadaan Iptu Tomi belum juga diketahui.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adik Iptu Tomi, Monterry Marbun mengaku perkara ini diadukan ke Komisi III DPR RI. Dia juga berharap Kapolri Irjen Listyo Sigit memberi atensi terhadap persoalan ini agar ada transparansi terkait hilangnya Iptu Tomi.
"Kita akan minta Bapak Kapolri memeriksa Kapolres Teluk Bintuni dan semua anggota Polres Bintuni yang ikut operasi. Karena patut diduga bahwasanya ini kasus polisi tembak polisi atau ada sabotase di dalamnya," tegas Monterry kepada detikcom, Minggu (16/3/2025).
Berikut sejumlah kejanggalan yang diungkap keluarga terkait hilangnya Iptu Tomi:
Upaya Pencarian Dinilai Tidak Diseriusi
Keluarga Iptu Tomi menuding aparat gabungan tidak serius melakukan pencarian. Dia menganggap personel yang ke tempat kejadian perkara (TKP) hanya turun sekali hingga operasi pencarian dihentikan awal Januari 2025.
"Tim yang pernah sampai kembali ke TKP itu hanya satu kali dan itu di tanggal 21 (Desember). Itu hanya satu hari. Selebihnya dari situ, tidak pernah ada lagi anggota yang pernah sampai ke TKP lagi," tutur Monterry.
Menurut Monterry, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) juga sempat memerintahkan Kodim 1806/Teluk Bintuni menurunkan personel untuk membantu pencarian. Sebanyak 15 personel dari Batalyon 763 dikerahkan ke lokasi.
"Setelah pasukan 15 orang ini tiba di pos pencarian Tomi Marbun, mereka malah disuruh pulang oleh Kabag Ops dan tidak pernah diberangkatkan ke TKP untuk melakukan pencarian," ungkap Monterry.
Pihak keluarga juga sempat mempertanyakan upaya pencarian kepada Basarnas. Namun Basarnas juga tidak memberikan penjelasan mengapa tidak melanjutkan pencarian.
"Apa jawaban mereka (Basarnas) ketika kita minta dokumentasi, mereka jawab kita tidak berani kirim video tanpa izin Pak Kapolres. Itu yang buat kejanggalan bagi kita ini. Ini benar-benar mau cari tahu bagaimana," paparnya.
Info Hilangnya Iptu Tomi Simpang Siur
Keluarga juga sempat dibuat heran soal penyebab hilangnya Iptu Tomi simpang siur. Saat Iptu Tomi dikabarkan hilang, Wakapolres Teluk Bintuni saat itu, Kompol Ade Luther Farfar sempat mendatangi istri Iptu Tomi untuk memberikan informasi.
"Jadi memang diinfo pertama kita dapat dari istri bang Tomi, langsung Wakapolres dan Bu Wakapolres datang ke rumah menyampaikan bahwasanya Tomi terjatuh dari longboat," kata Monterry.
Menurut Monterry, Kapolres Teluk Bintuni AKBP Choiruddin Wachid juga sempat membenarkan Iptu Tomi jatuh dari longboat. Namun belakangan pernyataannya kembali diralat kalau Iptu Tomi hilang karena jatuh ke sungai saat menyeberang.
"Tidak lama setelah statemen Kapolres itu, dia mengubah statement-nya bahwasanya yang hanyut itu hanyutnya bukan karena terjatuh dari longboat, tapi hanyut ketika menyeberang di sungai," terangnya.
Bukan hanya itu, informasi terkait orang yang dikabarkan hanyut juga kerap diralat. Monterry menyebut, orang yang dilaporkan hilang awalnya bukan Iptu Tomi melainkan rekannya yang tergabung dalam operasi pengejaran KKB saat itu.
"Dan nama pertama yang dia bilang hanyut bukan nama Tomi Marbun tapi ada anggota Resmob. Kemudian diubah lagi dalam beberapa waktu bahwa yang hanyut adalah Kanit Resmob, kemudian diubah lagi akhirnya dia katakan bahwa yang hanyut adalah Tomi Marbun," papar Monterry.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Larangan Sewa Heli Lakukan Pencarian
Keluarga juga sempat berupaya melakukan pencarian secara mandiri dengan menyewa helikopter. Namun Monterry menuding Kapolres Teluk Bintuni AKBP Choiruddin Wahid justru melarang hal tersebut.
"Ini kebijakan keluarga kita menyewa heli dan ternyata di-cancel oleh kapolres. Dan itu kita dapat (info) dari pihak maskapai yang kita mau menyewa heli itu (mengatakan) bahwasanya yang meng-cancel itu adalah kapolres," jelasnya.
Keluarga pun tidak pernah mendapat kejelasan terkait larangan tersebut. Monterry menuding Kapolres Teluk Bintuni tidak pernah merespons upaya konfirmasi dari pihak keluarga.
"Tanpa adanya alasan apapun yang kita terima dari Kapolres kenapa meng-cancel. Padahal kan ini tindakan keluarga secara pribadi, tidak melibatkan polres, baik dari segi biaya atau apapun," imbuh Monterry.
Monterry turut menyayangkan karena aparat saat itu memprioritaskan pencarian Iptu Tomi. Menurut dia, personel sebaiknya menunda sementara penangkapan KKB karena Iptu Tomi sebagai pemimpin operasi saat itu hilang.
"Itu yang menjadi sangat janggal buat kita, bagaimana pimpinan operasi hilang tapi masih melanjutkan operasi (penangkapan KKB), bukan mencari pimpinanmu," tuturnya.
Keluarga Iptu Tomi Sulit Akses Informasi
Monterry mengaku keluarga kesulitan mengakses informasi terkait perkembangan pencarian Iptu Tomi. Personel yang tergabung dalam operasi penangkapan KKB bersama Iptu Tomi, juga memilih bungkam.
"Tidak ada jawaban pasti yang menjelaskan kronologi. Dan kemudian tidak pernah ada rilis baik dari Polres Teluk Bintuni maupun Polda Papua Barat," ungkapnya.
Dia turut menyoroti perihal Kapolres Teluk Bintuni AKBP Choiruddin yang belakangan mendapat promosi jabatan menjadi Kabid Propam Polda Papua Barat. Monterry menyayangkan hal ini karena persoalan Iptu Tomi belum selesai.
"Kapolres dapat promosi menjadi Kabid Propam, yang mana satu kasus belum selesai dia dipromosikan jadi Kabid Propam. Tolong periksa dia," imbuhnya.
Wartawan detikcom telah berupaya menghubungi Kapolres Teluk Bintuni AKBP Choiruddin Wachid terkait dugaan kejanggalan tersebut. Namun Choiruddin belum memberikan tanggapan.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Papua Barat Kombes Ongky Isgunawan enggan memberikan penjelasan lebih lanjut. "Nanti ada rilis," singkat Ongky saat dihubungi, Minggu (16/3).