Warga di Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), Maluku Utara mencegat kedatangan tim dari PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP). Tim tersebut ditugaskan untuk sosialisasi dalam penyusunan dokumen analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal), seiring rencana perusahaan memperluas kawasan industri pengolahan nikel.
"Sebenarnya ada tiga mobil, tapi satu mobil menunggu mereka di Bukit Kawinet. Jadi yang kami cegat itu dua mobil dengan total jumlah mereka 10 orang. Kemungkinan berkaitan dengan rencana perluasan kawasan industri pengolahan nikel," ujar warga Desa Sagea, Mardani Legayelol kepada detikcom, Sabtu (3/8/2024).
Aksi warga itu terjadi di Desa Kiya, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah pada Jumat (2/8) sekitar pukul 11.00 WIT. Pencegatan bermula dari informasi yang beredar, bahwa ada tim penyusun Amdal PT IWIP yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan didampingi karyawan IWIP sedang mewawancarai warga Desa Sagea dan Desa Kiya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak tinggal diam dan mencari keberadaan mereka. Setelah keliling kampung di dalam Desa Sagea, ternyata mereka berada di Desa Kiya dan kami melihat mereka sementara mewawancarai beberapa warga," ujar Mardani.
Mardani dan rekannya kemudian menghampiri lalu menanyakan maksud dan tujuan kedatangan tim utusan PT IWIP tersebut. Saat itu, salah satu dari mereka mengaku sedang mensosialisasikan dokumen Amdal PT IWIP.
"Pokoknya kami dari Koalisi Save Sagea berkomitmen akan tetap pantau mereka selama beberapa hari ke depan," imbuh Mardani.
Kepala Desa Kiya Taslim Ambar mengaku sempat didatangi dua orang pria dan salah satu di antaranya mengaku sebagai karyawan PT IWIP. Mereka menyampaikan akan melakukan sosialisasi dokumen Amdal ke warga di Desa Kiya dan Desa Sagea.
"Yang datangi saya itu salah satu karyawan IWIP, asalnya dari Halmahera Timur. Untuk mahasiswa itu mungkin tim mereka. Jadi kemarin yang datang temui saya itu dua orang. Katanya mau sosialisasi menyangkut Amdal," ujar Taslim saat dihubungi terpisah.
Mendengar keterangan tersebut, Taslim kemudian menyampaikan bahwa saat ini masyarakat di Desa Sagea dan Desa Kiya masih trauma dengan kondisi Sungai Sagea yang tercemar. Taslim mengaku takut kegiatan ini akan memicu konflik dari masyarakat.
"Saya bilang kalau masalah Amdal, untuk sementara ini kan masyarakat di sini masih trauma dengan kondisi Sungai Sagea yang sementara keruh ini, jadi harus hati-hati. Jangan sampai ada yang emosi atau seperti apa, karena memang masih trauma dengan keadaan atau situasi air sungai ini," katanya.
Sementara itu, Tim penyusun laporan riset Jaringan Advokasi Tambang di Maluku Utara, Julfikar Sangaji mengatakan, saat ini area kawasan industri PT IWIP yang telah digunakan untuk kegiatan operasi seluas 4.027,67 hektare. Kawasan industri itu menyasar Kecamatan Weda Tengah.
"Menyasar Kecamatan Weda Tengah meliputi Desa Lelilef Sawai, Desa Lelilef Woebulan, Desa Lukulamo, Desa Woekob, Desa Woejerana, Desa Kulo Jaya, Desa Sawai Itepo, dan Desa Kobe," terang Julfikar.
Lanjut Julfikar, belakangan PT IWIP berencana memperluas kawasan industri mencapai 11.489,33 hektare dengan total yang ditargetkan seluas 15.517 hektare. Rencana perluasan kawasan itu mencakup beberapa desa di Kecamatan Weda Utara dan Weda Timur, hingga Kecamatan Kota Maba di Kabupaten Halmahera Timur.
detikcom telah mengkonfirmasi Supervisor Communication PT IWIP, Rizal Syam terkait hal ini. Namun hingga berita ini diterbitkan pihak IWIP belum merespons.
Berdasarkan video berdurasi 32 detik yang dilihat detikcom, tampak dua orang wanita berjilbab yang berada di atas mobil Avanza, dihampiri tiga orang warga, satu di antaranya adalah Mardani. Terdengar Mardani meminta mereka berhenti mewawancarai warga.
Mardani menduga kehadiran para tim tersebut tanpa atribut perusahaan karena takut memicu gejolak dari warga. Mardani juga mengaku sudah menerima agenda para tim tersebut dan meminta menghentikan segala aktivitas yang berkaitan dengan sosialisasi Amdal.
(ata/asm)