Peneliti dan Advokasi Asia dari Survival International, Callum Rusel menyoroti aktivitas tambang di belantara hutan Halmahera, Maluku Utara. Callum menyebut ada potensi genosida bagi warga suku Tobelo Dalam atau O' Hongana Manyawa.
"Ada statement dari beberapa ahli tentang ini (genosida). Mereka bilang bahwa ada risiko besar bahwa genosida bisa terjadi terhadap masyarakat O' Hongana Manyawa," ujar Callum Rusel kepada detikcom, Selasa (28/5/2024).
Callum menyebut kegiatan pertambangan akan menyebabkan kehancuran populasi suku O' Hongana Manyawa yang sangat parah. Selain itu menurutnya, tidak akan ada keuntungan jika perusahaan enggan menghormati hak-hak masyarakat adat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi memang wilayah dan tambang-tambang ini tidak akan menghasilkan keuntungan kalau mereka tidak menghormati HAM masyarakat adat," imbuh Callum.
Dia pun berharap seluruh perusahaan tambang di wilayah suku Tobelo Dalam dapat mengerti kondisi yang terjadi. Dia meminta perusahaan tambang untuk berhenti melakukan eksplorasi.
"Survival mendesak semua perusahaan kendaraan listrik seperti Ford, Volkswagen, dan BYD, untuk tidak mengambil bahan apapun (nikel) dari wilayah suku terisolasi (O' Hongana Manyawa)," ujar Callum.
detikcom menghubungi humas PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), perusahaan pengolahan atau smelter di Halmahera Tengah yang terintegrasi dengan perusahaan penambang, PT Weda Bay Nickel (WBN) sejak Sabtu (25/5). Namun pihak perusaaan belum memberikan respons.
(hmw/sar)