Umat muslim sangat dianjurkan mengerjakan puasa Asyura khususnya di bulan Muharram. Puasa Asyura ini dikerjakan setiap tanggal 10 Muharram.
Seperti diketahui, Muharram merupakan bulan yang mulia di dalam agama Islam, karena di dalamnya mengandung banyak keberkahan dan keutamaan. Umat Islam biasanya memanfaatkan bulan Muharram dengan amal-amal kebaikan, seperti berpuasa.
Dikutip dari situs Nahdlatul Ulama Banten, bahwa diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Sahabat Ibnu Abbas ra, marfu' (disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW) berkata, "Puasalah pada Hari Asyura dan bedakanlah diri kalian dengan Kaum Yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau setelahnya."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi yang ingin meraih sejumlah keutamaan puasa Asyura, ada baiknya ketahui lebih dahulu niat, jadwal hingga dalilnya berikut ini.
Niat Puasa Asyura 2024
نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma syûrâ-a lilâhi ta'âlâ.
Artinya: Saya niat puasa Asyura karena Allah ta'âlâ
Jadwal Puasa Asyura 2024
Penetapan tanggal 1 Muharram 1446 H pemerintah-Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tahun ini berbeda. Dengan demikian, jadwal puasa Asyura 2024 juga berbeda.
Pemerintah dan organisasi Islam Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Muharram 1446 H jatuh pada Minggu, 7 Juli 2024. Sehingga puasa Asyura 2024 versi pemerintah dan Muhammadiyah dilaksanakan pada Selasa, 16 Juli 2024.
Sementara NU menetapkan 1 Muharram 1446 H jatuh pada Senin, 8 Juli 2024. Dengan demikian, warga NU melaksanakan puasa Asyura pada 17 Juli 2024.
Agar lebih jelasnya, berikut jadwal puasa Asyura 2024 versi pemerintah, Muhammadiyah, dan NU:
- Jadwal Puasa Asyura 2024 versi pemerintah: Selasa, 16 Juli 2024
- Jadwal Puasa Asyura 2024 versi Muhammadiyah: Selasa, 16 Juli 2024
- Jadwal Puasa Asyura 2024 versi NU: Rabu, 17 Juli 2024
Dalil Puasa Asyura
Dinukil dari NU Jabar, puasa Asyura mulanya adalah puasa yang dikerjakan oleh Nabi Musa As atas rasa syukurnya kepada Allah SWT yang terbebas dari kejaran Firaun. Puasa tersebut lalu diikuti oleh kaum Yahudi dan Quraisy di masa Jahiliyah sebagai peringatan atas kejadian tersebut, sebagaimana riwayat Ibnu Abbas
Ibnu Abbas adalah seorang sahabat, saudara sepupu Nabi yang dikenal sangat ahli dalam tafsir Al-Qur'an. Ia meriwayatkan bahwa saat Nabi berhijrah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di sana mengerjakan puasa Asyura. Nabi pun bertanya tentang alasan mereka berpuasa, kemudian mereka menjawab:
هُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
"Allah telah melepaskan Musa dan Umatnya pada hari itu dari (musuhnya) Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Musa berpuasa pada hari itu, dalam rangka bersyukur kepada Allah". Nabi bersabda : "Aku lebih berhak terhadap Musa dari mereka." Maka Nabi pun berpuasa pada hari itu dan menyuruh para sahabatnya agar berpuasa juga." (HR. Bukhari; No: 1865 & Muslim, No: 1910)
Hal senada juga diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy'ari, hari asyura adalah hari yang diagung-agungkan oleh kaum Yahudi sebagai hari raya pembebasan Nabi Musa dari kejaran Firaun
كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَتَتَّخِذُهُ عِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوهُ أَنْتُمْ
"Hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan dijadikan oleh mereka sebagai hari raya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda: "Berpuasalah kamu sekalian pada hari itu." (H.R. Bukhari, No: 1866; Muslim, No: 1912)
Hukum Puasa Asyura
Dari NU Online, umat muslim disunnahkan berpuasa pada 10 Muharram atau puasa Asyura. Disebutkan dalam Fathul Mu'in karya Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari bahwa Allah SWT akan mengampuni dosa setahun lalu orang yang berpuasa 10 Muharram.
و) يوم (عاشوراء) وهو عاشر المحرم لأنه يكفر السنة الماضية كما في مسلم (وتاسوعاء) وهو تاسعه لخبر مسلم لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع فمات قبله والحكمة مخالفة اليهود ومن ثم سن لمن لم يصمه صوم الحادي عشر بل إن صامه لخبر فيه
Artinya: "(Disunahkan) puasa hari Asyura, yaitu hari 10 Muharram karena dapat menutup dosa setahun lalu sebagai hadits riwayat Imam Muslim. (Disunahkan) juga puasa Tasua, yaitu hari 9 Muharram sebagai hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, 'Kalau saja aku hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa tasu'a.' Tetapi Rasulullah SAW wafat sebelum Muharram tahun depan setelah itu. hikmah puasa Tasu'a adalah menyalahi amaliyah Yahudi. Dari sini kemudian muncul anjuran puasa hari 11 Muharram bagi mereka yang tidak berpuasa Tasu'a. Tetapi juga puasa 11 Muharam tetap dianjurkan meski mereka sudah berpuasa Tasu'a sesuai hadits Rasulullah SAW," (Lihat Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Fathul Mu'in pada hamisy I'anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H, juz II, halaman 301).
Agar berbeda dari kaum Yahudi di masa Rasulullah, umat muslim juga dianjurkan untuk berpuasa pada 9 dan 11 Muharram. Pasalnya, kaum Yahudi saat itu hanya berpuasa pada 10 Muharram.
Kendati demikian, bagi mazhab Syafi'i, puasa Asyura saja tanpa diiringi puasa sehari sebelum dan sesudahnya tidak masalah.
وفي الأم لا بأس أن يفرده (أي لا بأس أن يصوم العاشر وحده
Artinya: "(Di dalam kitab Al-Umm, tak masalah hanya mengamalkan puasa Asyura saja) maksudnya, agama tidak mempermasalahkan orang yang hanya berpuasa 10 Muharram saja (tanpa diiringi dengan puasa sehari sebelum dan sesudahnya)," (Lihat Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I'anatut Thalibin, Kota Baharu-Penang-Singapura, Sulaiman Mar'i, tanpa catatan tahun, juz II, halaman 266).
Keutamaan Puasa Asyura 10 Muharram
Puasa Asyura termasuk puasa yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa puasa di bulan Muharram merupakan yang paling utama setelah puasa Ramadhan
Hal itu dijelaskan sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Artinya: "Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah - Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam." (HR. Muslim no. 1163).
Puasa sehari dalam bulan Muharram, termasuk puasa Asyura pahalanya sama dengan puasa 30 hari, sebagaimana yang diriwayatkan berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ كَاَن لَهُ كَفَارَةً سَنَتَيْنِ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا. (رواه الطبراني في الصغير وهو غريب وإسناده لا بأس به)
Artinya: "Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: 'Rasulullah saw bersabda: 'Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa'." (HR At-Thabarani dalam Al-Mu'jamus Shaghîr. Ini hadits gharîb namun sanadnya tidak bermasalah). (Abdul Adhim bin Abdul Qawi Al-Mundziri, At-Targhîbu wat Tarhîbu minal Hadîtsisy Syarîf, [Beirut, Dârul Kutubil 'Ilmiyyah], juz II, h. 70).
Tak hanya itu, puasa hari Asyura pada tanggal 10 Muharram juga menjadi pelebur dosa setahun yang telah lewat, sebagaimana diriwayatkan:
عَنْ أَبي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صِيامِ يَوْمِ عَاشُوراءَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ. (رواه مسلم)
Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Qatadah RA: sungguh Rasulullah SAW bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: 'Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat'." (HR Muslim).
Demikian informasi lengkap terkait puasa Asyura 10 Muharram, mulai dari niat, jadwal, hingga dalilnya. Jangan lupa diamalkan ya, detikers.
(edr/alk)