Niat Puasa Tasua-Asyura dan Qadha Ramadhan, Apakah Boleh Digabung?

Niat Puasa Tasua-Asyura dan Qadha Ramadhan, Apakah Boleh Digabung?

Rasmilawanti Rustam - detikSulsel
Minggu, 14 Jul 2024 20:30 WIB
Ilustrasi Buka Puasa
Ilustrasi niat puasa Tasua-Asyura dan qadha Ramadhan. (Foto: Dok. Shutterstock)
Makassar -

Tak sedikit umat Islam yang masih memiliki utang puasa Ramadhan ingin melaksanakan puasa Tasua dan Asyura di bulan Muharram. Apakah niat puasa Tasua-Asyura dapat digabung dengan qadha Ramadhan? Serta seperti apa niat puasa Tasua, Asyura dan Qadha Ramadhan?

Umat Islam yang memiliki utang puasa wajib membayarnya di luar bulan Ramadhan. Puasa tersebut dapat dikerjakan mulai tanggal 2 Syawal hingga sebelum memasuki Ramadhan berikutnya. Di sisi lain, umat Islam juga sangat dianjurkan untuk melaksanakan puasa Tasua dan Asyura yang hanya dapat dilakukan pada bulan Muharram.

Umat Islam tentunya berlomba-lomba melaksanakan puasa Tasua dan Asyura untuk menambah nilai ibadah. Namun, masih ada kewajiban untuk membayar utang puasa yang dihukumi wajib. Hal ini kerap membuat muslim bertanya tentang kebolehan menggabungkan puasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah bagi yang ingin melaksanakan kedua ibadah ini, berikut bacaan niat serta ulasan tentang hukum menggabungkan puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah Tasua-Asyura.

Yuk simak!

Bacaan Niat Puasa Tasua, Asyura, dan Qadha Ramadhan

Bacaan Niat Puasa Tasua

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i sunnatit Tasû'â lillâhi ta'âlâ.

Artinya: "Aku berniat puasa sunah Tasu'a esok hari karena Allah SWT."

Bacaan Niat Puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma syûrâ-a lilâhi ta'âlâ.

Artinya: Saya niat puasa Asyura karena Allah ta'âlâ

Bacaan Niat Puasa Tasua dan Asyura di Siang Hari

Adapun yang tidak sempat melafalkan niat pada malam hari, dapat melafalkannya pada siang hari. Dengan syarat, orang yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.

Berikut niat puasa Tasua dan Asyura di siang hari:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء أو عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma hâdzal yaumi 'an adâ'i sunnatit Tasû'â awil âsyûrâ lillâhi ta'âlâ

Artinya: "Aku berniat puasa sunah Tasu'a atau Asyura hari ini karena Allah SWT."

Bacaan Niat Puasa Qadha Ramadhan

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin 'an qadhā'I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta'âlâ.

Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT."

Hukum Menggabungkan Puasa Tasua-Asyura dan Qadha Ramadhan

Melansir NU Online, terdapat perbedaan pendapat ulama terkait hukum menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa Tasua-Asyura. Ada yang berpendapat sah dan kedua-duanya bernilai pahala, dan ada juga tidak diperbolehkan bahkan tidak sah kedua-duanya.

Imam Ar-Ramli (wafat 1004 H) menjelaskan dalam kitabnya Nihayatul Muhtaj tentang keabsahan menggabungkan dua niat puasa qadha' dengan puasa sunah.

وَلَوْ صَامَ فِي شَوَّالٍ قَضَاءً أَوْ نَذْرًا أَوْ غَيْرَهُمَا أَوْ فِي نَحْوِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ تَطَوُّعِهَا كَمَا أَفْتَى بِهِ الْوَالِدُ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - تَبَعًا لِلْبَارِزِيِّ وَالْأَصْفُونِيِّ وَالنَّاشِرِيِّ وَالْفَقِيهِ عَلِيِّ بْنِ صَالِحٍ الْحَضْرَمِيِّ وَغَيْرِهِمْ

"Kalau seorang puasa qadha atau nadzar di hari Asyura, maka dia mendapatkan pahala puasa sunnah Asyuranya juga, sebagaimana fatwa ayah kami (Sayamsudin Ar-Ramli) mengikuti fatwanya Al-Barizi, Al-Asfuni, An-Nasyiri, Al-Faqih Ali bin Shalih Al-Hadrami dan selainnya." (Syihabbuddin ar-Ramli, Nihayatul Mujtaj [Bairut, Darul Fikr: 1984 H] juz III halaman 208).

Sementara pendapat Imam Abdurahman Ba'alawi (wafat 1320 H) dalam kitabnya, Bugyatul Mustarsyidin fi Talkhish Fatawa Ba'dh Al-Aimmah Al-Muta-akhkhirin menjelaskan perbedaan pendapat terkait permasalahan ini.

ظاهر حديث : "وأتبعه ستاً من شوّال" وغيره من الأحاديث عدم حصول الست إذا نواها مع قضاء رمضان ، لكن صرح ابن حجر بحصول أصل الثواب لإكماله إذا نواها كغيرها من عرفة وعاشوراء

Artinya: "Dzahir hadits "kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal" dan hadits-hadits lainnya mengindikasikan tidak tercapainya kesunnahan puasa enam hari di bulan Syawal jika diniatkan bersamaan dengan niat qadha Ramadhan. Akan tetapi Ibnu Hajar menjelaskan tentang dihasilkannya pahala sunnah karena ia telah dianggap telah menyelesaikannya, jika ia meniatkannya termasuk juga puasa sunah lainnya seperti puasa sunnah Arafah, Asyura dan lain-lain."

Pendapat itu juga didukung oleh Imam Ramli, berikut:

بل رجح (م ر) حصول أصل ثواب سائر التطوعات مع الفرض وإن لم ينوها ، ما لم يصرفه عنها صارف ، كأن قضى رمضان في شوّال ، وقصد قضاء الست من ذي القعدة ، ويسنّ صوم الست وإن أفطر رمضان اهـ.

Artinya: "Bahkan Imam Ramli menguatkan pendapat tentang dihasilkannya pahala semua puasa sunah yang diniatkan bersama puasa fardlu sekalipun tanpa diniatkan, selama tidak ada niat lain yang membelokkannya seperti seseorang berniat qadha Ramadhan di bulan Syawal dan berniat mengqadha puasa sunah Syawal pada bulan Dzulqa'dah. Dan disunnahkan berpuasa sunah Syawal, meskipun ia tidak puasa Ramadhan."

Adapun pendapat yang menyebut bahwa menggabungkan puasa Tasua-Asyura dan qadha Ramadhan tidak diperboleh, dijelaskan oleh Imam Abu Makhramah sebagai berikut:

قلت : واعتمد أبو مخرمة تبعاً للسمهودي عدم حصول واحد منهما إذا نواهما معاً ، كما لو نوى الظهر وسنتها ، بل رجح أبو مخرمة عدم صحة صوم الست لمن عليه قضاء رمضان مطلقاً

Artinya: "Aku berkata: "Imam Abu Makhramah mengikuti pendapat Imam As-Samanhudi memegang pendapat tidak tercapainya salah satu dari keduanya (kedua-duanya tidak sah) jika berniat dengan dua niat secara bersamaan. Sebagaimana seseorang yang berniat shalat dzhuhur sekaligus niat shalat sunahnya. Bahkan, beliau menegaskan tidak sah seseorang puasa sunah Syawal sementara ia masih memiliki tanggungan puasa qadha Ramadhan." (Sayyid 'Abdur Rahman bin Muhammad bin Husain bin Umar Ba 'Alawi Al-Hadhrami [Bairut, Darul kutub ilmiyah: 2012], halaman 235).

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa Tasua dan Asyura terdapat perbedaan pendapat ulama madzhab Syafi'i.

Pendapat pertama mengatakan sah menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa Tasua dan Asyura dan keduanya bernilai pahala. Pendapat tersebut dari Al-Baziri, Syihabuddin Ar-Ramli, Syamsuddin Ar-Ramli, Ibnu Hajar dan yang lainnya.

Sementara pendapat kedua menurut Imam Abu Makhramah mengikuti pendapat Imam As-Samhudi menyatakan penggabungan dua niat puasa wajib dan sunah dalam satu kali pelaksanaan justru membuat puasa tersebut tidak sah. Seperti tidak sahnya niat shalat dzuhur dan sunah ba'diyahnya dalam satu pekerjaan shalat.

Bahkan lebih dari itu, beliau menyatakan puasa sunnah tidak sah jika masih memiliki tanggungan qadha Ramadhan. Wallahu a'lam bisshawab.

Itulah niat puasa Tasua-Asyura dengan qadha Ramadhan lengkap dengan hukumnya menggabungkannya. Semoga bermanfaat, detikers.




(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads