15 Contoh Khutbah Jumat tentang Idul Adha dan Ibadah Qurban

15 Contoh Khutbah Jumat tentang Idul Adha dan Ibadah Qurban

St. Fatimah - detikSulsel
Kamis, 13 Jun 2024 19:00 WIB
Ilustrasi Khutbah.
Ilustrasi khutbah Jumat (Foto: Raka Dwi Wicaksana/Unsplash)
Makassar - Menjelang Hari Raya Idul Adha, biasanya khatib akan menyampaikan materi khutbah Jumat tentang Idul Adha dan ibadah qurban. Berikut kumpulan materi khutbah Jumat tentang Idul Adha dan ibadah qurban yang dapat menjadi referensi.

Dalam khutbah tersebut, biasanya berisi tentang kisah pengorbanan Nabi Ibrahim untuk menjalankan perintah Allah SWT. Selain itu, khutbah Jumat ini juga mengajak kepada umat muslim untuk menyisihkan harta bendanya untuk melaksanakan ibadah qurban.

Nah sebagai referensi, di bawah ini detikSulsel telah menyajikan kumpulan materi khutbah Jumat tentang Idul Adha dan ibadah qurban. Yuk, disimak!

Khutbah Idul Adha #1

Judul: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللّٰهِ، وَرَحْمَتُهُ الْمُهْدَاةُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الأَمِيْنِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ، القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُࣖ (الكوثر)

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbhah id pada pagi hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah ta'ala.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamdu,

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Keluarga Nabi Ibrahim adalah keluarga yang saleh. Sang ayah, yaitu Ibrahim, serta istri dan kedua putranya, semuanya adalah hamba-hamba yang saleh. Saleh (shalih) artinya memenuhi hak Allah dan hak sesama hamba. Kesalehan tidak akan dicapai kecuali dengan ilmu dan amal. Tanpa ilmu, seseorang tidak akan mampu beramal dengan benar sesuai tuntunan syariat. Dan ilmu tanpa amal tidak akan mendekatkan diri kepada Allah dan tidak akan mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang saleh.

Ada banyak sekali sisi kesalehan keluarga Nabi Ibrahim yang dapat kita teladani. Di antaranya adalah hal-hal sebagai berikut.

Pertama, Nabi Ibrahim sangat kuat memegang teguh akidah dan syariat.

Allah ta'ala berfirman:

مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ (آل عمران: ٦٧)

Maknanya: "Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, melainkan dia adalah seorang yang memegang teguh Islam. Dia bukan pula termasuk (golongan) orang-orang musyrik." (QS Ali 'Imran: 68)

Nabi Ibrahim sebagaimana nabi-nabi yang lain adalah ma'shum (selalu dijaga oleh Allah) dari kufur atau syirik, dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang menunjukkan kehinaan jiwa, baik sebelum maupun setelah diangkat menjadi nabi.

Nabi Ibrahim tidak pernah sedikit pun meragukan ketuhanan Allah. Beliau tidak pernah menyembah selain Allah, tidak pernah menyembah bulan, bintang dan matahari. Nabi Ibrahim tidak pernah menjual berhala bersama ayahnya. Nabi Ibrahim tidak pernah memintakan ampunan dosa kepada Allah untuk ayahnya yang musyrik. Dan Nabi Ibrahim tidak pernah meragukan sifat qudrah (Mahakuasa) Allah ta'ala. Beliau juga tidak pernah berdusta dalam setiap ucapannya.

Kedua, berdakwah dengan penuh hikmah.

Hal itu tercermin tatkala Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk masuk ke dalam agama Islam sebagaimana diceritakan dalam QS al-An'am ayat 41-44. Nabi Ibrahim dengan menjaga adab seorang anak kepada orang tuanya menjelaskan dengan santun kepada ayahnya yang menyembah berhala bahwa berhala tidaklah dapat mendengar doa penyembahnya dan tidak dapat melihat penyembahnya. Yang demikian itu, bagaimana mungkin ia dapat memberi manfaat kepada penyembahnya, memberi rezeki kepadanya atau menolongnya. Ibrahim mengajak ayahnya untuk menyembah kepada Allah semata, satu-satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah.

Ketiga, berilmu, memiliki hujjah yang kuat dan beramar ma'ruf nahi mungkar dengan penuh keberanian.

Nabi Ibrahim telah diberi hujjah yang kuat oleh Allah ta'ala sehingga selalu dapat mematahkan berbagai dalih yang dilontarkan oleh musuh-musuh Islam ketika berdebat. Allah ta'ala berfirman:

وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ اٰتَيْنٰهَآ اِبْرٰهِيْمَ عَلٰى قَوْمِهٖۗ (الأنعام: ٨٣)

Maknanya: "Itulah hujjah yang Kami anugerahkan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya" (QS al-An'am: 83).

Karena memiliki hujjah yang kuat inilah, Nabi Ibrahim berhasil membungkam para penduduk daerah Harraan yang menganggap bulan, bintang dan matahari sebagai tuhan. Ibrahim menjelaskan kepada mereka bahwa bulan, bintang, dan matahari tidak layak disembah karena mereka adalah makhluk yang mengalami perubahan, terbit lalu tenggelam. Sesuatu yang berubah dari satu keadaan ke keadaan yang lain pasti bukan tuhan. Karena sesuatu yang berubah pasti membutuhkan kepada yang mengubahnya. Sesuatu yang membutuhkan kepada yang lain, berarti ia lemah. Dan sesuatu yang lemah tidak mungkin disebut tuhan yang layak disembah. Perkataan Nabi Ibrahim kepada kaumnya: هذا ربي seperti dikisahkan dalam QS al-An'am ayat 76-78 adalah dalam konteks mendebat kaumnya dan menjelaskan bahwa bulan, bintang, dan matahari tidak layak disembah. Perkataan tersebut tidak berarti Ibrahim menetapkan bulan, bintang, dan matahari sebagai tuhan. Karena Nabi Ibrahim tidak pernah mengalami fase kebingungan mencari-cari Tuhan. Sebelum perdebatan itu, bahkan sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah mengetahui dan meyakini bahwa satu-satunya Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah. Dialah satu-satunya pencipta segala sesuatu, Tuhan yang menghendaki terjadinya segala sesuatu dan yang berbeda dengan segala sesuatu. Allah ta'ala berfirman:

وَلَقَدْ اٰتَيْنَآ اِبْرٰهِيْمَ رُشْدَهٗ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهٖ عٰلِمِيْنَ (الأنبياء: ٥١)

Maknanya: "Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Ibrahim petunjuk sebelum masa kenabiannya dan Kami telah mengetahui dirinya" (QS al-Anbiya': 51).

Perkataan Nabi Ibrahim: هذا ربي ketika melihat bulan, bintang dan matahari adalah bermakna istifham inkari, yakni beliau bertanya kepada kaumnya dengan maksud mengingkari bukan dengan tujuan menetapkan: "Inikah Tuhanku?". Seakan-akan beliau ingin mengatakan: "Wahai kaumku, inikah tuhanku seperti yang kalian sangka?. Ini jelas bukan tuhanku karena ia berubah, terbit lalu terbenam." Demikianlah yang dikatakan oleh para ulama tafsir. Ibrahim adalah seorang nabi yang ma'shum dari kemusyrikan sebelum maupun setelah menjadi nabi.

Keempat, dalam berjuang menegakkan agama Allah, tidak ada yang perlu ditakuti dan dikhawatirkan. Rezeki telah diatur. Ajal sudah termaktub. Hal itu dibuktikan ketika Raja Namrud hendak melemparkannya ke dalam api yang berkobar-kobar, Nabi Ibrahim tidak gentar sedikit pun. Ia yakin sepenuhnya bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang memperjuangkan agama-Nya.

Kelima, tawakal sepenuhnya kepada Allah tanpa meninggalkan ikhtiar.

Hal itu tercermin pada peristiwa di mana Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail yang masih bayi di Makkah yang tandus dan tiada sumber air. Karena takwa dan tawakal yang tertanam kuat di hati Ibrahim dan Hajar, akhirnya Ibrahim meninggalkan keduanya karena menjalankan perintah Allah, dan Hajar rela ditinggal di tempat itu.

Keenam, bersegera menjalankan perintah Allah, seberat dan sebesar apapun rهsikonya.

Setelah penantian yang begitu panjang, akhirnya Allah mengaruniakan kepada Ibrahim seorang putra yang kemudian diberi nama Ismail. Putra yang sangat dicintainya itu setelah tumbuh menjadi seorang remaja, Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelihnya.

Dengan ketundukan yang total kepada Allah, Ibrahim bersegera menjalankan perintah itu tanpa ada keraguan sedikit pun. Sang putra juga menyambut perintah itu dengan kepasrahan yang total tanpa ada protes sepatah kata pun. Ma sya Allah!. Sebuah potret keluarga saleh yang lebih mengutamakan perintah Allah dibandingkan dengan apa pun selainnya. Ayah dan anak saling menolong dan menyemangati untuk melaksanakan perintah Allah. Dialog indah antara keduanya terekam dalam al-Qur'an sebagaimana dikisahkan oleh Allah:

قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ (الصافات: ١٠٢)

Maknanya: "..... Ibrahim berkata: "Duhai putraku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?" (QS ash-Shaffat: 102).

Sebagaimana kita tahu bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Sedangkan perkataan Nabi Ibrahim kepada putranya, "Maka pikirkanlah apa pendapatmu?," bukanlah permintaan pendapat kepada putranya apakah perintah Allah itu akan dijalankan ataukah tidak, juga bukanlah sebuah keragu-raguan. Nabi Ibrahim hanya ingin mengetahui kemantapan hati putranya dalam menerima perintah Allah subhanahu wa ta'ala.

Lalu dengan kemantapan dan keteguhan hati, Nabi Ismail menjawab dengan jawaban yang menunjukkan bahwa kecintaannya kepada Allah jauh melebihi kecintaannya kepada jiwa dan dirinya sendiri:

قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ (الصافات: ١٠٢)

Maknanya: "Ismail menjawab: "Wahai ayahandaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, in sya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS ash-Shaffat: 102).

Jawaban Ismail yang disertai "In sya Allah" menunjukkan keyakinan sepenuh hati dalam dirinya bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah. Apa pun yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa pun yang tidak dikehendaki Allah pasti tidak akan terjadi.

Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu,
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demi mendengar jawaban dari sang putra tercinta, Nabi Ibrahim lantas menciumnya dengan penuh kasih sayang sembari menangis terharu dan mengatakan kepada Ismail:

نِعْمَ الْعَوْنُ أَنْتَ يَا بُنَيَّ عَلَى أَمْرِ اللّٰهِ

"Engkaulah sebaik-baik penolong bagiku untuk menjalankan perintah Allah, duhai putraku."

Nabi Ibrahim kemudian mulai menggerakkan pisau di atas leher Ismail. Akan tetapi pisau itu sedikit pun tidak dapat melukai leher Ismail. Hal ini dikarenakan pencipta segala sesuatu adalah Allah subhanahu wa ta'ala. Pisau hanyalah sebab terpotongnya sesuatu. Sedangkan pencipta terpotongnya sesuatu dan pencipta segala sesuatu tiada lain adalah Allah ta'ala. Sebab tidak dapat menciptakan akibat. Baik sebab maupun akibat, keduanya adalah ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala.

Hadirin yang berbahagia,

Berkat takwa, sabar dan tawakal serta ketundukan total yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail serta Hajar, Allah kemudian memberikan jalan keluar dan mengganti Ismail dengan seekor domba jantan yang besar dan berwarna putih yang dibawa malaikat Jibril dari surga. Hal itu dikisahkan dalam QS ash-Shaffat: 106-107.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Akhirnya kita berdoa, semoga Allah menganugerahkan kepada kita kekuatan untuk meneladani kesalehan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Amin Ya Rabbal 'alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

اللهُ أَكْبَرُ (٣x) اللهُ أَكْبَرُ (٣x) اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ

أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

Oleh: Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Aswaja NU Center PCNU Kab. Mojokerto

Khutbah Idul Adha #2

Judul: Hari Raya yang Menekankan Kepedulian Sosial

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ 9× اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَ الْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى جَعَلَ عِيْدَ اْلأَضْحى عِبْرَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَ ألِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنُ. أَيُّهَا الْإِخْوان إِتَّقُو ا اللهَ حقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Allahu Akbar 3x walillahil hamd

Saudara-saudara kaum Muslimin Muslimat yang berbahagia!

Dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, hari ini kita dapat merayakan Idul Adha, dinamakan pula Idul Kurban, 'Idun Nahr, dan Idul Akbar. Hari raya yang menekankan semangat sosial dan berkorban.

Di samping menyatakan rasa syukur, juga kita sampaikan permohonan kepada Allah SWT semoga segala aktivitas ibadah ini meraih sasarannya, yaitu menjadi bertambah dekat dengan Allah SWT, dekat dengan petunjuknya, dengan pertolongannya, dan dekat dengan ridhanya, hasil dari ibadah kurban. Tercapainya suasana dzikrullah (mengingat Allah), hasil dari ibadah shalat. Mendapatkan ampunan, rahmat, dan petunjuk Allah SWT, hasil daripada kesabaran atas musibah yang telah menimpa. Seperti disebutkan dalam Al-Qur'an:

لَنْ يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ..... (الحج:37)

"Daging hewan kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu...." (al Hajj: 37)

إِنَّنِىۤ أَنَا اللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا فَاعْبُدْنِى وَأَقِمِ الصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىْ (طه: 14)

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku." (Thaha: 14).

أُولَۤئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَۤئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ (البقرة: 157)

"Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (al-Baqarah: 157)

Allahu Akbar 3x walillahilhamd.

Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah

Keimanan itu bukanlah semata-mata hanya ucapan yang keluar dari bibir belaka, tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu keyakinan yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dan dari situ akan muncul bekas-bekas atau kesan-kesannya, sebagaimana semerbaknya bau harum yang disemarakkan oleh setangkai bunga mawar.

وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ ٱلْكُفْرَ وَٱلْفُسُوقَ وَٱلْعِصْيَانَ أُولٰۤئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8) (الحجرات: 7-8)

"Tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." (al-Hujurat 7-8)

Salah satu bukti keimanan adalah bersedekah, sebagaimana sabda Nabi SAW:

الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ (رواه مسلم)

"dan sedekah itu adalah bukti (keimanan) yang nyata. (HR Muslim)

Ibadah sedekah memiliki banyak keutamaan terlebih jika sedekah itu dikeluarkan di waktu, tempat dan keadaan yang utama seperti mengeluarkan sedekah di bulan Ramadhan, untuk fakir miskin yang lemah tak berdaya tak dapat usaha, di 10 hari bulan Dzulhijjah, dan saat urusan yang penting seperti untuk orang yang sakit dan pada waktu musim pandemic seperti sekarang ini. Demikian dalam Tuhfatul Muhtaj Lisyarhil Minhaj (Juz.8, h. 755-756). Maka dengan begitu keimanan seseorang kan semakin harum semerbak mewangi dengan bekas-bekas dan kesan-kesan yang ditorehkannya.

Imam Abu Bakr al-Razi, menjelaskan bahwa; "Iman dalam hati seorang mukmin adalah seumpama sebatang pohon yang mempunyai tujuh dahan. Satu dahan mencapai hatinya, sedang buahnya adalah kehendak yang benar; satu dahan mencapai lidahnya, sedangkan buahnya adalah perkataan yang benar; satu dahan mencapai kedua belah kakinya, sedang buahnya berjalan menuju shalat berjamaah; satu dahan mencapai kedua belah tangannya, sedangkan buahnya adalah memberikan sedekah; satu dahan mencapai kedua belah matanya, sedang buahnya adalah memandang kepada pelajaran-pelajaran; satu dahan mencapai perutnya, sedang buahnya ialah memakan yang halal dan meninggalkan barang yang meragukan; dan satu dahan lagi mencapai jiwanya, sedangkan buahnya ialah meninggalkan dan mengendalikan keinginan-keinginan nafsu syahwatnya."

Allahu Akbar 3x walillahilhamd.

Jamaah Shalat Id yang berbahagia!

Semua ibadah yang disyariatkan Allah bertujuan untuk menanamkan keutamaan, kebaikan, akhlak mulia, dan mengikis sifat kezaliman dan kerusakan. Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar. (QS. Al-Ankabut: 45). Puasa menanamkan ketakwaan dalam diri Muslim. (QS. Al-Baqarah: 183). Zakat untuk membersihkan hati dari sifat kikir (QS at-Taubah: 103). Kurban, sebagaimana dalam al-Qur'an surat al-Kautsar:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2)

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah (sebagai ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah)." (al-Kautsar 2-3)

Dan juga sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad:

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى شِرَاءِ اْلأُضْحِيّةِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَ مُحِيَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ وَ رُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ وَ إِذَا تَكَلَّمَ فِي شِرَائِهَا كَانَ كَلَامُهُ تَسْبِيْحًا وَ إِذَا نَقَدَ ثَمَنَهَا كَانَ لَهُ بِكُلِّ دِرْهَمٍ سَبْعُمِائَةٍ حَسَنَة وَ إِذَا طَرَحَها عَلَى اْلأَرْضِ يُرِيدُ ذَبْحَهَا اسْتَغفَرَ لَهُ كُلُّ خَلْقٍ مِنْ مَوْضِعِهَا إِلَى اْلأَرْضِ السَّابِعَةِ وَ إِذاَ أَهرَقَ دَمَّهَا خَلَقَ اللهُ بِكُلِّ قطْرَةٍ مِن دَمِّهَا عَشْرَةً مِنَ الْمَلَائِكَةِ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ إلىَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. رواه أحمد.

"Barangsiapa keluar dari rumahnya pergi untuk membeli hewan kurban maka akan dihitung bagi orang tersebut setiap dari langkah kakinya sepuluh kebaikan, dan di hilangkan atasnya sepuluh kejelekan, dan diangkat (diberi) atasnya sepuluh derajat. Dan ketika terjadi transaksi pembelian maka setiap ucapannya dihitung sebagai tasbih, dan ketika akad pembelian berlangsung maka setiap dirham (satu rupiah) disamakan dengan tujuh puluh kebaikan, dan ketika hewan tersebut diletakkan (dibaringkan) di atas bumi untuk dipotong maka setiap makhluk yang ada di bumi sampai lapis ketujuh akan memohonkan ampun atas orang tersebut, dan ketika darah dari hewan tersebut telah dialirkan maka Allah SWT menjadikan setiap tetes dari darah tersebut sepuluh malaikat yang selalu memohonkan ampun sampai hari kiamat." (HR Ahmad).

Adapun haji diwajibkan untuk memperbanyak dzikir, menyaksikan manfaat duniawi dan ukhrawi (QS al-Hajj: 27-28), mengokohkan ketakwaan, menjauhi rafats, fusuk, dan jidal. (QS al-Baqarah: 197).

فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ. (البقرة: 197)

"Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (perkataan kotor), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal." (QS al-Baqarah: 197).

Dasar-dasar hikmah Allah menetapkan pokok-pokok fardhu dan dosa-dosa besar, telah ditandaskan oleh atsar yang di bawah ini:

"فَرَضَ اللهُ الْإِيمَانَ تَطْهِيراً مِنَ الشِّرْكِ، وَالصَّلاَةَ تَنْزِيهاً عَنِ الْكِبَرِ، وَالزَّكَاةَ تَسْبِيباً لِلرِّزْقِ، وَالصِّيَامَ ابْتِلاَءً لِإِخْلاَصِ الْخَلْقِ، وَالْحَجَّ تَقْرِبَةً لِلدِّينِ وَالْجِهَادَ عِزّاً لِلْإِسْلاَمِ، وَالْأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِ مَصْلَحَةً لِلْعَوَامِّ، وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ رَدْعاً لِلسُّفَهَاءِ، وَصِلَةَ الرَّحِمِ مَنْماةً لِلْعَدَدِ، وَالْقِصَاصَ حَقْناً لِلدِّمَاءِ، وَإِقَامَةَ الْحُدُودِ إِعْظَاماً لِلْمَحَارِمِ، وَتَرْكَ شُرْبِ الْخَمْرِ تَحْصِيناً لِلْعَقْلِ، وَمُجَانَبَةَ السَّرِقَةِ إِيجاباً لِلْعِفَّةِ، وَتَرْكَ الزِّنَى تَحْصِيناً لِلنَّسَبِ، وَتَرْكَ اللِّوَاطِ تَكْثِيراً لِلنَّسْلِ، وَالشَّهَادَةَ اسْتِظهَاراً عَلَى الْمُجَاحَدَاتِ وَتَرْكَ الْكَذِبِ تَشْرِيفاً لِلصِّدْقِ، وَالسَّلاَمَ أَمَاناً مِنَ الْمَخَاوِفِ، وَالْإَمَانَةَ نِظَاماً لِلْأُمَّةِ، وَالطَّاعَةَ تَعْظِيماً لِلْإِمَامَةِ."

"Allah memfardhukan iman untuk membersihkan hati dari syirik, memfardhukan sembahyang untuk mensucikan diri dari takabbur, memfardhukan zakat untuk menjadi sebab hasil rezeki bagi manusia, memfardhukan puasa untuk menguji keikhlasan manusia, memfardhukan haji untuk mendekatkan umat Islam antara satu dengan lainnya, memfardhukan jihad untuk kebesaran Islam, memfardhukan amar ma'ruf untuk kemaslahatan orang awam, memfardhukan nahyu 'anil munkar untuk menghardik orang-orang yang kurang akal, memfardhukan silaturahmi untuk menambah bilangan, memfardhukan qishas untuk pemeliharaan darah, menegakkan hukum-hukum pidana untuk membuktikan besar keburukan barang-barang yang diharamkan itu, memfardhukan kita untuk menjauhkan diri dari minuman yang memabukkan untuk memelihara akal, memfardhukan kita menjauhkan diri dari pencurian untuk mewujudkan pemeliharaan diri, memfardhukan kita menjauhi zina untuk memelihara keturunan, meninggalkan liwath untuk membanyakkan keturunan, memfardhukan penyaksian untuk memperlihatkan mana yang benar, dan memfardhukan kita menjauhi dusta untuk memuliakan kebenaran, dan memfardhukan perdamaian untuk memelihara manusia dari ketakutan dan memfardhukan kita memelihara amanah untuk menjaga keseragaman hidup dan memfardhukan taat untuk memberi nilai yang tinggi kepada pemimpin negara."

Demikianlah hikmah ibadah, agar kita tetap beriman dan bertaqwa. Tanpa iman pertahanan diri kita mudah rubuh dan manusia hidup mengambang tanpa arah. Tanpa taqwa, manusia mudah melanggar aturan dan jiwanya mudah dipermainkan setan.

جَعَلَنَا اللهُ وَ إِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْآمِنِيْنَ وَ أَدْخَلَنَا وَ إِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ الْمُوَحِّدِيْنَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مَّنْ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٍ لِّلْعَبِيدِ (فصلت: 46) اَللهُ أَكْبَرُ 3× لَآ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Khutbah II

اللهُ اَكْبَرْ (٧×) لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اَلْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ وَحْدَهْ صَدَقَ وَعْدَهْ وَ نَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهْ وَهَزَمَ الْاَحْزَابَ وَحْدَهْ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَةَ اِلَّا بِاللهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّٰهُمَ فَصَلِّ وَسَلِمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ كَنْزِ الرَّحْمَةِ وَعَلٰى اٰلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ. أَمَا بَعْدُ، فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِيٍ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِيْمِيْنَ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّهُمَّ أَعِزِّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ وَالْمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُنِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَخْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكـُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ. وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Dikutip dari Naskah Khutbah Almaghfurlah Wakil Rais PCNU Kabupaten Sukabumi KH Imam Syamsudin ghafarallahu dzunubah wa satara 'uyubah wa askanahu faradisal Jinan, oleh Hikmatul Luthfi bin Imam Syamsudin

Khutbah Idul Adha #3

Judul: Keteladanan Nabi Ibrahim AS

Khutbah I

اللهُ اَكبَرْ (3×)اللهُ اَكْبَرْ (×3) اللهُ اَكْبَر(×3)
اللهُ اَكْبَرْ كَبِیْرً ا وَ الحَمْدُ ِ ّ ِ بُكْرَ ةً وَ أصِ یْلاً لاَ اِلَھَ اِلاَّ اللهُ
وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ ِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ ِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِیْنَ عِیْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِ یاَمِ
رَ مَضَانَ وَ عْیدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ یَوْ مِ عَرَ فَةَ اَشْھَدُ اَنْ لاَ
اِلَھَ اِلاَّ اللهُ وَ حْدَهُ لاَ شَرِ یْكَ لَھُ لَھُ اْلمَلِكُ اْلعَظِیْمُ اْلاَكْبَرْ
وَ اَشْھَدٌ اَنَّ سَیِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَ سُوْ لُھُ
اللھُمَّ صَلِّ عَلىَ سَیِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِھِ وَ اَصْحَابِھِ
الَّذِیْنَ اَذْھَبَ عَنْھُمُ الرِّ جْسَ وَ طَھَّرْ
اَمَّا بَعْد◌ُ
فَیَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُواللهَ حَقَّ تُقَاتِھِ وَ لاَ تَمُوْ تُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ .
مُسْلِمُوْ ن

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan nikmat dan keberkahan kepada umat-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya yang setia mengikuti jejak langkahnya.

Tak terasa, hari yang penuh berkah telah tiba. Hari di mana umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Adha. Pada kesempatan ini, mari kita mengambil pelajaran dan menggali makna yang terkandung dalam kisah keteladanan Nabi Ibrahim AS.

Nabi Ibrahim AS, seorang manusia yang terpilih oleh Allah SWT untuk menjadi teladan bagi umat manusia. Dalam kehidupannya, beliau menghadapi ujian dan cobaan yang luar biasa. Salah satu ujian terbesar yang beliau hadapi adalah ketika Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anaknya yang tercinta, Nabi Ismail AS.

Kita semua tahu, seberapa besar cinta seorang ayah kepada anaknya. Namun, Nabi Ibrahim AS, sebagai seorang hamba yang taat, tidak ragu untuk memenuhi perintah Allah. Ini adalah contoh kepatuhan dan ketaatan yang luar biasa. Betapa beratnya ujian itu, tetapi Nabi Ibrahim AS tidak pernah berpaling dari ketundukan kepada Allah.

Dalam perjalanan menuju tempat penyembelihan, Iblis berusaha menggoda Nabi Ibrahim AS agar mengingkari perintah Allah. Namun, Nabi Ibrahim AS dengan teguh berpegang pada iman dan keyakinannya. Ia melempar tujuh kerikil ke arah Iblis sebagai simbol penolakan terhadap godaan syaitan. Ini mengajarkan kita untuk selalu berpegang teguh pada ajaran Islam dan menolak godaan yang akan menghalangi kita dari jalan yang benar.

Namun, ketika Nabi Ibrahim AS bersiap untuk menyembelih Nabi Ismail AS, Allah dengan rahmat-Nya menggantikan Nabi Ismail AS dengan seekor domba. Allah menguji kesetiaan dan ketaatan Nabi Ibrahim AS, dan pada akhirnya, beliau terbukti layak menerima keberkahan yang besar.

Dari kisah ini, ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik. Pertama, kesetiaan dan ketaatan kepada Allah haruslah menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Seperti Nabi Ibrahim AS, kita juga akan diuji dalam berbagai cara. Namun, dengan ketulusan hati dan iman yang teguh, kita dapat menghadapi ujian-ujian tersebut.

Kedua, dalam menghadapi ujian hidup, kita harus berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Nabi Ibrahim AS menunjukkan kepada kita bahwa hanya dengan mengandalkan Allah, kita dapat melewati setiap ujian dengan mulia dan tegar. Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan kita.

Ketiga, kisah Nabi Ibrahim AS mengajarkan kita tentang pengorbanan dan kasih sayang dalam keluarga. Meskipun Nabi Ibrahim AS sangat mencintai putranya, ia siap mengorbankan semuanya demi Allah. Hal ini mengajarkan kita pentingnya mengedepankan ketaatan kepada Allah di atas segala-galanya, termasuk cinta dan kasih sayang keluarga.

Saudaraku, pada hari yang penuh berkah ini, mari kita merenungkan kisah keteladanan Nabi Ibrahim AS dan meneladani sifat-sifat mulia yang beliau miliki. Marilah kita menghadapi ujian-ujian hidup dengan keteguhan iman dan kepatuhan kepada Allah. Marilah kita mengorbankan apa pun yang menjadi penghalang antara kita dan ridha-Nya.

Saya berdoa semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan petunjuk dari kisah Nabi Ibrahim AS dalam menghadapi ujian hidup. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan keberkahan dalam menjalani kehidupan ini. Amin.

Akhir kata, mari kita sambut hari Idul Adha dengan hati yang penuh syukur dan tekad yang kuat untuk meningkatkan ketaatan kita kepada Allah. Selamat Hari Raya Idul Adha. Taqabbalallahu minna wa minkum. Eid Mubarak!

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

.بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمنِ الرَّ حِ یمِ .أعُوْ ذُ بِا ِ مِنَ الشَّیْطنِ الرَّ جِ یْمِ
إِنَّا أَعْطَیْنَاكَ الْكَوْ ثَرَ فَصَلِّ لِرَ بِّكَ وَ انْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ ھُوَ الأْ َبْتَرُ
بَارَ كَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْ آنِ الْعَظِیْمِ
وَ نَفَعَنِي وَ اِیِّاكُمْ بما فیھ مِنَ الآیَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِیْمِ
وَ تَ قَبَّلْ مِنِّيْ وَ مِنْكُمْ تِلاوَ تَھُ اِنّھُ ھُوَ السَّمِیْعُ لعَلِیْم
فَاسْتَغْفِرُوْ ا اِنَّھُ ھُوَ اْلغَفُوْ رُ الرَّ حِ یْم

Khutbah II

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Oleh: Tim detikSulsel

Khutbah Idul Adha #4

Judul: Kurban Sebagai Perwujudan Takwa

Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْقَهَّارِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمٍ تَتَوَالَى كَالْأَمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مُتَرَادِفِ فَضْلِهِ الْمِدْرَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ النَّارِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلَ مَنْ حَجَّ وَاعْتَمَرَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَبْرَارِ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Pada pagi yang cerah ini marilah kita panjatkan segala puji dan syukur ke hadirat Allah ﷻ yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kenikmatan sehingga kita dapat hadir di tempat ini untuk menunaikan salah satu ibadah yang diperintahkan kepada kita sambil mengumandangkan kalimat-kalimat yang agung, takbir, dan tahmid, yang semuanya kita tujukan kepada keagungan dan kebesaran Allah.

Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad ﷺ yang telah memberi petunjuk-petunjuk yang benar kepada kita, yang dapat dijadikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Dalam hidup ini, kita sering dihadapkan pada berbagai tantangan dan cobaan. Namun, sebagai umat Muslim, kita memiliki dua kunci penting untuk menghadapinya dengan bijak, yaitu sabar dan tawakal.

Sabar adalah sikap menahan diri dan mengendalikan emosi dalam menghadapi cobaan. Sabar bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang membuat kita tegar dan kuat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 153)

Tawakal, di sisi lain, adalah meletakkan keyakinan sepenuhnya kepada Allah SWT. Ini berarti kita percaya bahwa segala yang terjadi adalah kehendak-Nya, dan kita berserah diri kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda, "Jika kamu semua bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung; mereka pergi dengan perut kosong dan kembali dengan perut yang penuh." (At-Tirmidzi)

Dalam menghadapi tantangan hidup, kita dapat mengambil contoh dari kehidupan sebelum kita. Nabi Ibrahim AS, misalnya, telah menunjukkan sabar dan tawakal yang luar biasa ketika diuji dengan perintah Allah untuk menyembelih putranya. Meski penuh rasa sakit dan berat hati, Nabi Ibrahim tetap berserah diri kepada Allah dan mempercayakan segalanya kepada-Nya.

Ketika kita menghadapi tantangan, penting untuk mengingat bahwa setiap ujian adalah kesempatan untuk tumbuh dan memperkuat iman kita. Dengan sabar dan tawakal, kita dapat melalui setiap cobaan dengan penuh kepercayaan kepada Allah SWT.

Dalam mengaplikasikan sabar dan tawakal, kita juga perlu mengimbangi dengan usaha dan tindakan yang bijaksana. Kita tidak boleh hanya pasrah tanpa melakukan upaya untuk mengatasi masalah. Allah SWT menginginkan kita untuk berusaha sebaik mungkin dan kemudian mempercayakan hasilnya kepada-Nya.

Dalam mengakhiri khutbah ini, marilah kita selalu berpegang teguh pada sabar dan tawakal sebagai kunci menghadapi tantangan hidup. Dalam kesulitan, mari kita sabar dan bertawakal kepada Allah, yakin bahwa Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi setiap ujian hidup. Amin.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الأَبْرَارِ يَا عَزِيْزُ بَا غَفَّارُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ. وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Khutbah II

اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللّٰهِ وَرَسُولُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللّٰهَ تَعَالَى فِي هٰذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيْدَنَا هٰذَا سَعَادَةً وَتَلَاحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

Oleh: Prof Dr KH Ahmad Thib Raya, MA, guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Khutbah Idul Adha #5

Judul: Makna Kurban dan Kemanusiaan

Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ،ـ الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَـخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَـخْتَارُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ الْوَاحِدُ الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ وَقُدْوَةُ الْأَبْرَارِ، اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، صَلَاةً دَائِمَةً مَّا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا إِخْوَةَ الْإِسْلَامِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَـرُ

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu momen paling penting dalam agama Islam. Pada hari tersebut, umat Muslim di seluruh dunia merayakan pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan menghormati tradisi ibadah kurban.

Kurban adalah ibadah yang dilakukan dengan menyembelih hewan tertentu, seperti sapi, kambing, atau domba, sebagai penghormatan kepada Allah SWT. Ibadah kurban ini dilakukan sebagai tindakan ibadah yang menggambarkan kesediaan dan pengabdian seorang Muslim kepada Allah. Kurban juga mencerminkan kesadaran dan rasa syukur umat Muslim terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah dalam kehidupan mereka. Sebagaimana firman dalam Q.S Al-Kautsar [108]: ayat 2;

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Artinya: "Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah."

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah, Ibadah kurban memiliki dasar hukum yang kuat dalam Islam. Hal ini didasarkan pada Al-Qur'an, di mana Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk mengurbankan putranya, Ismail AS, sebagai ujian kepatuhan dan pengabdian. Namun, sebagai pengganti yang diterima Allah, Nabi Ibrahim AS diberi domba untuk dikurbankan. Kisah ini mencerminkan kesetiaan Nabi Ibrahim AS kepada Allah dan menegaskan pentingnya kurban sebagai ibadah yang dianjurkan dalam agama Islam.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya: Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."

Profesor Quraish Shihab dalam kitab _Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, Volume 11, halaman 281_mengatakan term "اَرٰى" [saya melihat] , اَذْبَحُكَ [saya menyembelih mu] dan تُؤْمَرُۖ [diperintahkan], dalam gramatika bahasa Arab menggunakan bentuk fiil mudhari yang berarti menunjukkan masa kini dan akan datang. Ayat ini mengisyaratkan bahwa apa yang Nabi Ibrahim lihat seakan-akan masih terlihat hingga saat penyampaian itu.

Sedangkan penggunaan bentuk tersebut untuk kata "menyembelihmu" untuk mengisyaratkan bahwa perintah Allah yang dikandung mimpi ini belum selesai dilaksanakan, tetapi hendaknya segera dilaksanakan. Karena itu pula jawaban sang anak kata kerja masa kini juga, untuk mengisyaratkan bahwa Nabi Ismail siap untuk melaksanakan perintah Allah yang sedang maupun yang akan ia terimanya. [Profesor Quraish Shihab, _Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, Volume 11, [Ciputat, Penerbit Lentera Hati, 2017],halaman 281].

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ibadah kurban memiliki makna dan simbolisme yang mendalam dalam Islam. Dalam melakukan kurban, umat Muslim menunjukkan ketaatan, keikhlasan, dan pengorbanan diri kepada Allah. Kurban juga mengingatkan kita tentang nilai-nilai seperti kesederhanaan, berbagi, dan kepedulian sosial. Selain itu, kurban mengajarkan kita tentang arti penting memberikan yang terbaik dari yang kita miliki untuk kepentingan umat manusia dan menghormati nilai-nilai kasih sayang dan belas kasihan. Ini sebagaimana dikatakan oleh Syekh Wahbah az-Zuhaili, dalam Kitab Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid III, halaman 595;

والحكمة من تشريعها: هو شكر الله على نعمه المتعددة, وعلى بقاء الإنسان من عام لعام, ولتكفير السيئات عنه: إما بارتكاب المخالفة, أو نقص المأمورات, وللتوسعة على أسرة المضحي وغيرهم

Artinya: "Hikmah disyariatkan kurban ialah sebagai upaya mensyukuri nikmat Allah atas limpahan banyaknya nikmat, dan juga untuk rasa syukur manusia karena masih dianugerahkan umur yang panjang sabn tahun, dan untuk melebur dosa dari orang yang berkurban, ada kalanya dosa tersebut karena melaksanakan larangan Allah atau lalai dalam melakukan ketaatan, serta bertujuan untuk melapangkan rezeki atas keluarga orang yang berkurban dan selainnya."

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Selanjutnya ibadah kurban merupakan bentuk solidaritas sosial yang kuat terhadap sesama umat manusia. Saat seseorang melaksanakan kurban, mereka tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi, tetapi juga berbagi dengan mereka yang kurang beruntung. Hewan kurban yang disembelih akan dibagikan pada yang membutuhkan, termasuk fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang terpinggirkan dalam masyarakat. Melalui tindakan ini, ibadah kurban memperkuat ikatan sosial antara sesama manusia dan membantu mengurangi kesenjangan sosial.

Selanjutnya, ibadah kurban mengajarkan nilai kebersamaan dan berbagi. Saat umat Muslim melaksanakan ibadah kurban, mereka melakukan tindakan tersebut bersama-sama sebagai komunitas. Ini menciptakan ikatan sosial yang erat dan memperkuat rasa persaudaraan antara sesama Muslim. Tidak hanya itu, melalui pembagian daging kurban kepada masyarakat yang membutuhkan, ibadah kurban juga mengajarkan pentingnya berbagi dan membantu mereka yang kurang beruntung. Hal ini mengingatkan kita untuk tidak egois dan memperhatikan kebutuhan orang lain di sekitar kita, sehingga mampu menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan adil.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Di sisi lain, pelbagai nilai empati dan perhatian, bukan saja pada manusia, tetapi juga hewan. Dalam Islam ditanamkan doktrin untuk menghormati hewan. Pasalnya, ada adab yang harus dijaga dan diamalkan. Saat kita mengikuti ibadah kurban, kita harus memahami bahwa hewan kurban tersebut adalah makhluk ciptaan Allah yang juga memiliki hak-haknya. Islam mengajarkan bahwa hewan harus diperlakukan dengan baik dan disembelih dengan cara yang humanis.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam tataran ini, melalui ibadah kurban, manusia belajar untuk memahami rasa sakit dan penderitaan makhluk lain, sehingga dapat merasakan kebutuhan dan kepedulian terhadap mereka. Ini mengembangkan sifat empati dalam diri kita dan mendorong kita untuk berperilaku dengan bijaksana terhadap lingkungan dan makhluk di sekitar kita. Simak hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang bersumber dari Abu Ya'la, Rasulullah bersabda;

إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدَكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ

Artinya: "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan atas segala sesuatu. Apabila kalian membunuh, maka bunuhlah dengan baik. Apabila kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan baik dan hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih."

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Terakhir, ibadah kurban memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Selain tujuan sosial dan humanisnya, ibadah kurban juga bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan ketakwaan. Ia mengingatkan kita tentang kewajiban kita untuk memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki sebagai ungkapan syukur atas nikmat-nikmat Allah yang melimpah. Dalam kurban, kita mengorbankan sesuatu yang berharga bagi kita sebagai bentuk pengabdian dan ketaatan kita pada Allah.

Dengan melakukan ibadah kurban dengan niat yang tulus dan ikhlas, kita memperoleh pahala dan mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Nabi SAW dalam sabda;

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ، إِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا، وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ، فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Artinya: "Tidak ada amalan yang dilakukan oleh manusia pada hari Nahr yang lebih dicintai oleh Allah selain daripada mengucurkan darah (hewan kurban). Sesungguhnya, ia (hewan kurban) akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya."

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ،

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللَّهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللَّهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

Oleh: Ustadz Zainuddin Lubis, pegiat kajian tafsir dan hadits, tinggal di Jakarta

Khutbah Idul Adha #6

Judul: Resep Nabi Ibrahim Lulus dari Ujian Allah

Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Kaum Muslimin-Muslimat jamaah Îd al-Adhâ yang berbahagia..!

Pertama marilah kita bertakwa kepada Allah ﷻ, yaitu menjauhi segala larangan Allah dan melaksanakan segala perintahnya. Hal tersebut kita lakukan karena takwa merupakan nilai esensial dalam berkurban, Allah tidak akan menerima daging atau darah dari hewan kurban, namun yang diterima Allah adalah ketakwaan dari orang yang berkurban. Takwa bagi generasi muda juga bisa dimaknai dengan meningkatkan belajar, meraih prestasi, disiplin, unggul, rajin shalat lima waktu dan beribadah kepada Allah ﷻ. Sebaliknya menjauhi larangan Allah, seperti menjauhi Narkoba, menghindari hoax dan ujaran kebencian, menjauhi radikalisme dan terorisme, menjauhi permusuhan demi membangun dan membela NKRI yang bermartabat. Alhamdulillah, pagi hari ini kita semua berbahagia, karena kita dapat melaksanakan shalat Idul Adha bersama-sama dan merayakan 'Îdul Adhâ dengan selamat dan sejahtera. Karena itu, mari kita bersama merenungi makna dan hakikat yang terdalam dari Idul Adha.

Kaum Muslimin-Muslimat jamaah Îd al-Adhâ yang berbahagia!

Apa makna dari Idul Adha? Secara bahasa, 'îd memiliki makna hari raya, adhâ bermakna hewan sembelihan, artinya pada hari ini kita diperintahkan Allah untuk berkurban dengan menyembelih binatang kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ, hari ini juga dapat dinamakan dengan hari raya haji, karena sehari sebelumnya umat Muslim yang berhaji melaksanakan wukuf di arafah. Hari raya Idul Adha juga dinamakan dengan hari raya besar, idul kabir, karena mengingat peristiwa penting sejarah nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.

Pada hari raya Idul Adha ini, mari kita bersama-sama belajar dari kesuksesan Nabi Ibrahim AS. Imam Nawawi bin Umar Al Bantani Al Jawi dalam Kitab Nashoihul Ibad, halaman 10 mengisahkan tentang Nabi Ibrahim ketika ditanya, apa alasan utama Allah ﷻ mengangkat Nabi Ibrahim menjadi Khalilullah (kekasih Allah)? Nabi Ibrahim menjawab dengan tiga alasan, pertama, Nabi Ibrahim selalu mendahulukan perintah Allah. Kedua, Nabi Ibrahim selalu tawakal kepada Allah. Dan Ketiga, Nabi Ibrahim adalah pribadi yang peduli terhadap orang lain.

Rahasia pertama Nabi Ibrahim menjadi Khalilullah (kekasih Allah) adalah mendahulukan perintah Allah. Hal tersebut mengingatkan kita tentang kisah Nabi Ibrahim AS ketika diperintahkan Allah untuk menyembelih Nabi Ismail AS. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat as-Shaffat 102-111

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ. فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ. وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ. وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ. سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ

Artinya: "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar'. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu', sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) 'Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim'. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.

Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Munir li Zuhaili juz 23 halaman 117 menjelaskan bahwa ketika usia Nabi Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi ada seruan, "Hai Ibrahim! Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk menyembelih anakmu." Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah ﷻ atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah yang artinya, berpikir/merenung.

Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah ﷻ. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari 'Arafah, yang artinya mengetahui, dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah. Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan penyembelihan Ismail. Karena itulah, hari itu disebut dengan hari menyembelih kurban (yaumun nahr). Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada putranya, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi, aku diperintahkan Allah untuk menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu "Ia (Ismail) menjawab, 'Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, Insya Allah, engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Ahmad Ghalwasy dalam kitab Da'watut Rosul halaman 112 menjelaskan, ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS telah bersiap diri untuk penyembelihan, Nabi Ibrahim bertakbir dengan menjalankan pisau pada tenggorokan Ismail, kemudian Allah ﷻ menyelamatkan Nabi Ismail AS. Allah tidak memperkenankan pisau yang dibawa Nabi Ibrahim melukai sedikit pun Nabi Ismail AS. Allah ﷻ memanggil Ibrahim bahwa Ibrahim telah lulus ujian dengan ketaatan Ibrahim dalam mendahulukan perintah Allah ﷻ. Ibrahim melihat di depannya seekor domba putih yang besar yang dikirim Allah untuk mengganti Ismail sebagai sembelihan. Kemudian Ibrahim menyembelih domba tersebut untuk melaksanakan perintah Allah ﷻ.

Dari perjalanannya yang panjang, dengan rentetan perjuangan dan ujian demi ujian, pada akhirnya Nabi Ibrâhim mendapatkan kemenangan, kelulusan, dan kesuksesan yang gemilang. Lulus dari ujian yang berat dari Allah ﷻ. Hingga kini peristiwa tersebut dikenang oleh Muslim sedunia agar ajaran Nabi Ibrahim menjadi teladan dan diamalkan oleh generasi masa depan.

Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa Li Allâh al-Hamd

Saudara-saudara sidang Idul Adha yang berbahagia..!

Rahasia kedua kesuksesan Nabi Ibrahim adalah, Nabi Ibrahim selalu bertawakal kepada Allah ﷻ. Maksudnya, Nabi Ibrahim adalah Nabi yang selalu berusaha keras, Nabi yang cerdas, Nabi yang ikhlas, dan selalu mengerjakan perintah Allah dengan tuntas. Nabi Ibrahim selalu berikhtiar dan berusaha dalam melaksanakan perintah Allah, berdoa kepada Allah, dan menyerahkan segala urusan kepada Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman dalam Surat Ar Ra'd, ayat 11:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

Dalam ajaran Islam, kita diperintahkan untuk selalu berusaha, berdoa, dan tawakal kepada Allah ﷻ. Dalam konteks hari raya Idul Adha, Nabi Ibrahim selalu bekerja keras untuk melaksanakan perintah Allah, Nabi Ibrahim bekerja cerdas dengan mengklarifikasi mimpi hingga tiga kali, Nabi Ibrahim juga mendiskusikannya dengan Nabi Ismail AS. Nabi Ibrahim juga menerima perintah Allah tersebut dan mengerjakannya dengan ikhlas, tujuannya hanya kepada Allah ﷻ dan akhirnya perintah Allah beliau laksanakan dengan sukses dan tuntas. Nabi Ibrahim adalah pribadi yang arif bijaksana, Nabi yang cerdas dan pintar, Ketika beliau berdakwah pada masyarakat, beliau menguasai berbagai bahasa mereka, paham ajaran mereka, beliau mengerti sosiologi, dialektika dan adat istiadat mereka. Sehingga masyarakat yang didakwahi Nabi Ibrahim tidak dapat membantah hujjah dan dalil Nabi Ibrahim.

Keteladanan Nabi Ibrahim di atas penting untuk diamalkan generasi bangsa dengan selalu rajin dan giat belajar dalam menguasai ilmu pengetahuan. Setiap Muslim wajib untuk mempelajari berbagai ilmu yang menjadi kebutuhan hidupnya, seperti ilmu agama, ilmu kedirgantaraan, militer, sosial, kedokteran, maupun ilmu yang menjadi kebutuhan masyarakat, agar tercipta masyarakat yang sejahtera, maju, dan bermartabat. Barangsiapa tekun, ia akan akan dapat, barang siapa bersabar, ia akan dapat, siapa menanam, pasti menuai, di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan. Pemuda harus bangkit dan bergerak demi meneladani perjuangan Nabi Ibrahim AS.

Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa Li Allâh al-Hamd

Saudara-saudara sidang Idul Adha yang berbahagia..!

Rahasia kesuksesan Nabi Ibrahim yang ketiga adalah Nabi Ibrahim adalah sosok Nabi yang dermawan dan peduli sosial. Nabi Ibrahim tidak pernah makan pagi dan makan sore, kecuali disertai oleh kawan, walaupun beliau harus berjalan jauh untuk mencari kawan yang mau makan bersama Nabi Ibrahim AS. Dalam konteks hari raya Idul Adha, kita diperintahkan Allah untuk meneladani Nabi Ibrahim AS, jangankan harta, tenaga, maupun fikiran, bahkan putra yang sholih pun akan beliau korbankan demi menjalankan perintah Allah ﷻ. Kita tidak diperintahkan menyembelih putra kita, namun kita hanya diperintahkan untuk menyembelih hewan Kurban dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ.

Selain itu, kita juga diperintahkan Allah untuk menjadi seorang yang peduli sosial, membantu sesama yang membutuhkan. Terutama bagi saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah di Lombok NTB. Mari dalam rangkaian hari raya Idul Adha ini, kita menyisihkan sebagian harta kita untuk membantu saudara-saudara kita di Lombok yang sedang tertimpa musibah. Semoga mereka diberi ketabahan, kesabaran, dan kemudahan dalam menghadapi penderitaan. Serta semakin menambah keimanan kita kepada Allah ﷻ agar musibah ini segera berakhir dengan baik. Aamiin. Ya Allah Ya Rahman, Ampunilah umat Nabi-Mu, Nabi Muhammad SAW, kasihanilah mereka, bimbinglah mereka, sayangilah mereka, sebagaimana Nabi Muhammad menyayangi mereka. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Oleh: Rustam Ibrahim, Dosen UNU Surakarta

Khutbah Idul Adha #7

Judul: Tiga Pelajaran Utama Hari Raya Kurban

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ. الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Hari raya kurban atau biasa kita sebut Idul Adha yang kita peringati tiap tahun tak bisa terlepas dari kisah Nabi Ibrahim sebagaimana terekam dalam Surat ash-Shaffat ayat 99-111. Meskipun, praktik kurban sebenarnya sudah dilaksanakan putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil. Diceritakan bahwa kurban yang diterima adalah kurban Habil bukan Qabil. Itu pun bukan daging atau darah yang Allah terima namun ketulusan hati dan ketakwaan dari si pemberi kurban.

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. (Al-Hajj: 37)

Kendati sejarah kurban sudah berlangsung sejak generasi pertama umat manusia, namun syariat ibadah kurban dimulai dari cerita perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail ('alaihissalâm). Seorang anak yang ia idam-idamkan bertahun-tahun karena istrinya sekian lama mandul. Dalam Surat ash-Shaffat dijelaskan bahwa semula Nabi Ibrahim berdoa:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ.

"Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih."

Allah lalu memberi kabar gembira dengan anugerah kelahiran seorang anak yang amat cerdas dan sabar (ghulâm halîm). Hanya saja, ketika anak itu menginjak dewasa, Nabi Ibrahim diuji dengan sebuah mimpi. Ia berkata, "Wahai anakku, dalam tidur aku bermimpi berupa wahyu dari Allah yang meminta aku untuk menyembelihmu. Bagaimana pendapat kamu?" Anak yang saleh itu menjawab, "Wahai bapakku, laksanakanlah perintah Tuhanmu. Insya Allah kamu akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar."

Tatkala sang bapak dan anak pasrah kepada ketentuan Allah, Ibrâhîm pun membawa anaknya ke suatu tumpukan pasir. Lalu Ibrâhîm membaringkan Ismail dengan posisi pelipis di atas tanah dan siap disembelih.

Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh,

Atas kehendak Allah, drama penyembelihan anak manusia itu batal dilaksanakan. Allah berfirman dalam ayat berikutnya:

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ. وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ. سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ

"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) 'Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim'. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman."

Hadirin,

Ibadah kurban tahunan yang umat Islam laksanakan adalah bentuk i'tibar atau pengambilan pelajaran dari kisah tersebut. Setidaknya ada tiga pesan yang bisa kita tarik dari kisah tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta ritual penyembelihan hewan kurban secara umum.

Pertama, tentang totalitas kepatuhan kepada Allah subhânau wata'âla. Nabi Ibrahim yang mendapat julukan "khalilullah" (kekasih Allah) mendapat ujian berat pada saat rasa bahagianya meluap-luap dengan kehadiran sang buah hati di dalam rumah tangganya. Lewat perintah menyembelih Ismail, Allah seolah hendak mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa anak hanyalah titipan. Anak-betapapun mahalnya kita menilai-tak boleh melengahkan kita bahwa hanya Allah lah tujuan akhir dari rasa cinta dan ketaatan.

Nabi Ibrahim lolos dari ujian ini. Ia membuktikan bahwa dirinya sanggup mengalahkan egonya untuk tujuan mempertahankan nilai-nilai Ilahi. Dengan penuh ketulusan, Nabi Ibrahim menapaki jalan pendekatan diri kepada Allah sebagaimana makna kurban, yakni pendekatan diri.

Sementara Nabi Ismail, meski usianya masih belia, mampu membuktikan diri sebagai anak berbakti dan patuh kepada perintah Tuhannya. Yang menarik, ayahnya menyampaikan perintah tersebut dengan memohon pendapatnya terlebih dahulu, dengan tutur kata yang halus, tanpa unsur paksaan. Atas dasar kesalehan dan kesabaran yang ia miliki, ia pun memenuhi panggilan Tuhannya.

Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh,

Pelajaran kedua adalah tentang kemuliaan manusia. Dalam kisah itu di satu sisi kita diingatkan untuk jangan menganggap mahal sesuatu bila itu untuk mempertahankan nilai-nilai ketuhanan, namun di sisi lain kita juga diimbau untuk tidak meremehkan nyawa dan darah manusia. Penggantian Nabi Ismail dengan domba besar adalah pesan nyata bahwa pengorbanan dalam bentuk tubuh manusia-sebagaimana yang berlangsung dalam tradisi sejumlah kelompok pada zaman dulu-adalah hal yang diharamkan.

Manusia dengan manusia lain sesungguhnya adalah saudara. Mereka dilahirkan dari satu bapak, yakni Nabi Adam 'alaihissalâm. Seluruh manusia ibarat satu tubuh yang diciptakan Allah dalam kemuliaan. Karena itu membunuh atau menyakiti satu manusia ibarat membunuh manusia atau menyakiti manusia secara keseluruhan. Larangan mengorbankan manusia sebetulnya penegasan kembali tentang luhurnya kemanusiaan di mata Islam dan karenanya mesti dijamin hak-haknya.

Pelajaran yang ketiga yang bisa kita ambil adalah tentang hakikat pengorbanan. Sedekah daging hewan kurban hanyalah simbol dari makna korban yang sejatinya sangat luas, meliputi pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran, waktu, dan lain sebagainya.

Pengorbanan merupakan manifestasi dari kesadaran kita sebagai makhluk sosial. Bayangkan, bila masing-masing manusia sekadar memenuhi ego dan kebutuhan sendiri tanpa peduli dengan kebutuhan orang lain, alangkah kacaunya kehidupan ini. Orang mesti mengorbankan sedikit waktunya, misalnya, untuk mengantre dalam sebuah loket penjualan tiket, bersedia menghentikan sejenak kendaraannya saat lampu merah lalu lintas menyala, dan lain-lain. Sebab, keserakahan hanya layak dimiliki para binatang. Di sinilah perlunya kita "menyembelih" ego kebinatangan kita, untuk menggapai kedekatan (qurb) kepada Allah, karena esensi kurban adalah solidaritas sesama dan ketulusan murni untuk mengharap keridhaan Allah. Wallahu a'lam.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Oleh: Alif Budi Luhur, NU Online

Khutbah Jumat tentang Qurban #8

Judul: Mari Berkurban, Raih Pahala dan Keutamaannya

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ
أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Syukur alhamdulillah mari kita tanamkan dalam hati dan kita ucapkan dengan lisan, sebagai kata kunci pertama atas segala nikmat dan karunia yang Allah SWT berikan kepada kita semua, khususnya nikmat iman dan sehat, sehingga kita bisa terus istiqamah dalam mengerjakan ibadah wajib satu pekan satu kali ini, yaitu salat Jumat. Semoga ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya.

Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala alihi wa sahbih, yang telah sukses menjalankan visi misi dakwahnya dalam menyebarkan ajaran Islam yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang dalam bingkai rahmatan lil 'alamin, beserta para sahabat, keluarga, dan semua pengikutnya yang senantiasa berusaha untuk mengikuti seluruh jejak langkahnya.

Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan salat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, karena hanya dengan modal takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia dengan karunia-Nya, dan selamat di akhirat dengan rahmat-Nya.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Salah satu media untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT adalah dengan cara terus berusaha untuk meriah cinta dan kasih sayang-Nya. Caranya adalah dengan istiqamah melakukan semua yang diperintahkan, baik perintah yang wajib, seperti salat, puasa, zakat, dan lainnya, ataupun yang sunnah, seperti berkurban pada hari raya idul Adha. Dengan cara itulah, maka Allah akan cinta kepada kita semua. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh nabi dalam salah satu haditsnya, yaitu:

مَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

Artinya: "Tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang telah aku wajibkan baginya. Dan tidaklah mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya." (HR Bukhari).

Perbuatan sunnah yang bisa kita lakukan sangat banyak macamnya, dan salah satunya adalah dengan cara berkurban. Berkurban merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan dalam Islam (sunnah muakkad). Hal ini sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2)

Artinya: "Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." (QS Al-Kautsar [108]: 1-2).

Berdasarkan ayat ini, kita semua sangat dianjurkan untuk berkurban setelah menunaikan salat hari raya idul Adha, baik dengan unta, sapi, kambing, ataupun domba. Adanya anjuran itu tidak lain selain sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Berkurban pada hari raya Idul Adha memiliki nilai keutamaan dan kemuliaan yang sangat tinggi, dan merupakan salah satu perbuatan yang sangat disenangi oleh Allah SWT. Karenanya, Allah segera mempersiapkan pahala kepada orang-orang yang berkurban, walaupun pisau baru digesekkan pada leher hewan tersebut, bahkan sebelum darahnya membasahi tanah. Hal itu merupakan balasan atas ketaatan orang-orang yang berkurban dalam memenuhi seruan dari Allah. Dalam salah satu haditsnya, nabi bersabda:

مَا عَمِلَ آدَمِىٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِى فَرْثِهِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ فِى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Artinya: "Tidak ada amalan yang dilakukan oleh manusia pada hari raya kurban, yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan (berkurban). Sesungguhnya, hewan kurban itu pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu, dan kuku-kukunya. Dan sungguh, sebelum darah kurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima di sisi Allah. Karenanya, lapangkanlah jiwa kalian untuk melakukannya." (HR at-Tirmidzi).

Selain keutamaan ini, Syekh Abdul Qadir al-Jilani dalam salah satu karyanya, yang berjudul al-Ghunyah li Thalibi Thariqi al-Haq, menjelaskan bahwa suatu saat Nabi Daud pernah bertanya kepada Allah perihal pahala atau balasan yang akan didapatkan oleh umat Nabi Muhammad yang berkurban. Kemudian Allah menjawab:

ثَوَابُهُ أَنْ أَعْطِيَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ عَلىَ جَسَدِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَأَمْحُوْ عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ وَأَرْفَعُ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ. أَمَّا عَلِمْتَ يَا دَاوُدَ أَنَّ الضَّحَايَا هِيَ الْمَطَايَا وَأَنَّ الضَّحَايَا تَمْحُوْ الْخَطَايَا

Artinya: "Pahalanya adalah bahwa pada setiap bulu dari hewan kurbannya, Aku beri dia sepuluh kebaikan, Aku hapus sepuluh dosa-dosanya, dan Aku angkat dia dengan sepuluh derajat. Ketahuilah wahai engkau Daud, bahwa sesungguhnya hewan kurban itu adalah kendaraan dan sungguh hewan kurban itu adalah penghapus kesalahan-kesalahan."

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Itulah beberapa kemuliaan dan pahala yang akan diberikan oleh Allah kepada kita semua jika berkurban. Oleh karenanya, mari pada momentum hari raya Idul Adha kali ini kita jadikan ajang untuk sama-sama berkurban dalam rangka memenuhi seruan Allah. Selain karena kemuliaan dan pahala yang sangat banyak, juga agar tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, karena anjuran ini hanya satu kali dalam setiap tahunnya, yaitu setelah salat salat idul Adha (10 Dzulhijjah) hingga terbenamnya matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah.

Demikian khutbah Jumat perihal keutamaan dan pahala yang akan didapatkan oleh orang-orang yang berkurban. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً. اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Khutbah Jumat tentang Qurban #9

Judul: Hikmah Perintah Qurban

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Pertama dan utama marilah kita bersyukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan berjuta-juta kenikmatan kepada kita sekalian, sehingga masih diberi kesempatan dan kekuatan untuk bisa melaksanakan salat Jumat di masjid yang mulia ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad shallallahu 'alahi wa sallam yang telah membimbing kita menuju dunia yang terang, yaitu addinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin.

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Selaku khatib kami mengajak kepada hadirin sekalian dan diri kami pribadi, marilah kita selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan seluruh perintahNya dan menjauhi semua laranganNya dengan cara yang diajarkanNya. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga selalu dalam keimanan dan ketakwaan kepadaNya. Amin.

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, merupakan waktu melakukan ibadah menyembelih hewan kurban. Berkurban bisa bermakna menyembelih hewan khusus dengan niat untuk bertaqarrub kepada Allah pada waktu khusus atau menyembelih dari hewan ternak berupa kambing, sapi, kerbau, unta dan sebangsanya untuk mendekatkan diri kepada Allah pada hari nahr.

Ibadah kurban merupakan ritual tradisi umat Islam. Disyariatkan pada tahun kedua hijriah, kini ibadah kurban telah melembaga dan membudaya serta memiliki corak tersendiri bagi komunitas umat Islam di berbagai belahan dunia. Karenanya kurban memiliki hakekat yang sangat kuat dan dalam serta harus diketahui oleh seorang kaum muslimin

Berkurban juga bisa dimaknai bentuk sedekah seorang muslim kepada sesama dan jalan mendekatkan diri kepada Allah. Bersedekah berupa memotong hewan kurban dengan membagikan daging hewan kurban kepada masyarakat di sekitar seseorang yang berkurban.

Di antara hikmah ibadah kurban adalah:

Pertama, menunjukkan sikap syukur

Manusia setiap detik, saat, selalu mendapat nikmat dari Allah yang tidak dapat terhitung. Ketika kita selalu mendapat nikmat Allah, maka sangat wajar dan seharusnya harus bersyukur atas nikmat yang Allah telah berikan kepada kita sekalian.

Berkurban atau menyembelih hewan kurban adalah merupakan aktualisasi dari sikap syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diterima sehingga kita mampu membeli hewan kurban untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar. Allah SWT berfirman:

اِنَّا اَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الاَبْتَرُ.ِ

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu adalah dia yang terputus." (QS Al-Kautsar: 1-3)

Kedua, sarana belajar ikhlas

Ibadah kurban dalam pengamalannya memerlukan keimanan dan keikhlasan dari orang yang berkurban. Tanpa keimanan dan keikhlasan niscaya terasa sangat berat untuk dilaknasakan. Mengingat harus mengeluarkan sebagian hartanya untuk membeli hewan kurban dan dibagikan kepada masyarakat sekitar.

Keikhlasan ditunjukkan dengan harapan mendapat ridha dari Allah. Sehingga ada kelegaan atau keikhlasan dari orang yang berkurban. Harapan mendapat ridhalah yang juga menjadi penyemangat untuk berkurban. Allah berfirman:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

Artinya: "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." (QS Al Hajj: 37)

Ketiga, memupuk kepedulian sesama

Dengan berkurban berarti peduli kepada orang lain dan saudara-saudara. Dengan kurban berarti memperhatikan saudara dan tetangga. Kurban ini juga merupakan kesempatan untuk memupuk kepedulian kepada sesama manusia. Kesempatan ini hanya setahun sekali. Mari kita berusaha untuk bisa melakukan ibadah kurban setiap tahun, semoga Allah memberi kemudahan kepada kita. Allah berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara." (QS Al Hujurat [49]: 10)

Keempat, menyiarkan Islam

Ibadah kurban merupakan ibadah sosial yang berarti mengandung nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Mengapa? karena setelah menyembelih hewan kurban daging hewan kurban dibagikan kepada lingkungan sekitar. Hal ini boleh jadi akan memberikan daging kepada orang yang hanya makan daging setahun sekali, boleh jadi sampai kepada orang yang sedang kepingin makan daging kurban dan lain sebagainya. Intinya dapat memberikan kebahagiaan dan menyambung persaudaraan dengan yang mendapatkan daging hewan kurban.

Ketika kurban disembelih inilah terbentuk suasana kerumunan karena kehadiran masyarakat yang ingin melihat hewan kurbannya dipotong dan lain sebagainya. Lantunan basmalah dan takbir dikumandangkan ketika sembelihan hewan kurban dilaksanakan. Hal ini menjadi syiar agama Islam yang boleh jadi akan menjadi jalan buat masyarakat Muslim untuk lebih kuat lagi imannya dan boleh jadi memberikan hidayah kepada orang yang belum Islam. Allah SWT berfirman:

وَلِكُلِّ أُمَّةٖ جَعَلۡنَا مَنسَكٗا لِّيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَٰمِۗ فَإِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ فَلَهُۥٓ أَسۡلِمُواْۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُخۡبِتِينَ

Artinya: "Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS al- Hajj : 34)

Kelima, meningkatkan iman dan takwa

Iman memiliki sifat yazidu wayangkus/kadang naik, kadang turun. Karenanya kita harus berusaha untuk meningkatkan sekaligus memperkuat keimanan dan ketakwaan kita. Bagaimana cara meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita agar selalu tertanam dalam hati sanubari. Tanpa usaha untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang banyak sudah pasti iman dan takwa kita akan menurun dan boleh jadi hilang.

Kemaksiatan dan mudharat akan menjadikan kehancuran atau kelunturan iman dan takwa. Boleh jadi hal itu merupakan ujian yang diberikan Allah agar kita naik derajatnya. Jika lulus akan naik derajatnya, naik maqomnya ke maqom atau derajat yang lebih tinggi. Selanjutnya jika kita sampai waktunya berkurban, boleh jadi itu ujian sekaligus harapan agar kita mendapat kebaikan dengan memperoleh keimanan dan ketakwaan yang kuat. Ujian ini juga dialami oleh Nabi Ibrahim. Allah berfirman:

وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menguji Ibrahim dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu dia menunaikannya. (Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya: Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau imam bagi seluruh umat manusia. Ibrahim berkata: (Jadikanlah) juga dari keturunanku (imam-imam). Tuhan berfirman: (Perjanjian-Ku) tidak akan sampai kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Baqarah: 124)

Keenam, terpelihara dari sifat kikir dan menjadi beruntung

Berkurban merupakan sifat dan bukti ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Berkurban dengan harta untuk orang tertentu dan kebanyakan orang terasa berat, karena ada hubbud dunya (mencintai dunia), sehingga justru mengumpulkan dunia atau harta bukan membelanjakannya.

Berkurban merupakan pembelajaan harta di jalan Allah. Hanya ridha Allah yang diharapkan, bukan yang lain. Jika seseorang sudah ikhlas memberikan Sebagian hartanya untuk orang lain melalui ibadah kurban, maka Allah berjanji kepadanya dengan menjadikan orang yang berkurban akan dijauhkan dari sifat kikir dan selalu beruntung. Allah berfirman:

فَاتَّقُوااللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا وَاَنْفَقُوْا خَيْرًا لاَنْفُسِكُمْ وَمَن يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَاُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Artinya: "Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu, dengar, dan taatlah, nafkahkanlah yang baik untuk dirimu, dan siapa yang dipelihara dirinya dari sifat kikir, merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. At-Taghabun: 16)

Ketujuh, ibadah yang dicintai Allah

Ibadah beberapa macam. Ada ibadah mahdloh (yang sudah ada ketentuannya) dan ibadah ghoiru mahdloh. Ibadah kurban termasuk ibadah yang ada ketentuannya dan juga merupakan ibadah yang lebih dicintai Allah. Dengan ibadah kurban boleh kita berharap juga cinta yang besar dari Allah. Rasulullah bersabda:

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْفَارِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Artinya: "Tidak ada amalan anak cucu Adam pada Hari Raya Idul Kurban yang lebih dicintai Allah melebihi dari mengucurkan darah (berkurban). Sesungguhnya pada Hari Kiamat nanti hewan-hewan itu akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu-bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah -sebagai kurban- di mana pun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya." (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Demikian khutbah yang singkat ini, semoga bisa dipahami hikmah-hikmah berkurban. Sehingga Allah Ridha, memudahkan dan merestui kita untuk mau dan bisa berkurban. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Oleh: KH Ahmad Misbah, Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Tangerang Selatan
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Khutbah Jumat tentang Qurban #10

Judul: Menyambut Idul Adha

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْقَهَّارِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمٍ تَتَوَالَى كَالْأَمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مُتَرَادِفِ فَضْلِهِ الْمِدْرَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ النَّارِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلَ مَنْ حَجَّ وَاعْتَمَرَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَبْرَارِ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Pertama sekali marilah kita bersyukur ke hadirat Allah yang telah memberikan berjuta-juta kenikmatan kepada kita sekalian. Sehingga kita masih bisa melaksanakan salat Jumat di masjid yang mulia ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad yang telah membimbing kita menuju addinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga kita diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin.

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Selaku khotib kami mengajak kepada hadirin sekalian dan diri kami pribadi, marilah selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga selalu dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Amin.

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Beberapa hari lagi, kita akan kehadiran hari yang mulia, yaitu Hari Raya Idul Adha.

Bukan sekadar perayaan, Hari Raya Idul Adha juga menjadi momentum bagi setiap Muslim yang mampu untuk berbagi pada sesama melalui hewan kurban yang disembelih. Selain berbagi, makna Idul Adha juga mengajarkan setiap umat Islam untuk bisa memberi pengorbanan secara ikhlas atas segala sesuatu yang dilakukan dan dicintai.

Begitu spesialnya Idul Adha, kita sebagai umat Islam sangat penting untuk memberikan apresiasi dan memuliakan Idul Adha. Beberapa amalan yang baik dilaksanakan dalam rangka menyambut dan memuliakan Idul Adha:

Pertama, memperbanyak takbir, tahmid, dan tahlil

Takbir, tahmid, dan tahlil merupakan kalimat thayyibah yang baik dikumandangkan dalam rangka menyambut kehadiran hari raya, baik Idul Adha maupun Idul Fitri. Kalimat tersebut dikumandangkan sebagai bentuk kegembiraan dan terima kasih kita kepada Allah atas kehadiran Hari Raya Idul Adha.

Tak hanya menjelang 10 Dzulhijjah saja, akan tetapi sunnah dikumandangkan hingga 13 Dzulhijjah. Dari Umar, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ

Artinya: "Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir, dan tahmid." (HR Ahmad No 6154)

Kedua, berpuasa sunnah Tarwiyah dan Arafah

Puasa tersebut menjadi salah satu ibadah yang sebaiknya dilakukan tiap Muslim di Dzulhijjah. Puasa Arafah dilaksanakan pada 8 Dzulhijjah. Sedangkan Arafah pada 9 Dzulhijjah. Puasa ini juga sangat di anjurkan bagi orang-orang yang tidak melaksanakan ibadah haji. Rasulullah bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

Artinya: "Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR Muslim)

Ketiga, menunaikan haji dan umrah

Menunaikan ibadah haji bagi yang mampu atau dimampukan oleh Allah. Bagi Muslim yang mampu, haji menjadi amalan yang dilakukan pada Dzulhijjah. Haji dan umrah juga merupakan panggilan bagi orang tertentu sehingga harus datang memenuhi panggilan Allah.

Haji hukumnya wajib dan dilaksanakan sekali seumur hidup bagi yang mampu. Keutamaan haji tercantum dalam hadits yang dijelaskan Nabi Muhammad:

سُئِلَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « جِهَادٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « حَجٌّ مَبْرُورٌ

Artinya: "Rasulullah SAW ditanya, amalan apa yang paling utama? Beliau menjawab, Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ada yang bertanya lagi, Kemudian apa lagi? Beliau menjawab, Jihad di jalan Allah. Ada yang bertanya kembali, Kemudian apa lagi?" Haji mabrur, jawab Rasulullah." (HR Bukhari)

Lalu ibadah umrah?

تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

Artinya: "Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga." (HR An Nasai)

Keempat, sebaiknya tidak makan sebelum salat Idul Adha

Dalam rangka menyambut Idul Adha sampai sampai nabi tidak makan pagi duluan sehingga salat dalam kondisi perut belum terisi. Hal ini juga merupakan penghargaan kepada Idul Adha dan juga lantaran akan adanya daging sembelihan daging kurban setelah salat id.

Dari 'Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ

Artinya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berangkat salat id pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari salat id baru beliau menyantap hasil kurbannya." (HR Ahmad 5: 352)

Kelima, melaksanakan salat Idul Adha

Dalam Mazhab Imam Abu Hanifah rahimahullah dan riwayat dari Imam Ahmad rahimahullah, diwajibkan kepada seluruh orang Islam untuk melaksanakan salat id, dan orang yang meninggalkannya tanpa ada udzur, maka berdosa.

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ .فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Rabbmu; dan berkorbanlah." (QS Al-Kautsar/108: 1-2)

Sedangkan menurut Mazhab Syafi'I, salat Idul Adha bukan merupakan kewajiban, akan tetapi merupakan ibadah sunnah. Rasulullah bersabda:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى المُصَلَّى، فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ

Artinya: "Rasûlulâh shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu berangkat pada hari 'Îdul Fitri dan Adha ke mushala. Beliau memulai dengan salat." (HR Muttafaqun 'Alaihi)

Keenam, menyembelih hewan kurban

Ibadah kurban merupakan ibadah sosial dari kaum muslimin di Dzulhijjah. Kurban atau menyembelih hewan kurban sangat baik dilakukan tiap muslim yang mampu di Dzulhijjah sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Kurban merupakan ibadah yang sangat baik jika dilakukan dengan ikhlas yang sudah dicontohkan oleh keluarga Nabi Ibrahim. Dan kurban adalah salah satu amalan yang dicintai Allah. Rasulullah bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا »

Artinya: Dari Aisyah, Rasulullah mengatakan, tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai Allah daripada mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban." (HR Tirmidzi)

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Demikian khutbah yang singkat ini, semoga bisa dipahami dan dapat melakukannya.

بَارَكَ اللَّهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَ وَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ.

Khutbah II

الحمد للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللّٰهِ وَرَسُولُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ اجْمَعِيْن .

أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللّٰهَ تَعَالَى فِي هٰذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيْدَنَا هٰذَا سَعَادَةً وَتَلَاحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ،

Oleh: KH Ahmad Misbah, Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Tangerang Selatan
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Khutbah Jumat tentang Qurban #11

Judul: Berhaji dan Berkurban untuk Diridhai Allah

Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ

Para hadirin kaum muslimin dan muslimat yang dimuliakan oleh Allah

Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita panjatkan rasa syukur ke hadirat Allah yang telah memberikan banyak karunia berupa nikmat sehat, rezeki, panjang umur, dan iman. Oleh karena itu, izinkan khatib untuk menyampaikan wasiat takwa dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga amal ibadah kita senantiasa diridhai oleh Allah. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad sebagai Nabi akhiruzzaman yang sekaligus membawa syafaat dari Allah untuk para umatnya yang beriman.

Ma'asyaral muslimin wal muslimat rahimakumullah

Idul Adha yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia pada setiap Dzulhijjah merupakan hari raya yang sangat identik dengan dua ibadah, yaitu ibadah haji dan kurban. Dalam tuntunan agama Islam, kedua ibadah ini memang hanya bisa dilakukan pada Dzulhijjah.

Pada 10 hingga 13 Dzulhijjah, seluruh umat Islam yang sedang menunaikan ibadah haji akan bergerak ke satu titik secara bersamaan yaitu dimulai dari Arafah kemudian ke Mudzdalifah dan berakhir di Mina. Berkumpulnya seluruh umat Islam ini tiada lain berkat doa Nabi Ibrahim yang dikabulkan oleh Allah sesaat setelah pembangunan Ka'bah bersama putranya Nabi Ismail.

Sebagaimana diceritakan dalam buku Tafsir Ibnu Katsir bahwa Nabi Ibrahim merasa pesimistis jika bangunan Ka'bah tersebut dapat dikunjungi oleh manusia karena tempatnya yang sangat jauh dari keramaian, kawasan penduduk, serta sangat gersang. Kegalauan tersebut langsung direspons oleh Allah dengan memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk berseru kepada manusia agar menziarahi ka'bah yang baru saja dibangun. Hal ini termaktub di dalam surah Al Hajj ayat 27:

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

Artinya: Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh."

Di saat itu Nabi Ibrahim masih bertanya-tanya tentang bagaimana cara menyerukan perintah tersebut kepada manusia, sedangkan di tempat itu tidak ada manusia kecuali Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar. Nabi Ibrahim berkata:

يا رب وكيف ابلغ الناس وصوتي لا ينفذهم؟

Nabi Ibrahim berkata, "Bagaimana saya berseru sedangkan suara saya ini tidak sampai."

ناد وعلينا البلاغ

Allah berfirman, "Berserulah nanti saya yang akan menyampaikannya."

يايها الناس إن ربكم قد اتخذ بيتا فحجوه

Maka Nabi Ibrahim berdiri di atas bukit Shafa seraya berteriak.

Imam Al Ghazali menambahkan kisah ini dalam Kitab Ihya Ulumiddin bahwa seketika itu seluruh gunung dan dataran tinggi di sekitaran Kota Makkah menjadi datar sehingga posisinya menjadi sama rata dengan posisi Nabi Ibrahim. Suara teriakan Nabi Ibrahim pun dapat menggema ke seluruh penjuru alam semesta sesuai dengan qudrah dan iradah dari Allah. Nabi Muhammad menyampaikan sebuah hadits

قال صلى الله عليه وسلم: إن الله عز وجل قد وعد هذا البيت أن يحجه كل سنة ستمائة ألف، فإن نقصوا أكملهم الله عز وجل من الملائكة

Artinya: Allah telah berjanji kepada Kakbah bahwa setiap tahunnya akan dikelilingi dengan berhaji oleh orang sebanyak enam ratus ribu. Bila kurang dari jumlah tersebut, Allah akan menggenapkan kekurangan tersebut dengan rijalul ghaib atau malaikat."

Kenyataannya yang dapat kita saksikan bersama melalui berbagai media, jumlah jamaah haji yang hadir di Tanah Haram yang berasal dari Indonesia pada tahun 2023 ini sekitar 221 ribu jamaah. Sedangkan jumlah jamaah haji dari seluruh dunia jika diakumulasikan sekitar 2 juta jamaah. Hal ini menandakan bahwa Allah menjamin doa Nabi Ibrahim akan kedatangan manusia di tempat yang gersang, tandus, serta tidak ada kehidupan sebelumnya, menjadi tempat yang ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai belahan dunia.

Bahkan untuk datang melakukan ibadah haji masyarakat Muslim harus berebut terutama di Indonesia karena harus menunggu dalam jangka waktu yang sangat lama antara 5 hingga 20 tahun.

Jamaah Sidang salat Idul Adha yang dimuliakan oleh Allah

Perjalanan haji yang ditentukan oleh hukum syariat dimulai pada 9 Dzulhijjah. Biasanya 8 dzulhijjah atau Hari Tarwiyah akan digunakan oleh para jamaah haji untuk bersiap-siap menjelang pelaksanaan ibadah wukuf. Mereka akan berkumpul di Mina. Tepat pada 9 Dzulhijjah setelah waktu dzuhur, semua umat Islam akan bergerak ke Arafah untuk melakukan ibadah wukuf selama setengah hari.

Selama di Arafah tidak ada ibadah atau amalan khusus yang menjadikan keabsahan ibadah haji. Inti dalam ibadah ini, para jamaah hanya dianjurkan untuk berdiam diri walaupun sebentar. Namun para fukaha menganjurkan berdiamnya para jamaah haji pada saat wukuf hendaknya memperbanyak membaca dzikir, istighfar, shalawat atau doa.

Pada saat Menjelang waktu maghrib, para jamaah kembali bergerak menuju ke arah Mudzdalifah. Di tempat tersebut para jamaah akan melakukan salat jama' ta'khir kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan beberapa kerikil untuk persiapan melontar jumrah aqabah pada keesokan harinya.

Setelah selesai salat shubuh, para jamaah mulai bergerak ke arah Mina untuk melakukan jumarat atau melontar jumrah yaitu jumrah Aqabah. Kemudian, para jamaah akan melanjutkan dengan berbagai aktivitas, misalnya menyembelih hewan kurban dan tahalul atau memotong rambut. Setelah itu, para jamaah akan melakukan ibadah thawaf ifadhah dilanjutkan dengan salat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim dan disempurnakan dengan sai.

Selesai melakukan sai para jamaah akan kembali ke Mina untuk melakukan ibadah melontar jumarat yang tiga yaitu ula, wustha, dan aqabah yang akan dilaksanakan pada 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Sebagian di antara mereka ada yang melakukan pelontaran jumrah hanya sampai 12 Dzulhijjah karena mereka akan meninggalkan Mina pada tanggal tersebut sebelum terbenamnya matahari. Cara ini disebut dengan nafar awal. Sedangkan sebagian yang lain akan meninggalkan Mina pada 13 Dzulhijjah setelah menyelesaikan jumarat. Cara ini disebut dengan nafar tsani. Sempurnalah ibadah haji.

Dalam pelaksanaan tata cara haji tidak ada bacaan baku dalam setiap ibadah seperti halnya salat. Hukum syariat membebaskan bagi para hujjaj untuk membaca atau melakukan apa saja selama tidak melanggar ketentuan ibadah haji. Karena kriteria utama ibadah haji adalah ibadah fisik yang harus melakukan rundown ibadah secara estafet sejak 9 sampai 13 Dzulhijjah.

Ma'asyaral muslimin wal muslimat rahimakumullah

Di sisi yang lain, Umat Islam yang tidak melakukan ibadah haji disunnahkan untuk melakukan salat idul Adha secara berjamaah dan berkurban dengan cara menyembelih hewan ternak berkaki empat seperti kambing, domba, sapi, lembu, dan lainnya. Adapun hewan ternak yang disembelih haruslah sehat secara fisik. Bagaimana cara mengidentifikasi hewan ternak yang layak dijadikan kurban?

Di antaranya adalah telah memasuki usia yang disyaratkan oleh hukum syariat untuk disembelih. Kambing telah mencapai usia 1 tahun dan sapi 2 masuk 3 tahun. Selain itu pilihlah yang memiliki kulit yang tidak berpenyakit, matanya sehat, memiliki hidung yang lembab, berbadan gemuk, serta berjalan tidak pincang. Kriteria tersebut dapat menjadi penentu baiknya mortem atau bagian dalam sapi.

Dan jangan lupa agar umat Islam yang berkurban agar tetap menjaga nilai keikhlasan dalam beribadah. Ikhlas ini akan menjadi nilai tolok ukur diterima atau tidaknya ibadah kurban yang akan dilaksanakan. Nilai keikhlasan inilah yang akan memberikan nilai manfaat bagi para pelakunya. Diceritakan bahwa di saat manusia berada di Padang Mahsyar di mana kondisi manusia dalam keadaan panik, lapar dan haus. Tiba-tiba Allah akan membawakan makanan, minuman, dan satir kepada orang yang pernah bersedekah ketika hidup di alam dunia.

Allah mempersilakan mereka untuk mengonsumsinya hingga kenyang dan segar. Bahkan orang-orang yang berkurban akan disiapkan kendaraan supercepat yang akan digunakan melintasi jembatan shiratal mustaqim. Itulah sifat Rahimnya Allah yang akan diberikan kepada umat Islam kelak di akhirat. Atas dasar itu marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Semoga kita termasuk orang yang dapat berhaji dan berkurban yang diridhai oleh Allah.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْأَكْبَرُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ.

أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الشَّافِعِ فِي الْمَحْشَرِ, وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْأَطْهَرِ. اَللهُ أَكْبَرُ.

اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ حَبِيْبِكَ صَاحِبِ الْوَجْهِ الْاَنْوَرِ وَ عَلٰى أٰلِهِ وَارْضَ اَللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْاِسْلَامَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلَاةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ.

Oleh: Gus Muhammad Alvi Firdausi, Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) NU Tangsel, Pengasuh Pondok Pesantren Al Tsaniyyah Tangerang Selatan
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Khutbah Jumat tentang Qurban #12

Judul: Mari Berkorban untuk Berkurban

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْاٰنِ: وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا. وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Tidak bosan-bosannya khatib mengajak kepada seluruh jamaah, mari kita senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Barometer dari ketakwaan adalah kemampuan kita untuk sekuat tenaga menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya. Posisi kita berada di jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT, dengan tidak belok ke kanan dan ke kiri ini, akan menjadikan kita pada posisi tengah dan kuat sehingga mampu menghantarkan kita pada tujuan yang benar dan hakiki dalam kehidupan di dunia. Ketakwaan ini juga yang telah ditegaskan oleh Allah SWT sebagai bekal yang paling baik dalam menjalani kehidupan. Allah berfirman:

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

Artinya: "Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!". (QS al-Baqarah: 197)

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib mengajak kita semua untuk kembali merenungkan nikmat-nikmat dan rezeki yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT dalam kehidupan. Segala nikmat ini adalah nyata adanya dan telah ditegaskan dalam Al-Quran surah Al-Kautsar ayat 1:

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَر

Artinya: "Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak." Nikmat yang telah diberikan ini tidak boleh menjadikan kita lupa sehingga jauh dari Allah SWT. Sebaliknya, nikmat ini harus mampu dijadikan sebagai sarana untuk beribadah dan membawa kita lebih dekat kepada Allah SWT. Lalu bagaimana kita mendekatkan diri kepada Allah? Pertanyaan ini dijawab di ayat selanjutnya yakni ayat kedua surah Al-Kautsar:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Artinya: "Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).".

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Jelas dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya dengan dua bentuk ibadah. Pertama adalah salat yang memang sudah menjadi kewajiban dan rutinitas harian kita dengan melaksanakannya lima waktu setiap hari, yakni Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Kedua adalah dengan berkurban yang merupakan ibadah tahunan dan hanya bisa dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah. Pada bulan Dzulhijjah ini kita diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban di Hari Raya Haji atau Idul Adha pada tanggal 10 Dzuhijjah atau tiga Hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah.

Dari sisi bahasanya sendiri, kurban berasal dari bahasa Arab, yakni qaruba - yaqrubu - qurban yang artinya dekat. Untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui kurban, kita dituntut berkorban menyisihkan harta kita untuk membeli hewan kurban dan memberikannya kepada orang lain. Tentu kita harus benar-benar ikhlas dan menata hati dengan benar dalam berkorban dengan berkurban ini. Jangan sampai pengorbanan kita dengan mengambil harta yang kita miliki tidak membuahkan hasil dan jauh dari hakikat ibadah kurban itu sendiri yakni mendekatkan diri pada Allah. Jangan sampai kita salah niat, sehingga kita malah akan semakin jauh dari Allah karena niatan yang salah seperti ingin dipuji orang dan niatan-niatan lainnya yang tidak lillahi ta'ala.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Menyembelih hewan kurban menurut Imam Malik dan Imam al-Syafi'i adalah kesunnahan yang diutamakan atau sunnah muakkadah. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa ibadah kurban adalah wajib bagi penduduk yang mampu dan tidak dalam keadaan bepergian. Nabi Muhammad SAW pun telah memberi contoh dengan tidak pernah meninggalkan ibadah kurban sejak disyariatkannya sampai beliau wafat.

Sebagai sebuah kesunnahan yang ditekankan dan rutin dilakukan oleh Nabi Muhammad, ibadah kurban memiliki keutamaan tersendiri sebagaimana haditst Nabi dari Siti Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Artinya: "Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya."

Keutamaan lain dari ibadah kurban adalah sebuah ibadah yang memiliki dua dimensi, yakni vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal artinya ibadah yang ditujukan hanya kepada Allah SWT, sementara dimensi horizontal adalah ibadah sosial berupa berbagi rezeki untuk membahagiakan orang lain. Ketika kita mampu membahagiakan orang lain, maka kita pun akan merasa bahagia dan pada akhirnya kebahagiaan bersama juga akan mudah terwujud sehingga kehidupan di tengah-tengah masyarakat pun akan bahagia dan damai.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Dengan agungnya makna dan tujuan dari ibadah kurban ini, maka sudah selayaknya kita berusaha untuk dapat melaksanakannya sehingga kita akan semakin dekat kepada Allah. Tentu kita tidak ingin menjadi hamba yang kufur nikmat dan terputus rahmat Allah karena kita tidak berkurban padahal sebenarnya kita mampu. Mari kita bersama-sama menjadi hamba yang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan perintah-perintahnya. Jangan sampai kita pada kondisi yang disebutkan dalam surah Al-Kautsar ayat 3:

اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ

Artinya: "Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)".

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: H. Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Khutbah Jumat tentang Qurban #13

Judul: Nilai-nilai Kepasrahan Diri dalam Salat Id, Kurban, dan Haji

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ، أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ

Ma'asyiral Muslimin, jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Tiada ungkapan lain yang harus kita ucapkan selain kalimat Alhamdulillahirabbil alamin atas anugerah nikmat yang telah dikaruniakan kepada kita semua. Di antara nikmat yang tak bisa kita hitung satu persatu ini adalah kasih sayang Allah pada kita berupa umur panjang dan kesehatan sehingga kita masih bisa bertemu dengan Hari Raya Idul Adha. Banyak saudara-saudara kita yang telah mendahului kita menghadap Allah SWT dan juga mereka yang saat ini terbaring dalam kondisi sakit sehingga tidak bisa bersama-sama dengan kita beribadah di tempat yang mulia ini.

Selain bersyukur, mari kita maksimalkan nikmat-nikmat ini untuk menjalankan misi utama kita diciptakan di dunia ini yakni beribadah, menyembah Allah SWT. Langkah ini juga merupakan wujud syukur dalam tindakan yang akan menjadikan nikmat-nikmat ini akan tetap kita nikmati dan lebih dari itu, akan ditambah oleh Allah SWT. semoga kita bisa menjadi jiwa-jiwa yang pandai bersyukur berupa syukur dalam ucapan, hati, dan tindakan kita atas semua nikmat ini.

Selain rasa syukur, wasiat takwa juga menjadi kewajiban untuk senantiasa khatib sampaikan kepada jamaah, wabil khusus kepada diri khatib pribadi, agar kehidupan kita di dunia ini menjadi semakin terarah. Mari kita tingkatkan dan kuatkan takwa kita dalam wujud menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kehidupan kita akan terarah karena takwa merupakan bekal yang paling penting dalam mengarungi kehidupan di dunia sehingga akan menjadikan kita sukses dalam kehidupan akhirat yang kekal dan abadi nanti.

Allah berfirman:

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

Artinya: "Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS Al-Baqarah: 197).

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Ma'asyiral Muslimin, jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Pada setiap Hari Raya Idul Adha, kita tidak akan bisa terlepas dari tiga ibadah yang mampu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. ibadah tersebut adalah salat Id, Kurban, dan Ibadah Haji. Selain memupuk ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT, tiga ibadah ini mengandung banyak nilai-nilai dan hikmah yang mampu menjadikan kita pribadi yang baik dan semakin dicintai oleh Allah. di antara nilai tersebut adalah kepasrahan diri atau tawakal secara totalitas kepada Allah SWT.

Tawakal adalah memasrahkan setiap perkara kepada Allah. Pasrah kepada Allah bermakna memilih menjadikan Allah sebagai Dzat yang memutuskan hasil dari setiap perkara yang dihadapi seorang hamba. Kepasrahan ini menjadi sebab dicintainya kita oleh Allah sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an surah Al Imran, ayat 159:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya."

Pada kesempatan ini, mari kita resapi nilai-nilai kepasrahan diri atau tawakal kepada Allah dari tiga ibadah yang identik dengan Hari Raya Idul Adha.

Pertama adalah salat Id. Ibadah sunnah ini serasa harus dan wajib dilakukan oleh umat Islam pada momentum Idul Adha. Jamaah, mulai dari tua, muda, anak-anak, berbondong-bondong menuju masjid dan tanah lapang untuk melaksanakan salat dua rakaat ini. Sejak awal melaksanakannya, kita sudah memasang komitmen kepasrahan diri serta menegaskan bahwa salat yang kita lakukan semuanya hanya karena dan untuk Allah SWT. Dalam salat kita fokus dan menyerahkan salat, hidup, dan mati kita hanya kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur'an disebutkan:

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (Al-An'am: 162).

Nilai-nilai kepasrahan ini juga yang harus kita teruskan di luar salat dan dalam setiap aktivitas kehidupan kita sehari-hari. Tentunya kepasrahan ini juga harus tetap diiringi dengan ikhtiar atau usaha. Bukan hanya pasrah begitu saja. Jika kita sudah berusaha dan pasrah pada Allah SWT maka yakinlah Allah akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah Ath-Thalaq ayat 3:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Artinya: "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya."

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Ma'asyiral Muslimin, jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Kedua, adalah ibadah kurban. Kurban merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah sebagai pengingat bahwa kita sudah diberikan nikmat yang banyak dalam kehidupan ini. Hal ini tertuang dalam surah Al-Kautsar ayat 1-2:

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ

1. Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

2. Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!

Selain memiliki dimensi vertikal yakni semakin mendekatkan diri kepada Allah, kurban juga memiliki dimensi sosial yakni berbagi rezeki dengan orang lain. Dalam ibadah ini, kita harus mengeluarkan uang untuk membeli hewan kurban dan dibagi-bagikan kepada orang lain. Tentu tidak semua orang mau mengeluarkan hartanya untuk melakukan hal ini. Masih banyak orang yang tidak rela dan perhitungan dengan hartanya sehingga tidak mau berkurban di Hari Raya Idul Adha.

Padahal perhitungan seperti ini yang seharusnya kita kikis. Kita harus yakin bahwa dengan kepasrahan harta yang kita gunakan untuk berkurban di jalan Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih banyak lagi. Allah berfirman:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: "Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Baqarah: 261)

Terlebih infak untuk ibadah kurban yang memiliki banyak keutamaan sebagaimana telah ditegaskan oleh Rasulullah dalam hadisnya:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Artinya: "Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya." (HR Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah).

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Ma'asyiral Muslimin, jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Ketiga, adalah Ibadah Haji. Dalam ibadah yang menjadi rukun Islam kelima ini, kita juga diajarkan nilai-nilai kepasrahan kepada Allah. Bagaimana tidak? Saat menjalankan ibadah haji, kita harus jauh-jauh pergi ke tanah Suci Makkah meninggalkan orang-orang yang kita cintai dan memasrahkan semuanya kepada Allah. Selain itu, kita juga harus merelakan diri untuk mengeluarkan banyak harta agar bisa pergi ke Baitullah menyempurnakan keislaman kita dengan berhaji.

Bukan hanya dari sisi materi, saat ini kita juga mengetahui bersama, betapa panjangnya waktu antrean sampai dengan puluhan tahun agar kita bisa berangkat haji. Ini mengandung hikmah bahwa kita harus tetap berusaha untuk bisa berangkat ke tanah suci dengan upaya mendaftarkan diri lalu setelah itu kita pasrahkan semuanya kepada Allah SWT.

Senada dengan kepasrahan untuk mengeluarkan harta dan lamanya waktu tunggu ini, Allah mengawali perintah haji dengan kata-kata "Lillah" (untuk Allah). hal ini termaktub dalam Al-Qur'an surah Ali Imran ayat 97:

وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Artinya: "(Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam."

Ma'asyiral Muslimin, jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Demikianlah nilai-nilai kepasrahan diri kepada Allah yang terkandung dalam tiga ibadah di hari Raya Idul Adha. Semoga kita senantiasa bisa mempraktikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ

أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

Khutbah Jumat tentang Qurban #14

Judul: Keteladanan Nabi Ibrahim AS

Khutbah I

اللهُ اَكبَرْ (3×)اللهُ اَكْبَرْ (×3) اللهُ اَكْبَر(×3)
اللهُ اَكْبَرْ كَبِیْرً ا وَ الحَمْدُ ِ ّ ِ بُكْرَ ةً وَ أصِ یْلاً لاَ اِلَھَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ ِ اْلحَمْدُ اَلْحَمْدُ ِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِیْنَ عِیْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِ یاَمِ رَ مَضَانَ وَ عْیدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ یَوْ مِ عَرَ فَةَ اَشْھَدُ اَنْ لاَ
اِلَھَ اِلاَّ اللهُ وَ حْدَهُ لاَ شَرِ یْكَ لَھُ لَھُ اْلمَلِكُ اْلعَظِیْمُ اْلاَكْبَرْ وَ اَشْھَدٌ اَنَّ سَیِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَ سُوْ لُھُ
اللھُمَّ صَلِّ عَلىَ سَیِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِھِ وَ اَصْحَابِھِ الَّذِیْنَ اَذْھَبَ عَنْھُمُ الرِّ جْسَ وَ طَھَّرْ اَمَّا بَعْد◌ُ فَیَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُواللهَ حَقَّ تُقَاتِھِ وَ لاَ تَمُوْ تُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ . مُسْلِمُوْ نَ

Hadirin Jama'ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Di pagi hari yang penuh barokah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan salat Idul Adha. Baru saja kita laksanakan ruku' dan sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut disembah kecuali Allah.Karena itu, melalui mimbar ini saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian: Marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.

Hadirin Jama'ah Idul Adha yang dimuliakan Allah, Idul adha dikenal dengan sebutan "Hari Raya Haji", dimana kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama- sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

َبَّیْكَ اللّھُمَّ لَبَّیْك لَ بَّیْكَ لاَ شَرِ یْكَ لَك لَبَّیْكَ

Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan "Idul Qurban", karena merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, diberikan kepada fuqoro' wal masaakiin.

Masalah pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismailputranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan di suatu lembah yang tandus, gersang,
tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.

Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa'i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan.

Lembah yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang melimpah limpah. Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat Siti Hajar dan Nabi Ismail, untuk membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do'a Nabi Ibrahim dan berkat kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat. Kota mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah dalam Al-Quran:

وَ إِذْ قَالَ إِبْرَ اھِیمُ رَ بِّ اجْعَلْ ھَـَذَا بَلَداً آمِناً وَ ارْ زُقْ أَھْلَھُ مِنَ الثَّمَرَ اتِ مَنْ آمَنَ مِنْھُم بِا ّ ِ وَ الْیَوْ مِ الآخِ رِ

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo'a: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat." (QS Al-Baqarah: 126)

Hadirin Jama'ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Dari ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga saat ini memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh fasilitas yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun umrah. Hal itu membuktikan tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi, serta keamanan hukum, sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan. Yang semua itu menjadi dalil, bahwa do'a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua kemakmuran tidak hanya dinikmati oleh orang Islam saja. Orang- orang yang tidak beragama Islam pun ikut menikmati.

Allah SWT berfirman:

قَالَ وَ مَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُھُ قَلِیلاً ثُمَّ أَضْطَرُّ هُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَ بِئْسَ الْمَ صِ یرُ

Artinya: Allah berfirman: "Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat kembali." (QS. Al-Baqarah: 126)

Hadirin Jama'ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga "Idul Nahr" artinya hari menyembelih hewan ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan "Khalilullah" (kekasih Allah). Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?" Allah berfirman: "Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!"Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.Dalam kitab "Misykatul Anwar" disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang "milik siapa ternak sebanyak ini?" maka dijawabnya: "Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga." Ibnu Katsir dalam tafsir Al Qur'anul 'adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Quran Surah As-Shoffat: 102:

قَالَ یَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَ ى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَ ى قَالَ یَا أَبَتِافْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِ دُنِي إِن شَاء ا َّ ُ مِنَ الصَّابِرِ ینَ

Artinya: Ibrahim berkata : "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu "maka pikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (QS As shaffat: 102).

Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan,: "jika memang benar perintah Allah, akupun siap untuk di sembelih sebagai gantinya ismail." Mereka melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi dan Iblispun lari tunggang langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah yang dilaksanakan di mina.

Hadirin Jama'ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Setelah sampai di suatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya : "ayah, ku harap kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak dapat bergerak leluasa, sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya, sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan bajuku, agar tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang menyedihkan. Asahlah tajam tajam pisau ayah, agar penyembelihan berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada ibu untuk kenang- kenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, saya dilindungi Allah SWT, jangan cerita bagaimana ayah mengikat tanganku. Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang kerumah, agar kesedihan ibu tidak terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak- anak sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan bersedih."

Nabi Ibrahim menjawab "baiklah anakku, Allah SWT akan menolongmu". Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan di atas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrahim pun menyembelih dengan menekan pisau itu kuat- kuat, namun tidak mempan, bahkan tergorespun tidak. Pada saat itu, Allah SWT membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk dan sujud kepada Allah SWT, takjub menyaksikan keduanya. "lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.

Sementara itu, Ismail pun berkata : "ayah.. bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar Allah SWT tidak melihatku dalam keadaan terpaksa, dan letakkan pisau itu di leherku, supaya malaikat menyaksikan putra kholilullah Ibrahim taat dan patuh kepada perintah-Nya." Ibrahim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan pisau itu ke lehernya kuat- kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas. Ibrahim mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. "hai pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher" kata ibrahim. Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, "anda katakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada Allah SWT". Dalam pada itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy dari surga sebagai gantinya. Dan Allah SWT berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran surah As-Shaffat ayat 107-110:

وَ فَدَیْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِیمٍ

Artinya: "Dan kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar."

وَ تَرَ كْنَا عَلَیْھِ فِي الآْ خِ رِ ینَ

Artinya: "Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik)
dikalangan orang-orang yang datang kemudian."

سَلاَ مٌ عَلَى إِبْرَ اھِیمَ

Artinya; "Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepada Nabi Ibrahim."

كَذَلِكَ نَجْزِ ي الْمُحْسِنِینَ

Artinya: "Demikianlah kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik."

Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari surga dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar". Nabi Ibrahim menyambutnya "Laailaha illahu Allahu Akbar". Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail "Allahu Akbar Walillahil Hamdu".

Hadirin Jama'ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk salat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah SWT.

Hadirin Jama'ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan salat Idul Adha ini adalah, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban. Di samping itu, kesan atau i'tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah:

Pertama, Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang sholih, menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan Rasul- Nya. Kedua, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT, harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami'na wa 'atha'na. Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT pastilah manfaatnya kembali kepada kita sendiri.

Hadirin Jama'ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,

I'tibar ketiga, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus mengganggu manusia, agar membangkang dari ketentuan Allah SWT. Syaitan senantiasa terus berusaha menyeret manusia kepada kehancuran dan kegelapan. Maka janganlah mengikuti bujuk rayu syaithon, karena sesungguhnya syaithon adalah musuh yang nyata. Keempat, jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya dengan matinya hayawan ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan kita, hawa nafsu hayawaniyah harus dikendalikan, jangan dibiarkan tumbuh subur dalam hati kita.

Hadirin Jama'ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta, yang tidak pernah luput dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia itulah yang membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar. Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka'bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah kering, sejak ribuan tahun yang silam, sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti Hajar dan putranya
Nabi Ismail.

Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha dan berdoa, mudah- mudahan kita semua, para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.

Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.

بسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ أَعُودُ باللَّهِ مِنَ الشَّيْطَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلَّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفْعَنِي وَإِيَّاكُمْ بما فيه مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ لِعَلِيم فَاسْتَغْفِرُوا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً. اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Bidang Penais, Zakat, dan Wakaf Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara
Sumber: Laman Kementerian Agama Sulawesi Utara

Khutbah Idul Adha #15

Judul: Pelajaran dari Hikmah Kurban Nabi Ibrahim AS

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ ، الْحَمْدُ لِلَّهِ ذِي الْجُلالِ وَالْإِكْرَامِ الَّذِي هَدَانَا إِلَى الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ وَأَكْرَمَنَا بِشَرِيْعَةِ نُسُكِ الْحَجِّ إِلَى الْبَيْتِ الْحَرَامِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ إِقْرَارًا بِرُبُوْبِيَّتِهِ وَجَلَالِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُصْطَفَى مِنْ سَائِرِ خَلْقِهِ، أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ وَكَرَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ مِنْ جَمِيعِ أُمَّتِهِ، أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَافْعَلُوْا مَأْمُورَاتِهِ وَاتْرُكُوا مَنْهِيَّاتِهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَا اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum Muslimin dan Muslimat Jama'ah Idul Adha Rahimakumullah

Alhamdulillah, puji dan syukur kita persembahkan ke hadirat Allah Azza Wajalla atas anugerah rahmat dan nikmat yang dilimpahkan kepada kita. Shalawat beriring salam, semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW teladan terbaik atas segenap makhluk.

Sebagai khatib saya mengajak dan menyeru kepada hadirin pada umumnya, terutama kepada diri saya sendiri, marilah kita meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah, karena itulah kunci bahagia dan sebaik-baik bekal bagi kita.

Pada hari ini 10 Zulhijjah 1445 H, suara takbir menggema, tahmid berkumandang, tahlil ucapan La ilaha illallah bersenandung, bersahut dari masjid, surau dan mushalla, dari perkotaan, hingga pedesaan, masyarakat pegunungan, para nelayan, sampai ke seluruh pelosok tanah air bahkan hingga ke penjuru dunia sebagai pertanda rasa bahagia dan syukur kepada Allah. Firman Allah:

وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَذَيكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Hendaklah kamu bertakbir (mengagungkan Allah) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu" (Q.S.Al-Baqarah: 185)

Pada saat yang bersamaan, ribuan bahkan jutaan umat manusia berdatangan dari seluruh penjuru dunia, meninggalkan sanak keluarga dan handaitaulan serta menanggalkan semua atribut, pangkat dan jabatan mengunjungi tanah kelahiran Rasulullah SAW "Mekkah Al-Mukarramah" sembari tak henti-henti mengucapkan talbiyah sebagai ketundukan kepada Allah menerima panggilan suci melaksanakan ibadah haji.

Dalam kesempatan ini, Khatib mengajak jama'ah semua untuk merenungi dan mengambil pelajaran dari hikmah kurban Nabi Ibrahim a.s. mari kita memahami dari kisah keshalihan Ibrahim dan keikhlasan Isma'il a.s. tersebut.

Kisah Indah, penuh haru dan menyentuh hati, sarat dengan muatan hikmah tersebut selalu terngiang manakala 10 hari pertama Bulan Dzulhijjah datang menghampiri. Sebagian kecil lembaran kisah tersebut diungkap dalam Al-Qur'an, antara lain Q.S. Ash-Shaffat ayat 102.

Allah berfirman:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَبُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَتَأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّبِرِينَ )

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Q.S. Ash-Shaffat: 102)

اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum Muslimin dan Muslimat Jama'ah Idul Adha Rahimakumullah

Dari kutipan ayat ini, memberikan gambaran tentang Kurban dan Pengorbanan Nabi Ibrahim yang penuh dengan hikmah yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi Ummat Islam dan ditumbuh kembangkan dalam berbagai bentuk sikap mulia. Beberapa diantaranya :

1. Peristiwa Kurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim terhadap Ismail merupakan simbol kepada semua manusia bahwasanya untuk mencapai kesuksesan dan ridha Allah maka semangat rela berkurban harus digalakkan disertai dengan kecintaan kepada Allah di atas segalanya.

Betapa sulit keadaan Nabi Ibrahim a.s. saat itu. Di satu sisi beliau adalah seorang Nabi dan Rasul yang harus menyampaikan dan melaksanakan titah dan perintah Allah. Sedangkan di sisi yang lain beliau adalah seorang ayah yang secara naluri sangat cinta kepada anaknya. Anak adalah buah hati, belahan jiwa, perhiasan dunia, kebanggaan dan prestise serta anugerah istimewa bagi orang tua. Anak menjadi Penerus cerita, pelanjut sejarah, simpanan berharga, kekayaan yang mahal, dan investasi terbaik di masa depan serta merupakan matahari keluarga. Singkatnya, anak adalah cita-cita dan harapan orang tua.

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّمَا الْأَمَلُ رَحْمَةً مِنَ اللَّهِ لِأُمَّتِي لَوْلَا الْأَمَلُ ما أَرْضَعَتْ أُمُّ وَلَدًا وَلَا غَرَسَ غَارِسٌ شَجَرًا

"Sesungguhnya cita-cita (harapan) itu merupakan Rahmat Allah bagi umatku, seandainya tidak ada cita-cita niscaya tiada seorang ibupun yang mau menyusui anaknya dan tiada seorang petanipun yang mau menanam pohon" (H.R.Ad-Dailamy dan lainnya).

Orang tua berkorban dengan bekerja keras guna memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Seorang anakpun berkorban dengan menjadi anak yang shalih- shalihah, yang mandiri, yang dapat membahagiakan dan menjadi kebanggaan orang tuanya. Sebagai orang tua...Sudahkah kita berperan sebagai orang tua yang 45 baik bagi anak-anak kita..?, rela berkorban dan menghadirkan diri sebagai sosok yang dikagumi anak- anak kita...?, menampilkan diri sebagai pribadi yang patut dibanggakan dalam keluarga...?. orang tua bukan hanya bisa menyampaikan contoh tapi mampu menjadi contoh. Menjadi contoh teladan berarti mampu mengolah, mengelola sikap perilaku dengan contoh positif, dan mampu menunjukkan arah serta membangun semangat kepada orang-orang sekitarnya.

اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum Muslimin dan Muslimat Jama'ah Idul Adha Rahimakumullah

2. Kurban pada hakikatnya menyembelih atau memotong sifat-sifat hewani seperti egois, rakus atau tamak, mencuri atau korupsi, merampas hak-hak orang lain, kezhaliman bahkan tirani/diktator sudah selayaknya dipangkas atau dihilangkan.

Nabi Ibrahim a.s tidak diperintah Allah untuk menjadi pembunuh agar membunuh Ismail, Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa "kepemilikan" terhadap Ismail, karena pada hakikatnya semua adalah milik Allah. Setiap kita adalah "Ibrahim" dan setiap Ibrahim mempunyai "Isma'il". "Ismailmu" mungkin "hartamu". "Ismailmu" mungkin "jabatanmu", "Ismailmu" mungkin "gelarmu". "Ismailmu" mungkin "ego dan kesombonganmu", "Ismailmu" mungkin adalah sesuatu yang paling engkau "sayangi" dan engkau "pertahankan" di dunia ini.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya -Madarijus Salikin" menjelaskan bahwa pemuasan nafsu merupakan perbuatan manula yang membuat mereka tidak berbeda dengan semua jenis hewan. Di antara jiwa manusia ada yang menyerupai perilaku hewan, bahkan lebih dari itu.

Al-Qur'an dalam berbagai ayat menyebutkan manusia yang berperilaku hewan, antara lain:

dalam Q.S. Al-A'raf: 179, Allah berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا وَلَهُمْ عَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا أُوْلَبِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَبِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda- tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Q.S. Al-A'raf: 179)

اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum Muslimin dan Muslimat Jama'ah Idul Adha Rahimakumullah

3. Pembagian daging hewan kurban kepada orang yang tidak mampu hakikatnya adalah membangun kesetiakawanan dan solidaritas sosial ummat Islam dan memupuk rasa kebersamaan serta nilai-nilai persaudaraan, Agar silaturahmi tetap terjalin dan ukhuwah selalu terjaga.

Kita prihatin terhadap pertikaian antar umat, politik penuh intrik, fanatik terhadap organisasi dan kelompok lebih besar daripada terhadap agama. Hasud, iri, dengki dan fitnah menjadi barang murah, menjadi lipstik keseharian di masyarakat, permusuhan dan perpecahan menjadi subur, sedangkan cinta dan kasih sayang menjadi pudar, Ukhuwwah Islamiyyah menjadi mahal, bahkan terlalu mahal sehingga tidak terjangkau. Adapun ummat yang di bawah bagai daun kering, yang mudah dihimpun tapi sulit diikat, jika terkena angin langsung berisik, jika terkena api langsung terbakar.

اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum Muslimin dan Muslimat Jama'ah Idul Adha Rahimakumullah

Nanti, bila malam telah semakin larut, saat suasana semakin sunyi, yang terdengar hanya suara jangkrik, sesekali desiran angin menerpa pepohonan, lalu kita terjaga dari tidur yang nyenyak, mimpi yang indah, segera kita mengambil air wudhu', laksanakan shalat malam (Tahajjud), setelah itu kita bermunajat mendoakan orang tua kita, kita juga berdoa kiranya Allah merekatkan antara kita persaudaraan yang kuat, ukhuwwah Islamiyyah yang utuh dan tidak mudah goyah, sehingga kita akan merasakan indahnya kebersamaan dalam Islam. Imam Al-Ghazali pernah berkata: "Ukhuwwah (persaudaraan) itu bukan pada indahnya pertemuan, tapi pada ingatan seseorang terhadap saudaranya di dalam do'anya".

Demikianlah Khutbah ini semoga bermanfaat. Aamiin Ya Rabbal 'Aalamiin.

A'udzubillahiminasy-syaithonirrojim

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ باركَ اللهُ لِي وَلَكُمْ ـ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللَّهُ الْعَظِيمِ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمُ

Khutbah II

اللهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ . اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي آمَرَنَا بِالْإِتِّحَادِ وَالْإِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللَّهِ الْمَتِيْنِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَ إِيَّاه نَسْتَعِينَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ وَكَرَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوْا يَا إِخْوَانِي رَحِمَكُمُ اللَّهُ أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَاعْلَمُوا أَنَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى قَدْ جَعَلَ الْخَلِيْلِ إِبْرَاهِيمَ إِمَامًا لَّنَا وَخَالِصُ الْأُمُورِ, وَمُؤْذِي الْفُجُوْرِ, وَمُدَرِّسُ مَنَاسِكَ الْحَجَّ الْمَبْرُوْرِ, وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى صَلَّى عَلَى النَّبِيِّهِ قَدِيمًا وَقَالَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِي كِتَابِهِ : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ وَكَرَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِينَ وَارْضَى اللَّهُمَّ عَلَى أَرْبَعَةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ سَيِّدِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَلَى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَاللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنِ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَاتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُحِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الفَاتِحِيْنَ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ الله کھا إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْنِى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ العَظِيمَ يَذْكُرُكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْتَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Demikianlah contoh khutbah Jumat tentang Idul Adha dan ibadah qurban yang dapat menjadi referensi. Semoga bermanfaat!


(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads