Bahtiar Minta KLHK Terapkan Tanggap Darurat Lingkungan Atasi Bencana Sulsel

Bahtiar Minta KLHK Terapkan Tanggap Darurat Lingkungan Atasi Bencana Sulsel

Ahmad Nurfajri Syahidallah - detikSulsel
Rabu, 08 Mei 2024 14:08 WIB
Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin.
Foto: Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin. (Ahmad Nurfajri/detikSulsel)
Makassar -

Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Bahtiar Baharuddin meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menerapkan program tanggap darurat lingkungan imbas banjir dan longsor di Sulsel. Bahtiar menganggap penanganan lingkungan harus menjadi agenda prioritas dalam penanganan bencana.

"Kami mohon ada perhatian secara khusus dari Kementerian Lingkungan Hidup, kita sama-sama, ada namanya program tanggap darurat lingkungan. Dalam penanganan banjir dan longsor seperti ini, yang tidak pernah kita dengar itu ada tanggap darurat penanganan lingkungan. Yang ada itu infrastrukturnya saja, jiwa, harta bendanya, fasum atau fasilitas pemerintah," kata Bahtiar kepada wartawan di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Rabu (8/5/2024).

Bahtiar mengatakan program tersebut dititikberatkan pada pemulihan alam untuk mencegah bencana. Program itu bisa direalisasikan lewat reboisasi pada hutan-hutan yang gundul yang terletak di area pegunungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini gunung, lahan, ibarat baju sudah robek, bolong-bolong, harus ditambal, dijahit supaya tidak bolong. Gunung, ini sudah robek, longsor, tapi tidak pernah kita dengar ada tanggap darurat untuk menjahit kembali itu," tuturnya.

Dia melanjutkan, masalah utama bencana alam banjir dan longsor terletak pada berkurangnya daerah serapan di wilayah pegunungan. Situasi turut dipicu karena alih fungsi hutan dan lahan.

ADVERTISEMENT

"Hulunya di situ sebenarnya. Ini harus ada program tanggap darurat penanganan lingkungan. Karena kalau tidak, lupa lagi nanti. Jika ini tidak kita lakukan, secara ilmiah kemungkinan akan berulang lagi. Dan mudah-mudahan tidak terulang lagi," ungkap Bahtiar.

"Ini yang sedang kita dorong ada namanya tanggap darurat lingkungan yang secara serius dengan sumber daya besar. Nda bisa lagi kita alakadarnya. Lahan yang tidak dijahit dengan pohon ini, menunggu waktu saja terjadi lagi kembali (banjir dan longsor)," tegasnya.

Bahtiar juga mendorong agar KLHK membuat daerah aliran sungai buatan di sekitar kawasan Gunung Latimojong. Hal ini dilakukan agar air yang meluap dapat tertampung dan menimalisir dampak bencana terhadap warga sekitar.

"Mestinya di sepanjang alur sungai itu, sebelum sampai di pemukiman warga, dibikinkan sodetan kiri kanan. Tempat persinggahan, sehingga air datang dari gunung tidak meluncur langsung masuk ke pemukiman kilometer di bawah. Itu bisa ditahan sebenarnya, kalau dibikinkan sodetan. Debit air yang turun ke pesisir sungai, tidak terlalu banyak," ungkapnya.

"Ini yang harus didiskusikan kawan-kawan Kementerian Lingkungan dan ini. Karena sebagian itu kan daerah hutan, tanah negara, segala macam. Jadi seluruh kawasan Latimojong ini, mau dilembah, alur sungainya harus dibikinkan sodetan. Termasuk di Bawakaraeng. Itu yang harus kita kerjakan," jelas Bahtiar.

Sebelumnya diberitakan, Bahtiar menyinggung soal lahan kritis imbas kekurangan pohon sehingga menyebabkan banjir dan longsor di 7 kabupaten di Sulsel. Dia menyebut, kini pohon besar semakin sulit ditemukan.

"Sejak tahun lalu saya sudah bilang, saya sudah lihat Sulsel ini mungkin 2/3 keadaannya alamnya, lahannya kritis dan bahkan sangat kritis. Dengan mudah sebenarnya dengan kita teliti, datang meki ke kampung-kampung sudah susah kita lihat pohon besar. Jadi kalau ada hujan, jadi mudah roboh segala macam," kata Bahtiar.

Menurut Bahtiar, sejumlah wilayah di Sulsel kondisi geologisnya merupakan daerah pegunungan. Wilayah pegunungan itu perlu mendapat perhatian lewat program penanaman pohon yang diharapkan bisa mencegah terjadinya longsor.

"Memang geologisnya, lahan kita agak bergunung-gunung. Khusus daerah Tator sebagian, Enrekang, apalagi Luwu itu kan hampir gunung-gunungnya gak ada batunya. Ketika tidak ada pohon yang mengikat tanah, datang hujan, sudah langsung terburai tanah itu," terangnya.




(sar/hmw)

Hide Ads