Sebanyak tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel), diterjang banjir dan longsor hingga 15 orang dilaporkan meninggal. Sejauh ini, ada 210 warga paling terdampak khusus di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, yang dievakuasi ke pengungsian sementara.
Tujuh kabupaten yang diterjang banjir dan longsor di Sulsel, yakni Luwu, Sidrap, Luwu Utara, Soppeng, Enrekang, Sinjai, dan Wajo. Dari 15 korban meninggal, ada 13 orang di antaranya di Luwu, sedangkan masing-masing satu warga di Wajo dan Sidrap.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel Amson Padolo menuturkan, enam kabupaten di antaranya dianggap sudah kondusif. Kini, pihaknya fokus melakukan penanggulangan bencana di Luwu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk sementara yang enam kabupaten sudah mulai kondusif sisa pemulihan dan rehab. Jadi untuk Luwu yang kita fokus khususnya membuka jalur distribusi logistik ke 12 desa di Kecamatan Latimojong," kata Amson kepada detikSulsel, Selasa (7/5/2024).
Amson membenarkan, ada 13 orang tewas akibat banjir dan longsor di Kabupaten Luwu. Delapan di antaranya meninggal karena tertimbun longsor, sedangkan lima di antaranya terseret banjir bandang.
Dua korban meninggal di antaranya baru ditemukan pada Selasa (7/5). Tim SAR gabungan berharap warga melapor jika masih ada kerabatnya yang dinyatakan hilang untuk dilakukan proses pencarian.
"Total sudah 13 korban jiwa. Jadi kita hentikan sementara operasi pencarian, sambil menunggu lagi ada laporan orang hilang," tuturnya.
Data yang dihimpun dari BPBD Luwu per tanggal 7 Mei, banjir dan longsor mengakibatkan 3.497 kepala keluarga terdampak dan 210 warga dievakuasi. Selain itu dari 3.603 rumah terdampak, ada 304 unit di antaranya yang rusak berat.
Sementara di enam kabupaten lain, Amson tidak merinci data terbarunya. Namun dia mengatakan, warga yang sempat mengungsi akibat bencana di Sinjai, Luwu Utara, Enrekang, Wajo dan Sidrap, sudah pulang ke rumah masing-masing secara bertahap.
"Masih ada beberapa yang mengungsi cuma tidak signifikan. Karena rata-rata sudah kembali ke rumah tapi tetap dilayani dapur umumnya," ungkap Amson.
Diketahui, banjir juga menelan korban jiwa di Wajo dan Sidrap. Dari dua wilayah itu, ada masing-masing satu warga yang dilaporkan tewas karena terseret arus banjir.
"Di Kabupaten Sidrap ada satu korban meninggal dunia dan di Wajo ada satu korban meninggal dunia," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari saat konferensi pers, Senin (6/7).
Abdul Muhari mengatakan, kabupaten lain di Sulsel yang terdampak bencana berangsur pulih. Banjir yang menerjang mulai surut secara bertahap.
"Secara umum baik di Luwu, Sidrap, Luwu Utara, Soppeng, Enrekang, Wajo kondisi ketinggian air sudah mulai surut karena dominan memang banjirnya banjir bandang dan longsor," ujarnya.
Kendati demikian, dia meminta warga tetap mewaspadai potensi banjir dan longsor susulan. Apalagi curah hujan yang tinggi diprakirakan masih terjadi.
"Kita masih menyarankan masyarakat menghindari kawasan-kawasan sepanjang badan air maupun sepanjang titik-titik yang biasanya atau saat ini terdapat longsor," tutur Abdul Muhari.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
210 Warga Latimojong Luwu Dievakuasi
Pj Bupati Luwu Muh Saleh mengatakan, ada 3.000 warga terdampak longsor yang masih terisolasi di Kecamatan Latimojong. Mereka akan diungsikan ke tempat aman secara bertahap.
"Hari ini sudah 210 warga Latimojong yang terisolir sudah dievakuasi melalui jalur udara oleh TNI dan Polri. Kami tidak bisa evakuasi semua, jadi kita dahulukan lansia, orang sakit, ibu hamil, anak-anak, kemudian balita," ucap Saleh kepada wartawan, Selasa (7/5).
Saleh menambahkan, TNI dan Polri juga sudah membangun pos di wilayah terisolir Latimojong. Pos tersebut untuk tempat pengungsian dan pelayanan kesehatan bagi warga yang terisolir.
"Tadi Pangdam bersama Polda sudah memberangkatkan tenda dan personel ke wilayah Latimojong untuk membangun pos aju. Itu nanti sebagai tempat pengungsian warga di sana," ujarnya.
Saleh pun tengah mengupayakan relokasi warga terdampak banjir dan longsor dalam waktu dekat. Mereka akan direlokasi lantaran wilayah permukimannya dinilai sudah tidak layak untuk dihuni karena rawan terkena bencana.
"Kita cari lahan dulu dan pastinya lokasinya harus aman dari banjir dan longsor. Kalau data sementara ada 304 rumah warga yang terdampak, kita juga harus komunikasikan ke warga," ucap Saleh.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto turut menekankan percepatan relokasi terhadap warga terdampak bencana. Khususnya bagi warga terisolasi di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu.
"Mengenai relokasi warga, kalau memang kawasan Latimojong atau wilayah terdampak lainnya sudah tidak bisa menjadi pemukiman warga dan membahayakan untuk ke depan, harus ada relokasi," kata Suharyanto dalam kunjungannya di Luwu, Selasa (7/5).
Suharyanto mengungkapkan, pemerintah pusat akan menanggung semua biaya relokasi rumah warga. Dia berharap Pemkab Luwu segera mencari lahan yang layak untuk dilakukan proses pemindahan.
"Pemda tidak perlu khawatir kalau soal biaya relokasinya nanti pemerintah pusat. Tinggal Pemda sediakan lahannya, maka dari itu data asesmennya harus cepat dilakukan," ungkapnya.
Dia meminta Pemkab Luwu melakukan percepatan sembari dilakukan perbaikan infrastruktur secara bertahap. Suharyanto menegaskan pemerintah pusat akan mengawal penanganan bencana.
"Pokoknya kalau tanah bergerak harus direlokasi. Jangan menunggu tanggap darurat selesai, agar rehabilitasi konstruksinya bisa berjalan bersama," tegas Suharyanto.
"Kami juga sudah menyalurkan bantuan uang operasional Rp 500 juta ke Pemkab, ada juga barang bantuan 25 item, mulai dari makanan siap saji, obat-obatan, genset dan sebagainya. Kalau masih kurang, laporkan saja secepatnya," sambungnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Waspada Potensi Banjir-Longsor Susulan
Meski daerah terdampak banjir dan longsor berangsur normal, BNPB mengingatkan potensi terjadinya bencana hidrometeorologi susulan. Kondisi ini dipicu hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi diprakirakan masih terjadi.
"Nah beberapa hari ke depan ini curah hujan masih tinggi, jadi pemerintah dan masyarakat juga harus waspada," ungkap Suharyanto.
Apalagi kata Suharyanto, Sulsel termasuk provinsi dengan jumlah kejadian bencana terbanyak di luar Pulau Jawa, dalam hal ini setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Situasi ini turut dipicu cuaca ekstrem.
"Beberapa hari yang lalu memang Sulsel dilanda curah hujan yang tinggi, dan Sulsel memang di 2024 ini menjadi wilayah terdampak bencana terbanyak di luar Pulau Jawa," bebernya.
Suharyanto mengatakan, kejadian bencana di Sulsel menjadi atensi Presiden Joko Widodo. Tiga helikopter sudah disiagakan untuk membantu proses evakuasi dan pendistribusian logistik bagi warga terdampak bencana.
"Kami sudah salurkan logistik tanpa batas hingga tanggap darurat ini selesai, jadi pastikan masyarakat terdampak khususnya warga terisolir logistiknya terpenuhi. Sekarang ada helikopter dari Polri, TNI AU, TNI AD juga saya dengan menyusul, kami juga akan standby satu heli sama pesawat Caravan," ujarnya.
Simak Video "Video: Peras Pemilik Ruko, 9 Pria di Makassar Diciduk Polisi "
[Gambas:Video 20detik]
(sar/sar)