Kasus DBD di Selayar Meningkat, 51 Warga Terjangkit Sejak Januari-Maret 2024

Kasus DBD di Selayar Meningkat, 51 Warga Terjangkit Sejak Januari-Maret 2024

Nur Hidayat Said - detikSulsel
Rabu, 01 Mei 2024 16:00 WIB
macro of a tiger mosquito on skin. proboscis inserted ready to feed.Similar image:
Ilustrasi penularan DBD. Foto: Getty Images/iStockphoto/flubydust
Kepulauan Selayar -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel), mencatat 51 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam periode Januari-Maret 2024 atau meningkat dari pada periode yang sama tahun sebelumnya. Periode musim hujan yang panjang ditengarai menjadi salah satu faktor penyebabnya.

"Memang ini tahun kayaknya se-Indonesia begitu. Ini pengaruh musim, panjang curah hujan. Jadi untuk pemutusan rantai butuh waktu panjang. Fogging (pengasapan) jadinya tidak efektif karena begitu selesai di-fogging hujan lagi, muncul lagi (jentik nyamuk)," ujar Kepala Dinkes Kepulauan Selayar, dr Husaini kepada detikSulsel, Rabu (1/5/2024).

Dinkes Kepulauan Selayar mencatat 51 kasus DBD pada triwulan I 2024. Angka itu sudah mendekati total kasus sepanjang 2023 yang mencapai 68 kasus. Padahal, khusus pada triwulan I 2023 lalu hanya tercatat 13 kasus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasus DBD di Kepulauan Selayar menyebar di hampir seluruh wilayah, baik daratan maupun kepulauan. Untuk wilayah daratan, yakni Kecamatan Benteng 19 kasus, Bontomanai 5 kasus, Buki 2 kasus, Bontomatene 2 kasus, Bontosikuyu 2 kasus, dan Bontoharu 2 kasus.

Sementara, untuk wilayah kepulauan, Kecamatan Pasimasunggu 12 kasus serta Pasimasunggu Timur 7 kasus. Tidak ada laporan pasien meninggal dunia.

ADVERTISEMENT

"Kasus menyeluruh, bukan cuma di perkotaan. Mobilitas penduduk sekarang tidak sama dengan dulu. Alhamdulillah tidak ada yang meninggal," kata Husaini.

Husaini menyampaikan untuk upaya penanganan cepat, pihaknya telah melakukan pengasapan di daerah yang ditemukan kasus DBD. Selain itu, memasifkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

"Dinkes harus selalu bergerak cepat. Kalau ada kasus, harus cepat melakukan penyelidikan epidemiologi (PE). Karena fogging, kan, tergantung PE-nya. Semua yang bersyarakat untuk fogging, kita fogging," terangnya.

Masyarakat juga diminta tetap waspada dengan selalu berupaya menjaga kualitas lingkungan melalui gerakan 3 M, yakni menguras tempat yang sering menjadi tempat penampungan air, menutup rapat tempat-tempat penampungan air, serta memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas.

"Harus tetap waspada dan menjaga kualitas lingkungan. Upayakan selalu berperilaku 3 M di rumah," pesan Husaini.




(ata/hmw)

Hide Ads