Bolehkah Puasa Syawal Tidak Berurutan? Ini Penjelasannya Berdasarkan Hadits

Bolehkah Puasa Syawal Tidak Berurutan? Ini Penjelasannya Berdasarkan Hadits

Yaslinda Utari Kasim - detikSulsel
Jumat, 12 Apr 2024 09:00 WIB
Ilustrasi Puasa
Foto: Shutterstock
Makassar -

Selepas Hari Raya Idul Fitri umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah di bulan Syawal. Ibadah puasa ini dikerjakan selama enam hari.

Menukil Kemenag RI, pelaksanaan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri. Idealnya, puasa Syawal ini dilaksanakan pada tanggal 2-7 Syawal secara berurutan.

Namun, tidak semua orang bisa mengerjakannya secara berurutan selama enam hari. Bisa jadi karena ada udzur atau suatu hal yang menghalanginya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, bolehkah puasa Syawal tidak berurutan?

Untuk mengetahui jawabannya, berikut informasi selengkapnya yang disajikan detikSulsel. Simak, yuk!

ADVERTISEMENT

Bolehkah Puasa Syawal Tidak Berurutan?

Puasa di bulan Syawal selama enam hari berturut-turut mulai tanggal 2-7 Syawal sejatinya memang dianjurkan. Namun, apabila tidak bisa mengerjakannya secara berturut-turut hukumnya boleh dilakukan.

Sebagaimana keterangan Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain berikut:

( و ) الرابع صوم ( ستة من شوال ) لحديث من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر ولقوله أيضا صيام رمضان بعشرة أشهر وصيام ستة أيام بشهرين فذلك صيام السنة أي كصيامها فرضا وتحصل السنة بصومها متفرقة منفصلة عن يوم العيد لكن تتابعها واتصالها بيوم العيد أفضل وتفوت بفوات شوال ويسن قضاؤها

Artinya: "Keempat adalah (puasa sunah enam hari di bulan Syawal) berdasarkan hadits, 'Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu mengiringinya dengan enam hari puasa di bulan Syawal, ia seakan puasa setahun penuh.' Hadits lain mengatakan, puasa sebulan Ramadhan setara dengan puasa sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal setara dengan puasa dua bulan. Semua itu seakan setara dengan puasa (wajib) setahun penuh'. Keutamaan sunnah puasa Syawal sudah diraih dengan memuasakannya secara terpisah dari hari Idul Fitri. Hanya saja memuasakannya secara berturut-turut lebih utama. Keutamaan sunnah puasa Syawal luput seiring berakhirnya bulan Syawal. Tetapi dianjurkan mengqadhanya," (Lihat Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zain, Al-Maarif, Bandung, Tanpa Tahun, Halaman 197).

Berdasarkan hadits tersebut, dijelaskan bahwa orang yang berpuasa di luar tanggal 2-7 Syawal tetap akan mendapatkan keutamaan puasa ini. Sehingga, umat muslim boleh melaksanakan puasa ini secara acak atau tidak berurutan selama masih di bulan Syawal.

Niat dan Tata Cara Puasa Syawal

Tata cara puasa Syawal sejatinya sama seperti puasa pada umumnya. Yakni dengan menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar sampai terbenamnya Matahari.

Sebelum melaksanakan puasa keesokan harinya, umat muslim wajib melafazkan niat. Nah, berikut lafaz niat puasa Syawal di malam dan siang hari.

1. Niat Puasa Syawal di Malam Hari

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Artinya: Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i sunnatis Syawwâli lillâhi ta'âlâ

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah ta'ala."

2. Niat Puasa Syawal di Siang Hari

Puasa Syawal merupakan ibadah sunnah sehingga niatnya boleh dilafalkan di siang hari jika terlupa. Berikut niat puasa Syawal di siang hari:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma hâdzal yaumi 'an adâ'i sunnatisy Syawwâli lillâhi ta'âlâ

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah ta'ala."

Keutamaan Puasa Syawal

Ibadah puasa di bulan Syawal dianjurkan oleh Rasulullah SAW sebab memiliki sejumlah keutamaan bagi umat muslim. Untuk mengetahuinya lebih dalam, berikut rincian keutamaan puasa Syawal:

1. Mendapat Pahala Puasa Setahun

Puasa enam hari di bulan Syawal dianjurkan oleh Rasulullah SAW karena memiliki keutamaan yakni mendapat pahala berpuasa setahun. Sebagaimana hadis riwayat muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya: "Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun" (HR Muslim).

2. Penyempurna Puasa Ramadan

Dilansir dari NU Online, puasa sunnah Syawal bisa dilaksanakan untuk menyempurnakan puasa Ramadan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ، قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ

Artinya: "Amalan seorang hamba yang dihisab pertama kali di hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika ada kekurangan pada shalat wajibnya, Allah Ta'ala berfirman, 'Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah yang dapat menyempurnakan kekurangan ibadah wajibnya?' Kemudian yang demikian berlaku pada seluruh amal wajibnya" (HR at-Tirmidzi).

3. Tanda Diterimanya Puasa Ramadan

Dengan melaksanakan puasa Syawal, artinya seorang muslim membiasakan berpuasa setelah selesainya Ramadan. Puasa Syawal tersebut menjadi tanda bahwa diterimanya puasa Ramadan seseorang.

Pasalnya, puasa Ramadan dan puasa Syawal merupakan dua hal yang baik. Sementara, sesungguhnya apabila Allah SWT menerima kebaikan seseorang, maka orang itu akan dianugerahi perbuatan baik setelahnya.

Sebagaimana disampaikan oleh sebagian ulama berikut ini:

ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك علامة رد الحسنة وعدم قبولها

Artinya: "Ganjaran perbuatan baik adalah perbuatan baik setelahnya, maka siapa saja yang berbuat kebaikan kemudian mengikutkannya dengan perbuatan baik lainnya maka hal yang demikian adalah tanda diterimanya kebaikan yang pertama, pun halnya orang yang berbuat baik kemudian mengikutkannya dengan perbuatan buruk maka yang demikian adalah tanda ditolaknya kebaikan yang ia kerjakan."

4. Tanda Syukur kepada Allah SWT

Puasa sunah Syawal merupakan sebuah tanda syukur umat muslim kepada Allah SWT atas anugerah yang melimpah di bulan Ramadan. Sebab di bulan Ramadan Allah SWT meniscayakan ampunan bagi orang-orang yang berpuasa.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [وفي رواية]: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu akan diampuni." [dalam riwayat lain]: "Siapa saja yang menghidupkan malam hari bulan Ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu akan diampuni." (Hr. Bukhari dan Muslim)

5. Ibadah di bulan Ramadhan Tidak Terputus

Meskipun bulan Ramadan telah selesai, bukan berarti ibadah lainnya menjadi terputus. Oleh karena itu, umat muslim hendaknya berusaha untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah di bulan-bulan selanjutnya sebagaimana di bulan Ramadan.

Maka dari itu, puasa Syawal boleh dikatakan menjadi salah satu bentuk usaha untuk mempertahankan ibadah yang dilakukan di bulan Ramadan.

Jadwal Puasa Syawal 1445 H

Puasa Syawal dilaksanakan berdasarkan penanggalan Hijriah. Oleh karena itu, bagi muslim yang ingin mengamalkannya perlu mengkonversi penanggalan bulan Syawal 1445 H ke kalender Masehi 2024.

Untuk memudahkan, berikut jadwal puasa Syawal 1445 H dalam penanggalan Masehi yang dilansir dari kalender Hijriah Kemenag RI:

  • 2 Syawal 1445 H: Kamis, 11 April 2024
  • 3 Syawal 1445 H: Jumat, 12 April 2024
  • 4 Syawal 1445 H: Sabtu, 13 April 2024
  • 5 Syawal 1445 H: Minggu, 14 April 2024
  • 6 Syawal 1445 H: Senin, 15 April 2024
  • 7 Syawal 1445 H: Selasa, 16 April 2024
  • 8 Syawal 1445 H: Rabu, 17 April 2024
  • 9 Syawal 1445 H: Kamis, 18 April 2024
  • 10 Syawal 1445 H: Jumat, 19 April 2024
  • 11 Syawal 1445 H: Sabtu, 20 April 2024
  • 12 Syawal 1445 H: Minggu, 21 April 2024
  • 13 Syawal 1445 H: Senin, 22 April 2024
  • 14 Syawal 1445 H: Selasa, 23 April 2024
  • 15 Syawal 1445 H: Rabu, 24 April 2024
  • 16 Syawal 1445 H: Kamis, 25 April 2024
  • 17 Syawal 1445 H: Jumat, 26 April 2024
  • 18 Syawal 1445 H: Sabtu, 27 April 2024
  • 19 Syawal 1445 H: Minggu, 28 April 2024
  • 20 Syawal 1445 H: Senin, 29 April 2024
  • 21 Syawal 1445 H: Selasa, 30 April 2024
  • 22 Syawal 1445 H: Rabu, 1 Mei 2024
  • 23 Syawal 1445 H: Kamis, 2 Mei 2024
  • 24 Syawal 1445 H: Jumat, 3 Mei 2024
  • 25 Syawal 1445 H: Sabtu, 4 Mei 2024
  • 26 Syawal 1445 H: Minggu 5 Mei 2024
  • 27 Syawal 1445 H: Senin, 6 Mei 2024
  • 28 Syawal 1445 H: Selasa, 7 Mei 2024
  • 29 Syawal 1445 H: Rabu, 8 Mei 2024
  • 30 Syawal 1445 H: Kamis, 9 Mei 2024

Nah, itulah ulasan mengenai hukum puasa Syawal yang dikerjakan tidak berurutan sesuai hadis. Diamalkan, ya!




(alk/hsr)

Hide Ads