Cap Go Meh merupakan salah satu perayaan besar bagi masyarakat Tionghoa. Lantas, apa makna Cap Go Meh bagi masyarakat Tionghoa?
Cap Go Meh diselenggarakan pada hari ke-15 pada bulan pertama berdasarkan penanggalan China. Cap Go Meh juga dikenal sebagai puncak dari perayaan Tahun Baru Imlek.
Perayaan ini biasanya dimeriahkan dengan berbagai festival seperti pertunjukkan lampion hingga barongsai. Untuk mengetahui makna dari perayaan Cap Go Meh, yuk simak ulasannya di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makna Cap Go Meh
Perayaan Cap Go Meh memiliki berbagai makna bagi etnis Tionghoa. Mengutip dari jurnal Universitas Komputer Indonesia yang berjudul Perancangan Buku Ilustrasi Perayaan Cap Go Meh Di Pulau Kemaro Sumatera Selatan, Cap Go Meh mengandung makna spiritual yang diyakini besar manfaatnya bagi seluruh masyarakat.
Cap Go Meh diartikan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dewa dewi atas rezeki yang telah diberikan di tahun lalu serta memohon kebahagiaan untuk semua makhluk hidup.
Mengutip dari jurnal Universitas Negeri Semarang yang berjudul Peranan Paguyuban Tionghoa Purbalingga Dalam Pelestarian Tradisi Cap Go Meh, perayaan Cap Go Meh juga dijadikan sebagai ajang silaturahmi dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
Hal itu sesuai dengan 8 Kebajikan atau Jalan Kebenaran golongan Tionghoa yang ada dalam perayaan tradisi Cap Go Meh yaitu kesetiaan (loyality), integritas (integrity), kesopanan (propriety), kebenaran moral (righteousness), kehormatan (honour), bakti (filial piety), kebajikan (kindness) dan kasih sayang (love).
Secara keseluruhan, Cap Go Meh adalah sebuah perayaan yang sarat dengan makna yang mencerminkan nilai-nilai spiritual dan sosial. Perayaan ini juga membawa suasana kegembiraan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Arti Cap Go Meh
Melansir dari Jurnal Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta yang berjudul 'Nilai-nilai Tradisi Budaya Cap Go Meh pada Masyarakat Cina Benteng di Tangerang sebagai Sumber Pembelajaran di Sekolah', istilah Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien 'Chap Goh Meh' (十五冥) yang berarti malam kelima belas.
Istilah ini umum digunakan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia dan Malaysia. Sedangkan di Tiongkok, perayaan ini dikenal dengan nama Festival Lampion (元宵節; Pinyin: yuánxiāo jié).
Pada perayaan Cap Go Meh atau Festival Lampion ini, biasanya masyarakat Tionghoa akan mengawalinya dengan dengan berdoa di vihara atau klenteng. Setelah itu, dilanjutkan dengan iringan kenong dan simbal serta pertunjukan barongsai dan pertunjukan tradisional masyarakat setempat.
Tradisi Perayaan Cap Go Meh
Tidak berbeda dengan perayaan Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh juga memiliki sejumlah tradisi yang dilakukan pada perayaan tersebut. Melansir dari laman China Highlights, tradisi yang paling populer untuk merayakan Cap Go Meh di antaranya:
1. Menyalakan dan Menonton Lampion
Menyalakan dan menikmati lampion adalah kegiatan utama Cap Go Meh. Lampion-lampion tersebut terlihat tersebar di berbagai tempat, mulai dari rumah-rumah, pusat perbelanjaan, taman, hingga jalan-jalan.
Menyalakan lampion melambangkan "menerangi masa depan". Ini menjadi cara bagi masyarakat Tionghoa untuk berdoa agar masa depan mereka berjalan lancar, serta sebagai wujud harapan terbaik untuk keluarga mereka.
2. Menebak Teka-teki Lampion
Bermain teka-teki lampion menjadi kegiatan yang sangat berarti dan diminati dalam perayaan Cap Go Meh. Tradisi ini dimulai pada masa Dinasti Song (960-1279).
Pada perayaan tersebut, para pemilik lampion membuat teka-teki yang ditulis di atas kertas, kemudian melekatkannya pada lampion berwarna-warni. Masyarakat pun berkumpul untuk mencoba menebak teka-teki yang terdapat di lampion tersebut.
Jika seseorang merasa memiliki jawaban yang tepat, mereka dapat menarik teka-teki tersebut dan pergi ke pemilik lampion untuk memeriksa jawabannya. Apabila jawaban tersebut benar, biasanya akan diberikan hadiah kecil sebagai penghargaan.
3. Makan Tangyuan (Yuanxiao)
Makan tangyuan adalah tradisi penting dalam Cap Go Meh. Tangyuan (汤圆 tāngyuán /tung-ywen/ 'sup bulat'), juga disebut yuanxiao adalah bola-bola beras ketan yang direbus dalam kuah manis.
Karena sebutan tangyuan yang menyerupai tuanyuan (团圆 /twan-ywen/ 'putaran kelompok'), yang memiliki makna 'reuni' dan 'kelengkapan', masyarakat Tionghoa meyakini bahwa bentuk bulat dari tangyuan dan mangkuknya melambangkan keutuhan dan kebersamaan. Terdapat pepatah keberuntungan yang populer ketika menikmati tangyuan, yaitu 团团圆圆 (/Tuántuán yuányuán / 'kelompok-kelompok bulat-bulat'): 'Selamat reuni (keluarga)!'.
4. Menyaksikan Tarian Naga dan Barongsai
Sebagai dua tarian rakyat tradisional yang paling terkenal di Tiongkok, tarian naga dan singa adalah hal yang umum selama Cap Go Meh. Masyarakat Tionghoa menganggap singa sebagai simbol keberanian dan kekuatan dan percaya bahwa kemunculannya dapat mengusir kejahatan dan melindungi manusia dan ternak mereka.
Selain itu, orang Tionghoa juga memuja naga dan menganggapnya sebagai simbol keberuntungan.
Nah, demikianlah ulasan terkait makna, arti, dan tradisi perayaan Cap Go Meh bagi masyarakat Tionghoa. Semoga semakin menambah wawasan, detikers!
(urw/urw)