Pj Wali Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel) Akbar Ali buka suara soal kontroversi jumlah korban 40.000 jiwa di balik pembantaian Raymond Paul Pierre Westerling. Akbar pun mengajak pihak perguruan tinggi untuk melakukan kajian dan menelusuri korban yang belum sempat tercatat.
"Jadi kalau penelitian terkait jumlah (korban Westerling) bisa saja beberapa perguruan tinggi kita yang bagus-bagus melaksanakan secara baik penelitian secara histori terkait peristiwa yang lalu," ungkap Akbar usai upacara di Monumen Korban 40.000 Jiwa, Kecamatan Ujung, Parepare, Senin (11/12/2023).
Akbar mengatakan angka korban 40.000 jiwa hanya menjadi taksiran. Menurut dia, ada sejumlah tokoh atau pejuang yang menjadi korban yang bahkan belum tercatat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak tokoh agama yang dibantai yang tercatat dengan baik hanya beberapa kalau melihat bahwa seorang La Dajju, Doja (pengurus masjid) dibantai bagaimana dengan tokoh agama lainnya. Saya yakin memang banyak sekali memakan korban," imbuhnya.
Akbar mengatakan, Peringatan Hari Korban 40.000 Jiwa menjadi momentum untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Dia lantas mengenang kisah pembantaian Westerling di sejumlah daerah di Sulawesi.
"Kita bayangkan jumlah tentara Westerling hanya 123 orang tentara prajurit bisa mengacak-acak satu provinsi bahkan beberapa kewedanan (wilayah pemerintahan) di Sulawesi termasuk Parepare Suppa Marabombang sampai Pinrang," tuturnya.
Dia mengatakan saat itu warga belum bersatu sepenuhnya. Situasi itu dimanfaatkan Westerling memecah belah masyarakat hingga melakukan pembantaian.
"Artinya apa terjadi karena belum ada persatuan, sehingga melalui kesempatan ini kita harus menunjukkan persatuan kita," ujar Akbar.
Diketahui, jumlah korban pembantaian Westerling hingga kini belum jelas lantaran ada banyak versi. Sementara angka 40.000 jiwa mencuat kala Kahar Muzakkar menghadap Presiden Soekarno di Yogyakarta tahun 1947.
Belakangan, Westerling mengklarifikasi terkait jumlah korban. Dalam beberapa wawancara serta di buku otobiografinya berjudul Challege to Terror halaman 110, Westerling menyebut hanya bertanggung jawab tidak lebih dari 600 nyawa.
"Jumlahnya (korban Westerling di Sulsel) saja berbeda-beda kan. Sehingga bagaimana, negara juga pasti pusing," kata Sejarawan Universitas Hasanuddin (Unhas) Suriadi saat dikonfirmasi, Selasa (5/12).
Suriadi mengakui jika fakta sejarah peristiwa Korban 40.000 Jiwa belum jelas. Jumlah korban pun belum ada kepastian karena terkendala proses verifikasi dan validasi data.
"Korban itu banyak bukan karena semata-mata mereka melakukan perlawanan, tapi kan banyak korban yang kita tidak tahu, dan jika kita wawancara satu per orang itu beda-beda," ucapnya.
(sar/nvl)