DPRD Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) menyoroti 25 orang meninggal akibat kasus HIV. DPRD meminta Pemkab Bone untuk menggencarkan skrining.
"Dinkes Bone untuk mencegah penyebaran HIV harus memasifkan skrining HIV. Dinkes juga harus memperluas layanan testing HIV di puskesmas dan rumah sakit," ujar Sekretaris Komisi IV DPRD Bone Andi Akhiruddin kepada detikSulsel, Senin (4/12/2023).
Akhiruddin mengatakan layanan testing HIV dilakukan agar bisa mendeteksi kasus HIV sejak dini. Deteksi dini dapat mendorong pemantauan awal yang membantu keselamatan nyawa pasien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penderita HIV memang harus dipantau dengan ketat. Selain itu Dinkes juga harus membentuk petugas penjangkau untuk melakukan edukasi dan skrining HIV pada kelompok berisiko dengan sasaran waria, apalagi data yang paling banyak terkena HIV adalah lelaki yang suka sesama jenis," katanya.
Hal senada disampaikan Ketua Komisi IV DPRD Bone dr Andi Ryad Baso Padjalangi. Menurutnya, berdasarkan data Dinkes soal jumlah penderita HIV yang meningkat harus digencarkan pencegahan. Jika tidak dilakukan secara konkret, penyebaran HIV/AIDS bisa menjadi bom waktu.
"Kasus HIV/AIDS di Bone termasuk tinggi karena meningkat setiap tahun. Hal ini tentu saja membutuhkan penanganan khusus sebelum menjadi bom waktu," ucapnya.
Selain itu, Ryad juga meminta perlunya keterlibatan semua pihak untuk mengampanyekan bahaya HIV/AIDS. Menurut dia, hal ini harus di bawah koordinasi Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD).
"Masyarakat perlu diedukasi. Perlu kemampuan khusus dalam kampanye pencegahan dan penyuluhan tentang HIV/AIDS ini. Upaya ini juga harus dilakukan dengan semua stakeholder terkait, tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bone mencatat pengidap HIV/AIDS di Bone terus meningkat dari tahun ke tahun. Sepanjang tahun ini, tercatat sudah 25 orang meninggal dunia.
"Dalam tiga tahun terakhir ini angka kematian kasus HIV/AIDS terus meningkat. Karena memang potensi yang terinfeksi dan belum terdeteksi masih cukup tinggi," ujar Sekretaris Dinas Kesehatan Bone drg Yusuf Tolo, Minggu (3/12).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Bone, pada tahun 2020 warga yang meninggal karena HIV/AIDS sebanyak 20 orang. Kemudian pada 2021 ditemukan 51 kasus dan tidak ada yang meninggal.
Namun beranjak ke tahun 2022, pengidap HIV/AIDS langsung meningkat menjadi 87 kasus dengan jumlah kematian 27 orang. Lalu tahun 2023 sampai bulan November ini, tercatat ada 64 kasus dengan 25 orang meninggal.
Yusuf menjelaskan, kasus HIV/AIDS ini adalah fenomena gunung es yang terdeteksi hanya pada permukaannya saja. Tetapi dasarnya masih luas dan berpotensi banyak kasus yang belum terdeteksi.
"Hanya permukaan saja yang bisa dideteksi. Banyak yang terkena namun tidak mau memeriksakan diri," katanya.
(hmw/sar)