Kepala Pelaksana BPBD Makassar Hendra Hakamuddin mengatakan 4 kecamatan rawan banjir tersebut yakni Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala, dan Panakukang. Dia menyebut BPBD akan menjalankan mitigasi struktural dan non struktural dalam mengantisipasi banjir di Makassar.
"Mitigasi banjir kan ada istilah dalam kebencanaan itu ada mitigasi struktrutal dan non struktural. Struktural itu sifatnya fisik. Fisik itu artinya perbaikan drainase. Terus perbaikan tanggul," kata Kepala Pelaksana BPBD Makassar Hendra Hakamuddin kepada detikSulsel, Selasa (7/11/2023).
Hendra mengatakan Pemkot Makassar melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) Makassar juga telah melakukan perawatan saluran air. Upaya pencegahan itu turut dibantu oleh Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang.
"Itu dilaksanakan oleh PU, bahkan tanggul sendiri juga beberapa waktu lalu pemerintah kota sudah membenahi beberapa panjang ruas. Kemudian kami juga mendapatkan informasi dari mitigasi strukturalnya dari Balai Besar Pompengan juga akan merencanakan membuat kolam retensi lagi di wilayah Maros. Ini diperkirakan akan mengurangi banjir di daerah-daerah Tamalanrea, Biringkanaya," ujarnya.
Dia pun menekankan penanganan banjir tidak bisa hanya dilakukan satu instansi saja. Sebab, penanganan tersebut memiliki kewenangan di tingkatan masing-masing instansi.
"Tapi yang saya sampaikan bahwa begini, mitigasi bencana banjir tidak bisa hanya dilakukan oleh BPBD saja atau pemerintah kota saja. Karena penyebab banjir di Kota Makassar kalau bicara banjir itu penangannya perlu dari multistakeholder," terangnya.
"Misalkan Balai Pompengan itu kewenangan pusat, kemudian drainase, beberapa drainase memang kewenangan pemerintah kota. Dan ada beberapa drainase kewenangan pemerintah provinsi," imbuhnya.
Dia berharap sinergitas ini dapat dijalankan dengan baik. Sehingga ke depannya mitigasi banjir di 4 kecamatan rawan di Makassar juga dapat diantisipasi.
"Sehingga memang harus saling bersama-sama sinergi dan kolaborasi sehingga banjir ini bisa mitigasi. Mitigasi non struktural kan kita sosialisasi, utamanya ke 4 kecamtan yang tadi kita bilang," bebernya.
Sebelumnya diberitakan, Hendra Hakamuddin menyebut Makassar dan sekitarnya saat ini sudah memasuki masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Kondisi ini turut mempengaruhi krisis air bersih imbas kekeringan yang berangsur normal.
"Kondisi Kota Makassar pada saat ini dari faktor cuaca memang sekarang kita dalam masa transisi dari musim kering atau kemarau ke musim hujan," kata Hendra.
Menurutnya, ada beberapa hal yang mempengaruhi krisis air bersih di Makassar. Salah satunya kondisi cuaca di daerah sekitar seperti Maros, Gowa, dan Takalar.
"Namun ada beberapa hal yang menjadi catatan. Yang pertama adalah kondisi cuaca di Kota Makassar tentang kekeringan, yang mengakibatkan kekurangan air bersih itu tidak melulu dipengaruhi oleh hujan di Kota Makassar, tapi di daerah sekitar. Alhamudlillah di daerah sekitar hujan," paparnya.
Hendra menjelaskan dengan hujan yang terjadi di daerah sekitar Makassar, maka turut mempengaruhi sumber air baku di Kota Makassar. Hendra mengatakan saat ini warga yang kekurangan air bersih pun perlahan mulai berkurang.
"Nah hujan di daerah sekitar inilah yang mengaliri beberapa sungai yang menjadi sumber air baku Kota Makassar. Hal inilah yang mempengaruhi tingkat kebutuhan air bersih dari Tim Tanggap Darurat Bencana Kekeringan yang dikomandoi BPBD, itu semakin hari semakin berkurang," katanya.
(asm/sar)