Hari Sumpah Pemuda diperingati pada tanggal 28 September setiap tahunnya. Peringatan tersebut menjadi momentum untuk mengenang dan merayakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.
Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk menyambut Hari Sumpah Pemuda. Salah satunya dengan menyampaikan khutbah tentang Sumpah Pemuda pada pelaksanaan shalat Jumat.
Nah, bagi khotib yang akan menyampaikan khutbah, berikut ini 5 khutbah Jumat tentang Sumpah Pemuda yang bisa dijadikan referensi. Pesan yang terkandung dalam khutbah ini bisa menjadi pemantik untuk membangkitkan semangat persatuan bangsa Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak yuk!
Khutbah Jumat tentang Sumpah Pemuda 1
Judul: Sumpah Pemuda dan Pengutamaan Persatuan di atas Segalanya
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْاَحَدِ الصَّمَدِ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِتِّحَادِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ دَعَانَا بِحُبِّ الْبِلَادِ. الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ أَرْسَلَ لِلْعَالَمِيْنَ اِلَى يَوْمِ الْمَعَادِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُۗ وَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌۙ
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Segala puji merupakan milik Allah swt, Tuhan semesta alam. Segala anugerah yang telah kita nikmati sampai detik ini, tidak lain adalah pemberian dari-Nya. Khususnya, nikmat iman, nikmat Islam, juga nikmat sehat wal afiat. Dengan kenikmatan-kenikmatan itu, sudah sepatutnya kita datang dan bertemu pada siang hari ini dalam rangka menunaikan ibadah kepada-Nya. Tidak lain, inilah bentuk syukur kita atas semua hal itu.
Selanjutnya, khatib mengajak kita semua untuk senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad, Allahumma shalli wa sallim wa barik 'ala sayyidina Muhammad. Semoga shalawat kita juga dapat mengalir kepada keluarganya, sahabatnya, tabi'in, dan juga kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya rabbal alamin. Allah swt memerintahkan kita untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada-Nya dengan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah-ibadah, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh-Nya.
Sebagai bagian dari peningkatan takwa itu, kita perlu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Sebab, waktu merupakan hal paling berharga. Sekali berlalu, waktu tidak akan pernah kembali dan terulang. Waktu tidak dapat dibeli. 24 jam dalam sehari, 60 menit dalam satu jam, dan seterusnya tidak dapat berubah, bertambah atau berkurang. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt.
Kita memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-94 tahun, 28 Oktober 1928 - 28 Oktober 2023. Sumpah pemuda yang dirumuskan di Jakarta menandai kebangkitan para kaula muda menuju satu cita-cita bersama, yakni merdeka. Tak aneh, 18 tahun selepas itu dideklarasikan, bangsa kita bisa memproklamasikan diri sebagai entitas bangsa dan negara yang merdeka.
Sebagaimana diketahui bersama, kaula muda saat itu bersumpah tiga hal, yakni (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia; (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Meskipun belum ada pembicaraan mengenai bentuk kenegaraan, bangsa kita saat itu telah bersepakat memberi nama Indonesia untuk negara yang kelak berdiri nanti. Bukan hanya itu, kesepakatan lain yang diusung bersama adalah bahasa persatuan dan kebangsaan. Kita tentu hafal betul, bahwa negara kita terdiri dari ratusan suku dengan ratusan bahasa daerah yang digunakan dalam lingkup lokal wilayah tertentu.
Dengan adanya kesepakatan mengenai satu kebangsaan dan bahasa persatuan tanpa menafikan entitas suku dan bahasa daerah masing-masing, Indonesia lekas terbangun dan merdeka. Hadirin, Jamaah Jumat yang berbahagia Ada satu kata kunci dalam Sumpah Pemuda yang dideklarasikan para pendahulu kita itu sehingga manfaatnya dapat kita rasakan hingga saat ini, berupa kemerdekaan negara, bebas dari belenggu penjajahan. Apa kata kunci tersebut? Tiada lain adalah persatuan.
Dalam hal ini, Allah swt. telah mengingatkan kita untuk senantiasa bersatu dan jangan menjadi terpecah belah.
Peringatan itu difirmankan dalam Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 105.
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُۗ وَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌۙ
Artinya: "Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat." (Q.S. Ali Imran: 105)
Allah swt secara jelas melarang kita untuk menjadi pecah belah. Bila kita lihat secara bahasa, pada kalimat tersebut, Allah swt menggunakan laa nahi, yang berarti larangan. Dalam satu kaidah disebutkan, bahwa larangan secara asalnya dihukumi haram. Artinya, jika kita melakukan tindakan yang membuat perpecahan, maka kita berdosa. Dalam pemahaman terbalik (mafhum mukhalafah)nya, kita diperintahkan untuk bersatu. Persatuan dapat mengokohkan persaudaraan.
Betapapun kuatnya, jika persatuan tidak dipegang dengan baik oleh masing-masing individunya, tentu akan bangunan kelompok atau golongan akan mudah runtuh diterpa beragam hal. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama memperkuat persatuan kita. Sebab, Rasulullah saw juga menjunjung persatuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan dalam menjalani kehidupan di Kota Madinah. Hal tersebut tertuang dalam sebuah Piagam Madinah. Dalam piagam tersebut, berbagai suku dengan latar belakang agama yang berbeda menandatangani kesepakatan damai, bersatu untuk tidak saling menyakiti satu sama lain.
Hal ini sejalan dengan sebuah hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini.
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِير قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَرَى المُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ والحُمَّى». رواه مسلم
Artinya: Dari An-Nu'man bin Basyir, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Kamu melihat orang-orang mukmin di dalam saling berkasih sayang, mencintai, dan bersimpatnya seperti tubuh. Jika (sebagian) anggotanya sakit, maka sebagian tubuh lainnya akan tertatih-tatih (ikut merasakannya) sebab tidak bisa tidur dan demam." (HR. Muslim). Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk dapat menjaga persatuan dan kesatuan di negeri kita tercinta ini. Dengan begitu, semoga kita semua dapat menjalani kehidupan ini dengan lebih aman, nyaman, dan damai.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ
Khutbah Jumat tentang Sumpah Pemuda 2
Judul: Lima Karakter Pemuda Ideal
Khutbah I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Bangsa Indonesia memiliki satu hari yang bersejarah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Yaitu lahirnya pertemuan para pemuda dari berbagai daerah.
Mereka mencari solusi terbaik bagi kemerdekaan Republik Indonesia. Hari itu kita kenal sebagai Hari Sumpah Pemuda yang jatuh tiap tanggal 28 Oktober.
Semangat juang para pemuda dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan patut kita acungi jempol. Dengan keadaan yang serba darurat dan fasilitas yang minim, tidak mengendorkan semangat berkorban yang berkobar di dada.
Jauh sebelum itu semua, telah lahir dari rahim sejarah Islam, pemuda-pemuda ideal, sehingga Rasul ﷺ pernah bersabda, "Para pemuda bersekutu denganku dan orang tua memusuhiku." Perjuangan dakwah Rasul ﷺ tidak bisa dilepaskan dari dukungan kawula muda. Di sana muncul Babul `Ilm (pintu ilmu) Sayidina Ali bin Abi Thalib, Sayidina Usamah bin Zaid, Sayidina Abdullah bin Abbas sang Turjumanul Qur`an (juru bicara Al-Quran) dan masih banyak lagi.
Ali misalnya, ia menjadi pahlawan di beberapa peperangan. Bahkan perang Khaibar menjadi saksi bisu atas kepahlawanannya. Pernah diriwayatkan bahwa beliau berkata, "Demi jiwa anak Abu Thalib yang berada di tangan-Nya, seandainya aku terkena seribu hantaman pedang, hal itu lebih ringan ketimbang aku harus mati di atas ranjang." Lain pula dengan Usamah bin Zaid. Dia dipercaya sebagai panglima pasukan yang diutus melawan negara super power saat itu, Romawi. Begitu juga dengan Abdullah bin Abbas. Kedalaman ilmunya dan ketajaman pikirannya menjadikan sosok yang satu ini begitu terasa istimewa.
Namun, lambat laun para pemuda muslim mulai terseret ke pusaran yang merusak nilai-nilai keluhuran. Hari ini, kita saksikan dengan mata kepala kita betapa banyak kasus tawuran antara pemuda, pemakaian dan pengedaran Narkoba, dan hubungan seks bebas. Keadaan semacam ini melahirkan bencana sosial dan moral.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah, Jamaah shalat Jumat
Berkaitan dengan Hari Sumpah Pemuda, kita temukan setidaknya lima karakteristik pemuda ideal itu. Pertama, memiliki keberanian. Pemuda ideal adalah pemuda yang berani menyatakan yang haq (benar) itu haq (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah). Lalu, siap bertanggung jawab serta menanggung risiko ketika mempertahankan keyakinannya.
Contohnya adalah pemuda bernama Nabi Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala kecil, lalu menggantungkan kapaknya di leher berhala yang paling besar, untuk memberikan pelajaran kepada kaumnya bahwa menyembah berhala itu (tuhan selain Allah) sama sekali tidak ada manfaatnya.
Kedua, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan serta keyakinan. Artinya, seorang pemuda yang baik tidak pernah berhenti belajar dan menuntut ilmu.
Ketiga, selalu berusaha untuk mencari komunitas dalam bingkai keyakinan dan kekuatan akidah yang lurus, seperti pemuda-pemuda Ashabul Kahfi yang dikisahkan Allah ﷻ pada surah al-Kahfi [18] ayat 13-25. Jadi, berkelompok bukan untuk hura-hura atau sesuatu yang tidak ada manfaatnya.
Para pemuda ideal mempunyai karakter persatuan, keguyuban, dan menyukai kebersamaan. Sayangnya, kebersamaan dan loyalitas yang diberikan oleh sebagian pemuda kita justru untuk melakukan tindakan-tindakan negatif.
Maraknya Geng Motor yang meresahkan masyarakat merupakan secuil contohnya. Ditambah aksi kriminal dengan melakukan pembegalan yang sarat dengan kekerasan dan kezaliman.
Ashhabul-Kahfi berjemah dalam menentang kemunkaran dan memperjuangkan agama serta keyakinannya sampai titik darah terakhir. Loyalitas yang mereka berikan adalah wujud persembahan dan ketulusan seorang hamba pada Tuhannya.
Keempat, selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusila. Hal ini seperti kisah Nabi Yusuf dalam surah Yusuf [12] ayat 22-24. Kisah Nabi Yusuf sangat layak dijadikan pegangan para pemuda.
Di usia yang masih muda belia, Yusuf berhasil menjadi pujaan wanita di zamannya karena ketampanan wajahnya yang menyihir. Berbagai godaan dan rayuan mesra ia tampik sembari berlindung kepada Allah.
Kelima, tidak pernah menyerah dengan rintangan dan hambatan. Hal itu dicontohkah pemuda Muhammad SAW yang menjadikan tantangan sebagai peluang hingga ia menjadi pemuda yang bergelar Al-Amin (terpercaya) oleh masyarakatnya.
Sejak kecil, Nabi Muhammad SAW telah bekerja dengan kedua tangannya, membanting tulang memeras keringat sebagai ikhtiar mencari karunia Allah ﷻ yang terhampar di muka bumi. Beliau tidak duduk manis, berpangku tangan menunggu uluran tangan orang lain namun justru beliau membantu mengurangi beban penderitaan orang lain.
Sosok pemuda seperti Nabi Muhammad SAW, yang seharusnya diteladani oleh para remaja, para pemuda kita, sehingga mempunyai etos kerja dan usaha yang profesional, yang baik dan mumpuni. Lewat etos kerja dan usaha itulah, dalam usia yang sangat muda gemblengan Rasulullah SAW, telah mampu memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap Islam dan umat Islam.
Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, sosok pemuda ideal yang dicontohkan oleh tokoh-tokoh yang kami sebutkan di atas diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi para pemuda Indonesia. Eksistensi pemuda memang sangat penting. Jatuh bangunnya sebuah peradaban tergantung pada potensi yang dimiliki para pemudanya. Tidak heran jika Sayyidina Abdullah bin Abbas suatu saat pernah berkata,
مَا بَعَثَ اللهُ نَبِياًّ إِلاَّ وَهُوَ شَابٌّ وَلاَ أُوْتِيَ العِلْمَ عاَلِمٌ إِلاَّ وَهُوَ شَابٌّ
"Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali ia seorang pemuda dan tidak pula seseorang diberi ilmu oleh Allah kecuali ia adalah pemuda."
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَكَّرُوْنَ.فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Khutbah Jumat tentang Sumpah Pemuda 3
Judul: Agen Perubahan Bagi Masyarakat
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ : إنّ أكرمكم عندالله أتقاكم إنّ الله عليم خبير
Ma'asyiral muslimin Jamaah Jumah rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah swt. dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Alhamdulillah, kita patut bersyukur kepada Allah swt.karena masih diberikan nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat sehat sehingga dapat melaksanakan ibadah shalat Jumat di masjid dengan penuh khidmat dan mengharap ridla Allah swt.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw. yang telah membawa dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang dengan cahaya iman dan Islam.
Jangan sampai, kita merasa aman dari azab Allah swt. yang bisa datang tanpa terduga-duga. Sebab, sesungguhnya tidak ada yang merasa aman dari azab Allah swt. kecuali orang-orang yang merugi. Allah swt. berfirman:
أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
Artinya: "Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (QS. al-A'raf: 99)
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Sumpah Pemuda adalah suatu ikrar pemuda-pemudi Indonesia yang mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar tersebut merupakan hasil putusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II yang digelar pada 27-28 Oktober 1928.
Di antara pelajaran penting dalam momentum Sumpah Pemuda ini adalah pentingnya bidang pendidikan dan semangat untuk mengisi kehidupan dengan hal-hal yang bermanfaat.
Terlebih bagi para generasi muda yang akan menjadi penerus tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Mereka harus mengisi masanya dengan hal-hal yang bermakna dan membawa manfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
Usia remaja adalah usia yang sangat produktif untuk menuntut ilmu. Tubuh yang masih bugar dan akal fikiran yang masih tajam harus terus diasah selagi kesempatan masih terbuka lebar. Tantangan zaman yang akan dihadapi kelak tentunya lebih berat daripada masa sekarang. Generasi muda sekarang harus bersiap menjadi generasi yang tangguh menatap gelombang badai perubahan yang siap menghantam.
Generasi muda muslim zaman sekarang harus menjadi pemimpin berkualitas di masa depan. Karena masa depan agama dan bangsa tergenggam di tangan dan terpikul di atas pundak generasi muda.
Selagi pintu masih terbuka lebar, tuntutlah ilmu sebanyak mungkin. Tapi, bukan hanya dicari dan di simpan. Setelah di peroleh, ilmu juga harus diamalkan semaksimal mungkin. Allah swt. akan membuka pengetahuan baru tentang hal-hal yang belum diketahui. Rasulullah saw. bersabda :
مَنْ عَمِلَ بِما عَلِمَ وَرَّثَهُ اللهُ عِلْمَ ما لَمْ يَعْلَمْ
Artinya : Barangsiapa mengamalkan apa yang telah ia ketahui, niscaya Allah akan menganugerahkan pengetahuan tentang apa yang belum ia ketahui. (HR. Abu Nu'aim).
Bergulirnya waktu merupakan tanda yang nyata bahwa jatah usia kita semakin menipis. Sementara itu, kita tidak tahu kapan hembusan nafas kita berakhir. Masa muda tidak memiliki apapun untuk menjamin diri kita sampai ke masa tua, oleh karenanya penting kita insafi untuk menjadikan masa muda sebagai langkah persiapan untuk masa-masa selanjutnya. Lebih-lebih masa keabadian nanti.
Masa muda dengan keadaan yang bugar, kuat dan semangat tinggi itu hendaknya diarahkan pada hal-hal yang mengandung manfaat di dalamnya; Baik manfaat kepada dirinya atau pun kepada orang lain, bahkan alam sekitarnya.
Baginda Nabi bersabda:
مِن حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
Artinya: "Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang; Jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Ahmad).
Jika kita benar-benar memegang hadits ini maka niscaya hidup akan terasa begitu memiliki arti dan, insyaallah, kita termasuk diantara golongan orang-orang yang tidak menyesal di kemudian hari dan hari kemudian.
Sebagian dari kita ada yang sudah melalui masa mudanya, ada pula yang tengah menjalani masa mudanya. Namun yang perlu ditekankan, dari semuanya itu adalah bukan tentang berapa umur kita, melainkan bagaimana kita mengisinya.
Jangan sampai kita membiarkan masa muda kita, atau masa muda orang-orang disekitar kita terlewat begitu saja tanpa mengukir hal-hal yang bermanfaat dan baik lainnya. Sebagaimana lazimnya semangat muda, keinginan menjadi yang terunggul, terdepan dan terbaik adalah hal yang sulit untuk dihindari.
Bahkan dalam banyak hal, semangat ini cenderung baik untuk dipelihara. Oleh karenanya penting kita tengok hadits Nabi tentang seperti apakah sejatinya orang-orang yang terbaik itu. Rasulullah saw. bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ
Artinya: "Sebaik-sebaik kalian adalah orang yang (paling bisa) diharapkan kebaikannya dan (paling sedikit) keburukannya hingga orang lain merasa aman." (HR. at-Tirmidzi).
Diantara yang bisa dijadikan pedoman dari hadits ini adalah bagaimana seorang pemuda, dengan dayanya, membawa ketenteraman pada lingkungannya. Nabi saw. juga bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya)."(HR. at-Thabrani)
Dari hadits ini, selain membawa ketenteraman, pemuda yang ingin jadi terbaik haruslah pula paling memberikan manfaat kepada manusia lainnya.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Demikian uraian tentang perlunya menjaga masa muda kita atau orang-orang di sekitar kita dan mengisinya dengan hal-hal yang bermakna. Karena kita tahu, bahwa pemuda lah yang akan menjadi nakhoda-nakhoda kehidupan selanjutnya.
Pemimpin, tokoh, dan orang-orang terkemuka, pada saatnya akan digantikan oleh mereka-mereka yang sekarang tengah menjalani masa muda.
Sebagaimana ada kalam bijak mengatakan:
شُبَّانُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِ
Artinya: "Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan"
Semoga saja kita dan generasi muda kita bisa senantiasa memberikan kebaikan, manfaat, dan ketenteraman kepada sekitar kita.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَا صَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Khutbah Jumat tentang Sumpah Pemuda 4
Judul: Sumpah Pemuda dan Konsep Semangat Ashabiyah Ibn Khaldun
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Mengawali khutbah ini, tidak bosan-bosan khatib mengajak kepada diri khatib pribadi dan seluruh jama'ah untuk senantiasa bersyukur pada Allah SWT atas segala limpahan anugerah nikmat yang kita terima dalam kehidupan ini. Dan juga mari kita terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, bukan hanya diucapkan melalui lisan kita saja, namun terlebih dari itu ditancapkan dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan kita sehari-hari. Di antara wujud komitmen bertakwa itu adalah senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada rahmat bagi semesta alam Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam, yang sunahnya selalu kita teladani.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Tanggal 27-28 Oktober tahun 1928 di Batavia atau Jakarta sekarang diadakan Kongres Pemuda ke-2 yang dihadiri oleh berbagai perwakilan organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, misalnya Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dan lain sebagainya. Kongres tersebut menghasilkan sebuah janji yang sangat penting bagi lahirnya Bangsa Indonesia, yaitu: Sumpah Pemuda. Keputusan Kongres Pemuda II tersebut menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia sebagai kesadaran dan milik bersama.
Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sumpah ini merupakan muara dari semangat para pemuda waktu itu untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Rumusan keputusan Kongres Pemuda II (yang di kemudian hari disebut sebagai Sumpah Pemuda) tersebut ditulis oleh Mohammad Yamin, seorang pemuda muslim yang brilian (tercatat waktu itu beliau berusia 25 tahun) yang merupakan tokoh muda sekaligus sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang di kemudian hari memperoleh gelar sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Dalam pandangan Islam pemuda menempati posisi yang sangat penting. Kata 'pemuda' dalam Al-Qur'an disebutkan sebagai sosok yang memiliki mental tangguh berani melawan kebatilan, seperti Ashabul Kahfi yang dikisahkan menolak ajakan Raja Dikyanus untuk menyembah berhala. Kisah tujuh pemuda yang bersembunyi di dalam gua selama 309 tahun ini disebutkan dalam Al-Qur'an Surat Al Kahfi ayat 13 dengan kata 'fityah' (para pemuda), sebagai berikut:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ
Artinya: "Kami menceritakan kepadamu (Nabi Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami menambahkan petunjuk kepada mereka". (Qs. Al Kahfi: 13).
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Berangkat dari ayat ini, Imam Ibnu Kastir dalam tafsirnya menegaskan bahwa pemuda selalu menjadi garda depan dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan kebatilan. Terbukti, selain tujuh pemuda Ashabul Kahfi, para sahabat pada masa perjuangan dakwah Rasulullah juga didominasi oleh para pemuda. Sebaliknya, para penentang ajaran Nabi Muhammad justru didominasi kalangan tua suku Quraisy.
Selain itu, banyak ayat al-Qur'an yang menjelaskan para pemuda yang telah mengukir prestasi dalam berbagai keutamaan, antara lain adalah Nabi Ismail yang telah rela mengorbankan dirinya untuk dipotong lehernya karena taat pada Allah dengan penuh kesadaran. Kisah pemuda Yusuf juga menunjukkan tingginya kualitas akhlak dan ketaatan seorang pemuda. Ia diajak oleh seorang wanita yang sangat cantik untuk melakukan hubungan badan, yang seandainya jika ia mau melakukannya tidak akan ada sesuatupun yang dapat menghalanginya. Namun nabi Yusuf menolak ajakan tersebut dan memilih hidup mendekam di penjara semata-mata karena ketakwaannya kepada Allah SWT.
Terkait ketinggian kualitas akhlak pemuda, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
"Sesungguhnya Allah Ta'ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah" (HR Ahmad).
Kata shabwah pada hadits tersebut bermakna pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya. Pemuda tersebut membiasakan diri melakukan kebaikan dan berusaha menjauhi keburukan. Pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hubungan sumpah pemuda dan semangat Ashabiyah Ibn Khaldun adalah bahwa secara harfiah Ashabiya berarti rasa satu kelompok atau solidaritas sosial. Yang secara Secara etimologis 'Ashabiyah berasal dari kata 'Ashaba yang berarti mengikat. Secara fungsional 'Ashabiyah menunjuk pada ikatan sosial budaya yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan kelompok sosial. Selain itu, 'Ashabiyah juga dapat dipahami sebagai solidaritas sosial, dengan menekankan pada kesadaran, kepaduan dan persatuan kelompok. 'Ashabiyah juga bisa diartikan sebagai bagian dari landasan tegaknya negara. Bila Ashabiyah itu kuat, maka negara yang muncul akan kuat, sebaliknya bila Ashabiyah lemah maka Negara juga lemah.
Fakta sejarah menyebutkan bahwa pemuda memiliki peran dan andil yang sangat besar dalam sejarah kebangkitan bangsa Indonesia. Bahkan bisa dikatakan bahwa maju mundurnya sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas para pemudanya. Generasi muda hari ini adalah para aktor utama di masa mendatang sehingga mereka adalah pondasi yang menopang masa depan bangsa ini. Jika pemudanya cerdas dan berakhlak mulia maka bangsa itu akan maju dan sejahtera. Namun sebaliknya, jika pemudanya bodoh dan memiliki perangai yang buruk maka dapat dipastikan masa depan bangsa itu akan hancur berantakan.
Menurut Ibn Khaldun, agama juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempersatukan berbagai perbedaan di dalam masyarakat. Agama harus digandengkan dengan solidaritas kelompok, sehingga mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi kemajuan komunitas. Sebaliknya, bila agama dan semangat solidaritas kelompok dipertentangkan, maka yang terjadi adalah disintegrasi dan menjadi bumerang bagi manusia. Jadi, solidaritas dan soliditas kelompok yang dilakukan oleh pemuda pada waktu itu yang kemudian melahirkan sumpah pemuda merupakan bagian dari perintis bagi eksistensi bagi suatu Negara.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam konteks Islam, pemuda di sini merupakan kelompok masyarakat yang peka dan paling cepat merespons keadaan terutama dalam keadaan perang melawan penjajah. mereka adalah agen dari perubahan. Bahkan jika ingin memajukan suatu bangsa dan negara, yang perlu diperjuangkan dan diberikan kepercayaan adalah para pemuda.
Ashabiyah adalah rasa solidaritas sosial yang di dalamnya terdapat suku-suku atau kelompok yang bekerjasama untuk kepentingan bersama. Akan tetapi rasa solidaritas sosial tersebut akan hancur bilamana suatu suku atau kelompok tersebut terpecah belah atau tidak mau lagi bekerjasama. Karena alasan inilah, persekutuan suatu kelompok atau suku memerlukan hadirnya seorang penguasa atau raja yang mampu menangkal agresi. Kebutuhan akan adanya seseorang yang mempunyai otoritas dan bisa mengendalikan ini kemudian meningkat.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam konteks sumpah pemuda dan persatuan bangsa, Ashabiyah memiliki dua makna sekaligus, yakni sosial dan politik. Bermakna sosial ketika 'Ashabiyah dengan solidaritas sosialnya mampu mewujudkan nilai-nilai dasar manusia sebagai makhluk sosial untuk saling menolong dan membantu sehingga terwujud dalam kesatuan suatu negara. Bermakna politis ketika 'Ashabiyah mampu menjadi perekat untuk menegakan dan mempertahankan suatu negara. Nilai-nilai serta semangat tersebut yang kemudian mengikat para pemuda untuk berkumpul dalam Kongres Pemuda Kedua yang menghasilkan Sumpah Pemuda yang merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Khutbah Jumat tentang Sumpah Pemuda 5
Judul: Membangun dan Mempersiapkan Generasi Penerus yang Tangguh
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hadirin jamaah Jumu'ah rahimakumullah. Alhamdu lillah, puji syukur ke hadirat Allah subhanahu wata'ala yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada kita semua. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam beserta keluarganya, para sahabatnya serta kaum muslimin dan muslimat hingga akhir zaman.
Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala. Mari kita tingkatkan amal ibadah, serta senantiasa meneladani kehidupan baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan akhlaknya yang mulia, senantiasa menjaga kejujuran, dan memberi jalan keluar setiap permasalahan, dengan semangat keadilan, kemaslahatan, dan kebijaksanaan. Khutbah Jum'at pada hari ini akan membahas tentang upaya Mempersiapkan Generasi Penerus Yang Tangguh.
Hadirin jamaah Jumu'ah rahimakumullah.
Pada bulan ini, baik berdasarkan tahun masehi maupun tahun hijriyah, masing-masing ada peristiwa penting yang dapat diambil pelajaran dalam pewujudan generasi penerus yang tangguh.
Di tahun hijriah, kita masih berada di bulan Rabiul Awwal, di dalamnya ada peristiwan bersejarah dalam kehidupan keagamaan kita, yaitu kelahiran baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang kemudian setiap tahunnya diperingati dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Kedua, pada tahun masehi, kita berada di Bulan Oktober, yang di dalamnya ada peristiwa bersejarah dalam kehidupan kebangsaan kita, yaitu Kongres Pemuda yang melahirkan tekad dan komitmen persatuan melalui Sumpah Pemuda, dan kemudian setiap tahunnya pada 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Kemudian juga ada heroisme semangat keagamaan kaum santri dalam mengartikulasikan semangat cinta tanah air melalui Resolusi Jihad, dan kemudian setiap tahunnya pada 22 Oktober, sejak 8 tahun yang lalu, diperingati sebagai Hari Santri.
Salah satu pesan penting dari peringatan Maulid Nabi adalah meneladani sikap-sikap terpuji baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Nabi Muhammad, sejak muda sudah ditempa oleh Allah subhanahu wata'ala, dan dikenal sebagai sosok yang jujur dan dapat dipercaya.
Di saat muda, sebelum diangkat menjadi Nabi, Nabiyullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam memiliki rekam jejak yang sangat baik, yang bisa menjadi teladan sempurna sepanjang masa. Salah satu cara memperingati maulid nabi adalah dengan menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan, dengan mengikuti sunnah beliau dalam seluruh aspek kehidupan kita. Disebutkan dalam QS al-Ahzab ayat 21 :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ٢١
Artinya: "Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah." (QS al-Ahzab [33] ayat 21)
Salah satu akhlak yang diteladankan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah kejujuran. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah menunjukkan kualitasnya sebagai manusia berakhlak mulia jauh sebelum menjadi Rasul. Hal ini telah diakui olah para penduduk Mekkah yang menyematkan gelar al-Amin kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, orang yang dapat dipercaya.
Mengapa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendapat gelar tersebut?
Pemberian gelar ini bukan tanpa alasan. Sebagai pedagang, Nabi Muhammad tidak pernah berkata dusta demi keuntungan. Beliau selalu mengatakan dengan jujur tentang barang yang dijualnya, termasuk tentang kerusakan atau kejelekan barang tersebut. selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan sesuai dengan kualitas yang diminta pelanggan.
Reputasi kejujuran dan akhlak yang baik yang dimiliki sosok muda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tersebut telah dikenal publik, dan memunculkan kepercayaan publik kepada sosok beliau. Ketika terjadi pembangunan kembali Ka'bah setelah diterjang banjir, saat rampung, terjadi perselisihan sengit mengenai siapa yang berhak untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.
Semua kabilah berebut untuk bisa meletakkan Hajar Aswad yang menyebabkan konflik dan ketegangan. Kemudian Abu Umayyah bin Mughiroh sebagai orang tertua di antara semua kabilah menawarkan jalan keluar dengan menetapkan bahwa yang pertama kali masuk melalui pintu as-Shafa maka ialah yang berhak untuk mengambil kebijakan tentang peletakkan Hajar Aswad tersebut.
Allah subhanahu wata'ala menakdirkan bahwa orang yang pertama kali memasuki pintu masjid adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika melihat sosok Muhammad, maka semua bersepakat dan menyatakan bahwa sosok tersebut adalah al-Amin dan karenanya semua ridha terhadap keputusan yang dibuatnya. Memperoleh kesempatan meletakkan hajar aswad pada tempatnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak egois.
Lagi-lagi, beliau menunjukkan kelasnya sebagai sosok integrator ulung. Beliau kemudian meminta kain untuk digunakan mengangkat Hajar Aswad. Beliau meminta setiap pemimpin kabilah untuk memegang ujung kain tersebut dan kemudian bersama-sama mengangkatnya menuju tempat Hajar Aswad. Alhasil dengan keputusan yang bijaksana ini, hilanglah perselisihan di antara kaum Quraisy. Julukan al-Amin yang disandang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam merupakan bukti bahwa beliau adalah orang yang sudah diakui kredibilitasnya di masyarakat Arab.
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam mendapatkan gelar al-Amin juga menjadi salah satu teladan bagi umatnya untuk senantiasa berkata jujur baik dalam bentuk lisan maupun dalam perbuatannya sehari-hari. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menekankan sifat kejujuran ini dalam sabdanya:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Artinya: "Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong." (HR. Muslim)
Di samping soal kejujuran dan akhlakul karimah, Etos kerja Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam saat usia muda juga harus menjadi teladan bagi umatnya, terutama bagi pemuda dan pemudi. Dengan memiliki profesi, berarti Nabi mengajarkan umatnya untuk hidup mandiri. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
Artinya : "Seseorang di antara kamu membungkus seikat kayu bakar lalu dibawa di atas pundaknya, kemudian menjualnya, itu lebih baik baginya daripada meminta-minta pada seseorang, yang akan memberinya atau menolaknya" (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas menegaskan bahwa mendapatkan penghasilan dari hasil keringat sendiri lebih utama daripada meminta-meminta. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan pekerjaan mencari kayu bakar dalam hadits tersebut karena profesi itu merupakan salah satu mata pencaharian sahabat saat itu. Komitmen membangun kemandirian dengan spirit kewirausahaan adalah teladan Nabi yang bisa melahirkan generasi yang tangguh, mandiri, dan berkarakter.
Hadirin Jamaah Jumu'ah rahimakumullah.
Saat menjadi rasul, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam banyak ditemani oleh para sahabat pemuda dan perjuangan dakwahnya, dan bahkan memberikan kepercayaan kepada anak-anak muda pada posisi-posisi strategis, baik di bidang pertahanan, ilmu pengetahuan, dan politik pemerintahan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi kepercayaan kepada Usamah bin Zaid menjadi panglima perang, padahal usianya masih sangat belia, sementara di situ ada banyak sahabat senior. Usamah bin Zaid, pada usia 18 tahun dipercaya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk memimpin pasukan yang di dalamnya ada sahabat-sahabat ternama, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Pasukannya berhasil dengan gemilang mengalahkan tentara Romawi.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga memiliki sepupu sekaligus sahabat terpercaya, Ali bin Abi Thalib. Perannya dalam dakwah mencakup berbagai bidang, seorang ulama, pemimpin, sekaligus pejuang. Ali merupakan salah satu orang yang pertama-tama masuk Islam dari golongan pemuda, umurnya belum 10 tahun. Saat Rasulullah hijrah ke Madinah, Ali bin Abi Thalib diperintahkan untuk menggantikan posisi di tempat tidur beliau, dengan segala resikonya.
Di bidang keilmuan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi kepercayaan luar biasa kepada sahabat Zaid bin Tsabit, pemuda Anshar yang masuk Islam pada usia 11 tahun. Kecerdasan Zaid membuat pemuda ini dipercaya menjadi penulis wahyu oleh Rasulullah. Ia mampu menguasai berbagai bahasa dalam tempo singkat. Pada masa kodifikasi al-Quran, Khalifah Abu Bakar pertama kali menunjuk Zaid untuk menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an.
Dalam urusan politik, duta pertama yang dikirim Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga berasal dari golongan pemuda, yaitu Mush'ab bin Umair. Ia adalah seorang pemuda kaya, rupawan, dan terpandang di Makkah. Ia rela meninggalkan keluarga, kemewahan, dan kehormatan di tengah kaumnya demi dakwah Islam. Mush'ab adalah duta pertama dalam sejarah Islam. Ia diminta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajar al-Quran kepada penduduk Madinah. Ketika itu, di antara sahabat Rasulullah sebenarnya masih ada beberapa sahabat yang lebih tua dan lebih berkedudukan, tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam punya pertimbangan sendiri mengutus Mush'ab.
Hadirin jamaah Jemu'ah rahimakumullah.
Peristiwa kedua adalah Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda adalah suatu ikrar pemuda-pemudi Indonesia yang mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar tersebut merupakan hasil putusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II yang digelar pada 27-28 Oktober 1928.
Di antara pelajaran penting dalam momentum Sumpah Pemuda ini adalah pentingnya kepeloporan pemuda dalam mewujudkan kesatuan dan persatuan, jangan terjebak pada konflik akibat eksploitasi dan mempertentangkan terhadap realitas adanya perbedaan.
Perbedaan adalah sunnatullah, sebagaimana perbedaan suku, bangsa, dan juga bahasa serta budaya. Bagaimana kita menyikapi perbedaan tersebut dengan membangun kesepahaman, dan sebanyak mungkin mencari titik temu dengan komitmen persatuan. "Persatuan Indonesia", sebagaimana dirumuskan dalam sila ketiga Pancasila memuat prinsip integrasi dan persatuan. Allah subhanahu wata'ala telah menegaskan persatuan di tengah perbedaan ini dalam al-Qur'an yang termaktub dalam surat al-Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣
Artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti." (QS. al-Hujurat [49] ayat 13)
Di samping soal komitmen merawat persatuan (wahdah) dan persaudaraan (ukhuwwah), anak muda harus menjadi pioneer di bidang pendidikan, meningkatkan inovasi dan kreatifitas untuk mewujudkan hal-hal yang bermanfaat, baik bagi diri maupun orang lain.
Generasi muda merupakan penerus tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Mereka harus mengisi masanya dengan hal-hal yang bermakna dan membawa manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Usia remaja adalah usia yang sangat produktif untuk menuntut ilmu. Masa muda dengan keadaan yang bugar, kuat dan semangat tinggi itu hendaknya diarahkan pada hal-hal yang mengandung manfaat di dalamnya; Baik manfaat kepada dirinya atau pun kepada orang lain, bahkan alam sekitarnya. Baginda Nabi bersabda :
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ». حَدِيْثٌ حَسَنٌ, رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَغَيْرُهُ هَكَذَا
Artinya: "Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang; Jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Ahmad)
Hadirin jamaah Jumu'ah rahimakumullah.
Peristiwa ketiga adalah Hari Santri. Hari Santri 22 Oktober merupakan supremasi perjuangan para santri dan ulama pesantren dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Saat itu NICA (Netherlands Indies Civil Administration) membonceng tentara Sekutu (Inggris) hendak kembali menduduki Indonesia dalam Agresi Militer Belanda II pasca kekalahan Jepang oleh Sekutu setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.
Hal ini menunjukkan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bukanlah akhir perjuangan. Justru perjuangan makin tidak mudah ketika bangsa Indonesia harus menegakkan kemerdekaan karena upaya kolonialisme masih tetap ada. Ulama pesantren sudah melakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi perang senjata saat Jepang menyerah kepada Sekutu.
Benar saja, setelah Proklamasi Kemerdekaan, terjadi Agresi Militer Belanda kedua yang puncaknya adalah berupa pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Peperangan melawan agresi militer ini tidak terlepas dari pencetusan Fatwa Resolusi Jihad NU oleh KH. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945.
Resolusi Jihad ini menggerakkan seluruh elemen bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Militer Belanda ini. Dari sejarah ini kita juga bisa mengambil hikmah bahwa agama dan cinta tanah air bisa saling memperkuat dalam membangun bangsa dan negara. Dua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kecintaan terhadap tanah air merupakan manifestasi dari keimanan.
Hadirin jamaah Jumu'ah rahimakumullah.
Salah satu elemen yang memiliki kedudukan strategis dalam perubahan masyarakat adalah elemen kaum muda.
Dalam sejarah perubahan masyarakat, selalu ditentukan oleh sejauh mana peran kaum muda dalam menggerakkan perubahan tersebut. Dalam sejarah bangsa Indonesia, mulai dari perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga reformasi tak lepas dari keberperanan kaum muda. Peristiwa Sumpah Pemuda telah menggelorakan semangat persatuan di tengah perbedaan.
Bapak Proklamator, Sukarno-Hatta menjadi pejuang kemerdekaan sejak usia belia, dan memiliki konsens terhadap kaum muda. Panglima Besar Jenderal Sudirman memimpin gerilya saat usia masih 25 tahun. Kyai Haji Abdul Wahid Hasyim menjadi ketua MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) pada usia 26 tahun, dan menjadi Ketua Masyumi (Majlis Syura Muslimin Indonesia), partai terbesar pada usia 29 tahun.
Bung Tomo menggelorakan semangat perlawanan arek-arek Suroboyo dengan semboyan Merdeka atau Mati, isy kariiman au mut syahiidan, sebagai wujud cinta tanah air yang dibalut dengan kesadaran keagamaan, berusia 25 tahun. Setelah ditetapkan Resolusi Jihad oleh para Ulama tanggal 22 Oktober 1945, tidak butuh waktu lama, anakanak muda mengambil prakarsa untuk mempertahankan tanah air, atas dasar panggilan iman dan kecintaan pada tanah air.
Hari ini, saat kita berada dalam proses recovery pasca krisis kesehatan yang bersifat global yang bisa berdampak pada lahirnya krisis ekonomi dan sosial, dibutuhkan kepeloporan kita, khususnya kaum muda, untuk hadir sebagai solusi, dengan inovasi, kreatifitas, dan kepeloporan yang dimiliki.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menegaskan pentingnya memanfaatkan masa muda untuk modal kemajuan suatu bangsa. Dalam setiap perubahan sosial, pemuda selalu menjadi peran sentral, dengan kreatifitas, inovasi, dan kekuatannya, baik kekuatan fisik maupun nalarnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi nasehat kepada kita semua tentang pentingnya mengoptimalkan masa muda untuk kebaikan:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya: "Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara; masa mudamu sebelum datang waktu tuamu, masa sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang matimu." (HR. al-Hakim)
Hadits di atas secara khusus menempatkan usia muda dalam urutan pertama dalam prioritas perhatian. Momentum usia muda tak akan kembali. Kondisi bonus demografi ini juga tak akan lama. Dalam perubahan sosial yang bersifat strategis, selalu ada peran penting kaum muda dan kaum milenial. Karena kaum muda memiliki fungsi sebagai agen perubahan (agent of change) dalam perbaikan masyarakat.
Semoga kita semua termasuk orang yang dapat meneladani baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dengan membiasakan akhlakul karimah, berkomitmen untuk jujur dan memegang janji, menjadi solusi atas masalah sosial yang muncul dengan penuh harmoni, serta memberi ruang keberperanan secara optimal terhadap partisipasi, dan invasi dan kreativitas anak muda di berbagai bidang, karena masa depan bangsa lima sepuluh tahun ke depan terletak pada kondisi pemuda hari ini.
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Itulah tadi beberapa contoh khutbah Jumat tentang Hari Sumpah Pemuda yang dapat dijadikan sebagai referensi. Semoga bermanfaat ya!
(urw/alk)