Bagaimana Proses Pembentukan Bumi? Begini Penjelasan Para Ahli

Bagaimana Proses Pembentukan Bumi? Begini Penjelasan Para Ahli

Niken Dwi Sitoningrum - detikSulsel
Selasa, 10 Okt 2023 21:30 WIB
Bumi disinari matahari dalam posisi ekuinoks atau equinox.
Foto: Getty Images/iStockphoto/Robin_Hoood
Makassar -

Planet Bumi yang kita tinggali saat ini memiliki sejarah panjang. Lantas, bagaimana proses pembentukan Bumi sebenarnya?

Dari Modul Pembelajaran SMA Kelas X: Geografi yang diterbitkan oleh Kemdikbud, dijelaskan bahwa terdapat beberapa fase pembentukan Bumi. Mulai dari teori Big Bang hingga pembentukan atmosfer.

Terdapat juga beberapa pendapat ahli yang menyatakan teori pembentukan Bumi, mulai dari teori kontraksi dan pemuaian sampai dengan teori lempeng tektonik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk memudahkan detikers lebih memahami, berikut ini informasi tentang bagaimana proses pembentukan Bumi dari penjelasan para ahli. Simak yuk!

Bagaimana Proses Pembentukan Bumi?

Pembentukan Bumi terdiri dari delapan fase. Adapun, fase-fase tersebut antara lain:

ADVERTISEMENT
  1. Fase awal mula jadi alam semesta (big bang). Pada saat big bang, Bumi terwujud tetapi bahan-bahannya telah ada bersama dengan bahan-bahan bintang dan planet-planet lain.
  2. Fase pembentukan bintang-bintang. Matahari dan Bumi sebagai calon tata surya belum dilahirkan.
  3. Fase supernova. Yaitu ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi yang teramat besar.
  4. Fase pendinginan nebula. Barulah setelah ada kejutan lagi dari supernova yang ada di sekitarnya, gravitasi antarbahan nebula mulai aktif. Ketika gravitasi mulai bekerja, pembentukan sebuah bintang dan atau matahari mulai terjadi.
  5. Fase pembentukan matahari dan cincin planet. Sebagian debu dan gas di bagian dalam nebula mulai berkumpul dan bergabung kemudian secara perlahan-lahan.
  6. Fase akresi. Pada saat ini Bumi dengan susunan materi yang seragam belum ada daratan dan atau lautan.
  7. Fase pembentukan Bumi. Bahan-bahan dari meteor yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi mulai tenggelam ke pusat Bumi. Akibatnya, terbentuklah inti Bumi.
  8. Pembentukan atmosfer, samudera dan makhluk hidup.

Teori Pembentukan Bumi Menurut Para Ahli

Kondisi Bumi pada awal terbentuknya berbeda dengan kondisi sekarang. Pada saat itu, bahan Bumi masih homogen atau seragam tanpa benua dan samudera.

Unsur yang ada di dalamnya terdiri dari silikon, oksida besi, magma dan sebagian kecil berupa unsur kimia lainnya. Pada awal pembentukan seluruh bagian planet Bumi relatif dingin, namun lama kelamaan meningkat suhunya menjadi seperti saat ini.

Sejumlah ahli memberikan penjelasan dengan mengajukan tiga faktor penyebab naiknya suhu di Bumi. Yaitu karena adanya akresi, kompresi dan disintegrasi atau penguraian unsur-unsur radiokatif.

Akresi adalah penambahan panas karena Bumi dihujani oleh benda-benda angkasa. Energi dari benda-benda angkasa tersebut berubah menjadi panas.

Kompresi adalah proses pemadatan Bumi karena gaya gravitasi. Bagian dalam Bumi menerima tekanan yang lebih besar dibanding bagian luarnya. Tingginya suhu pada bagian inti Bumi mengakibatkan unsur besi mencair.

Sedangkan disintegrasi adalah proses penguraian unsur-unsur radioaktif seperti uranium, thorium dan potasium, di mana pada saat proses penguraian diiringi dengan proses pelepasan panas.

Gaya dan proses yang terjadi di dalam Bumi akan dapat menyebabkan terbentuknya berbagai macam bentuk muka Bumi. Seperti terjadinya daratan (benua), pegunungan dan perbukitan, cekungan, lembah, tebing, dan lain-lainnya yang merupakan relief muka Bumi.

Gaya dan proses yang terjadi di dalam Bumi tersebut tidak dapat diamati atau diselidiki secara langsung. Oleh karena itu, perlu suatu metode dan pendekatan yang dapat menghasilkan suatu teori/hipotesis.

Berikut ini adalah beberapa teori pembentukan muka Bumi menurut para ahli:

1) Teori Kontraksi dan Pemuaian (Contraction and Expasion Theory)

Teori ini pada awalnya dicetuskan oleh Descrates (1596-1650) dan kemudian didukung oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Descrates menyebutkan bahwa Bumi terus mengalami penyusutan dari masa ke masa karena adanya proses pendinginan.

Akibat dari proses penyusutan ini permukaan Bumi mengkerut dan terbentuklah relief berupa gunung, lembah dan dataran. Analogi teori ini diadopsi dari kulit buah apel yang mengering.

Dari teori ini dapat dijelaskan mengenai proses terbentuknya lipatan pada permukaan Bumi. Namun, teori ini belum dapat menjelaskan proses terbentuknya daerah-daerah tekanan.

2) Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)

Teori yang dikemukakan oleh Edward Zuess pada tahun 1884 ini menyebutkan bahwa Bumi ini pada awalnya terdiri atas dua benua yang sangat besar yaitu Laurasia di bagian kutub utara dan Gondwana pada bagian kutub selatan. Kedua benua ini terus mengalami pergerakan ke arah ekuator Bumi hingga pada akhirnya terpecah menjadi beberapa benua yang lebih kecil.

Disebutkan Laurasia terpecah menjadi benua Asia, Eropa dan Amerika Utara. Sedangkan Gondwana terpecah menjadi benua Afrika, Australia dan Amerika Selatan.

3) Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)

Pada tahun 1912, Alfred Wegner mencetuskan teori pengapungan benua ini. Ia menyebutkan bahwa pada awalnya hanya terdapat satu benua yang sangat besar di muka Bumi yang disebut Pangea.

Kemudian, Pangea ini terpecah dan terus mengalami perubahan melalui pergerakan dasar laut. Gerakan sentripugal dari rotasi Bumi menyebabkan pecahan-pecahan pangea tersebut bergerak ke arah barat menuju ekuator. Teori ini didukung dengan bukti-bukti bahwa terdapatnya kesamaan garis pantai, batuan dan fosil antara Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur.

4) Teori Konveksi (Convection Theory)

Teori konveksi ini pertama kali dicetuskan oleh Arthur Holmes sekitar tahun 1927 dan kemudian dikembangkan oleh Harry H. Hess dan Robert Diesz. Teori ini menyebutkan bahwa terdapat arus konveksi dari dalam mantel Bumi yang terdiri dari massa berupa lava.

Ketika arus konveksi ini membawa lava sampai ke permukaan Bumi di bagian punggung tengah samudra (mid oceanic ridge), akan menyebabkan lava tersebut membeku dan membentuk lapisan kulit Bumi yang baru sehingga menggeser dan menggantikan kulit Bumi yang lama. Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapatnya bagian mid oceanic ridge itu sendiri, seperti mid Atlantic Ridge dan Pasific Atlantic Ridge.

Selain itu, berdasarkan sebuah penelitian mengenai umur laut juga dibuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudera, umur batuan-batuannya semakin tua.

5) Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)

Teori yang dikemukakan oleh Tozo Wilson sekitar tahun 1965 ini menyebutkan bahwa kulit Bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer. Lempeng-lempeng pembentuk kulit Bumi ini selalu bergerak karena adanya pengaruh arus konveksi dari lapisan astenosfer.

Litosfer Bumi terdiri dari dua lempeng yaitu lempeng benua dan lempeng samudera. Lempeng samudera tersusun oleh batuan basa yang dapat dijumpai di dasar samudera, sedangkan lempeng benua tersusun oleh batuan asam.

Berdasarkan arah pergerakannya, lempeng tektonik ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

  1. Gerak konvergen yaitu berupa gerakan saling bertubrukan antar lempeng tektonik, baik lempeng benua maupun lempeng samudra. Beberapa pegunungan seperti Himalaya muda, Alpen, Rocky dan Andes disebut merupakan relief yang terbentuk akibat proses konvergensi ini.

    Ada tiga jenis gerakan konvergen yaitu:
    • Subduksi : Pergerakan konvergen antara lempeng benua dan lempeng samudera, dengan lempeng samudera jatuh di bawah lempeng benua, karena gravitasi spesifik lempeng benua kurang dari lempeng samudera. Contohnya adalah parit yang membentang dari barat Sumatra, selatan Jawa, ke selatan Nusa Tenggara.
    • Obduksi : Pergerakan konvergen di antara kerak benua dan kerak samudera, tempat kerak benua tenggelam/menunjam di bawah kerak samudera. Penunjaman ini terjadi yakni karena adanya perubahan dari batas lempeng divergen kemudian menjadi konvergen, menimbulkan terjadinya kerak benua berbenturan dengan kerak samudera.
    • Kolisi : Gerakan konvergen antara lempeng benua. Kedua pelat memiliki massa jenis yang tidak berbeda untuk membentuk pegunungan yang tinggi, seperti Pegunungan Himalaya.
  2. Gerak divergen, yaitu gerakan lempeng di mana lempeng bergerak saling menjauh, dengan gaya yang bekerja pada gerakan ini adalah gaya tarik (tensional). Perbedaan ini menyebabkan magma naik dari pusat Bumi, membentuk dasar lautan atau kerak samudera. Contohnya adalah MOR (Mid Ocean Ridges) di dasar Samudera Atlantik.
  3. Sesar Mendatar (Transform), yaitu gerakan berlawanan arah yang menyebabkan terjadinya pergesekan antar lempeng tektonik. Sesar San Andreas yang terbentang sepanjang 1.200 km merupakan salah satu relief yang terbentuk akibat adanya proses transform ini.

Demikianlah informasi tentang bagaimana proses pembentukan Bumi dari penjelasan para ahli. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan detikers ya!




(edr/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads