Dilansir dari detikINET, aktivitas Matahari yang meningkat tersebut menimbulkan jilatan api sangat kuat. Aktivitas yang tak biasa itu juga berpengaruh ke Bumi.
Nasa melalui Wahana Solar Dynamics Observatory mengamati Matahari dan berhasil menangkap gambar peristiwa tersebut. Jilatan api kuat yang disemburkan Matahari tersebut terjadi pada 28 Maret dan mencapai puncaknya pada pukul 22:33 ET.
Untuk diketahui, jilatan api Matahari adalah semburan energi yang sangat kuat. Flare atau suar dan letusan Matahari ini bisa berdampak pada terputusnya komunikasi radio, jaringan tenaga listrik, sinyal navigasi, dan menimbulkan risiko bagi pesawat ruang angkasa dan astronaut.
Suar tersebut diklasifikasikan sebagai suar X1.2. Kelas X menunjukkan suar paling intens, sementara angka yang mengikuti di belakangnya menunjukkan kekuatannya.
Selain misi mengeksplorasi Bulan, negara-negara dengan teknologi luar angkasa maju saat ini berlomba-lomba ke Matahari. Misi tersebut dilakukan untuk mempelajari perilaku bintang utama yang menerangi sistem Tata Surya kita tersebut.
NASA dan sejumlah badan antariksa melakukan pengamatan terhadap Matahari dan lingkungan luar angkasa dengan armada pesawat ruang angkasa. Melalui pesawat ruang angkasa tersebut, mereka mempelajari berbagai hal, mulai dari aktivitas Matahari hingga atmosfer Matahari, hingga partikel dan medan magnet di ruang angkasa sekitar Bumi.
(urw/alk)