Pesta kematian atau lebih dikenal Rambu Solo di Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki sejumlah ritual. Salah satunya Ma'palao.
Ma'palao adalah tradisi unik suku Toraja yang cukup dikenal luas. Tradisi Ma'palao adalah mengarak jenazah sambil menggoyangkannya. Jenazah diarak keliling kampung kemudian ditempatkan ke rakkean atau tempat peristirahatan terakhir.
Seorang tokoh adat Toraja bernama MS Palayukan menjelaskan ritual Ma'palao memiliki arti mengeluarkan jenazah. Hal ini karena ritual dilakukan dengan mengeluarkan jenazah dan mengarak peti jenazah berkeliling kampung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ma'palao itu artinya mengeluarkan. Jadi jenazah dikeluarkan dari rumah kemudian diarak keliling kampung. Memberi info kepada masyarakat kalau ada kedukaan. Nah besok itu mereka datang, makanya sudah ini ada acara mantarima tamu atau menerima tamu," jelasnya kepada detikSulsel, Rabu (8/2/2023).
![]() |
Tim detikSulsel berkesempatan melihat prosesi Ma'palao di Kecamatan Kesu' Kabupaten Toraja Utata pada Rabu (8/2). Terlihat sebelum ritual Ma'palao dimulai, dilakukan penyembelihan 1 kerbau sebagai persembahan kepada yang kuasa untuk ritual tersebut.
Setelah itu gong dibunyikan pertanda kegiatan Ma'palao sudah dimulai. Ratusan warga mengenakan baju hitam kemudian bersiap untuk melakukan prosesi Ma'palao.
Ratusan warga pun terlihat berjibaku mengangkat peti jenazah sambil menggoyangnya. Aksi menggoyang peti jenazah itu dinilai sebagai luapan emosional keluarga yang telah ditinggalkan dan juga sebagai tanda kasih sayang keluarga kepada sosok yang telah berpulang.
"Peti digoyang-goyang sebagai luapan emosional keluarga, dan tanda kasih sayang juga. Jadi kalau di daerah lain itu kan menangis kalau saat pengantaran jenazah, nah kalau di Toraja itu ini sebagai tanda kasih sayang mereka yang telah ditinggalkan," ungkap Palayukan.
![]() |
Tepat di belakang arak-arakan jenazah itu, terlihat juga antrean perempuan sedang membentangkan kain merah yang memiliki makna berkabung. Biasanya, kain merah tersebut dipegang pihak keluarga yang ditinggalkan.
Palayukan menambahkan prosesi Ma'palao selalu dilakukan pukul 12.00 Wita. Pasalnya, kata dia, prosesi Rambu Solo atau kedukaan selalu dilakukan saat matahari mulai tergelincir.
"Kalau di Toraja itu ada 2 prosesi adat. Rambu Tuka' dan Rambu Solo, Rambu Tuka' itu pesta perayaan seperti orang menikah dan biasanya dilaksanakan jam 7 pagi sampai 12 siang. Kalau Rambu Solo itu pesta kedukaan dilaksanakan lewat dari jam 12, jadi itu bedanya," jelasnya.
![]() |
Lebih lanjut Palayukan mengatakan tradisi arak-arakan sambil menggoyang peti jenazah masyarakat Toraja hingga kini masih dijaga dan terus masih dilestarikan. Hal itu dilakukan sebagai rasa hormat terhadap leluhur suku Toraja yang terlebih dahulu melakukan tradisi tersebut.
"Ini sudah kami jaga dan lestarikan, sebagai penghormatan kepada leluhur. Bagi masyarakat Toraja menghargai leluhur atau orang yang berpulang lebih dahulu wajib dilakukan," tandasnya.
(alk/asm)