Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang mengupdate kondisi status Bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) sore ini. Meski Sulsel tengah dilanda cuaca ekstrem, ketinggian air di pintu Bendungan Bili-bili masih di bawah normal alias masih aman.
Hal itu disampaikan Posko Induk BBWS Pompengan Jeneberang dalam keterangan resminya yang diterima detikSulsel, Kamis (5/1/2023). Hingga pukul 15.00 Wita sore ini, tampungan air di Bendungan Bili-bili pada elevasi 97,07 mdpl atau volume 222.927 juta meter kubik.
![]() |
Kondisi tersebut masih di bawah elevasi normal 99,5 mdpl atau dengan volume 272.703 juta meter kubik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Posko Induk BBWS Pompengan Jeneberang menambahkan, air yang dikeluarkan diatur untuk menyiapkan tampungan banjir dari hulu dengan memperhatikan kondisi bagian hilir agar tidak terjadi banjir.
Sementara sungai Jenelata dan Jeneberang, Kabupaten Gowa terpantau saat ini kondisinya masih berstatus normal. Disebutkan elevasi sungai Jenelata saat ini 45.09 mdpl dan sungai Jeneberang elevasi 30,94 mdpl.
Diberitakan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar mengeluarkan peringatan dini hujan lebat disertai petir dan angin kencang hingga sore hari ini.
"Kondisi ini diperkirakan masih dapat berlangsung hingga pukul 15:50 Wita," tulis BMKG dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (5/1).
Berdasarkan analisis dari BMKG, ada sejumlah wilayah di Sulsel yang berpotensi mengalami kondisi cuaca ekstrem, yaitu Kabupaten Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Sinjai, Bone, Pangkajene dan Kepulauan, dan Kota Makassar.
Cuaca Ekstrem di Sulsel hingga 9 Januari 2023
BMKG Wilayah IV Makassar sebelumnya juga telah mengeluarkan peringatan dini cuaca untuk sejumlah wilayah Sulsel. Hujan lebat berpotensi menerjang wilayah Sulsel hingga (9/1).
"Prakiraan tanggal 3-9 Januari 2023, hujan dengan intensitas lebat yang cenderung pada dini hari sampai pagi hari," ucap Kepala BMKG Wilayah IV Makassar Irwan Slamet dalam keterangan resminya, Senin (2/1).
Irwan menjelaskan pemicu cuaca ekstrem itu dinamika atmosfer terkini menunjukkan indikasi adanya potensi peningkatan curah hujan di Sulsel. Ex-Siklon tropis Ellie terpantau masih berada di Australia bagian barat mampu meningkatkan kecepatan angin dan ketinggian gelombang laut di sepanjang daerah menuju pusat tekanan.
"Terdapat pertemuan arus angin (konvergensi) di sekitar Sulawesi Selatan menyebabkan penumpukan massa udara yang mendukung pertumbuhan awan hujan. Model cuaca menunjukkan kelembaban udara lapisan atas hingga ketinggian 700 mb dalam kondisi basah berkisar 70-100 persen," urai Irwan.
Situasi itu berpotensi terjadi di wilayah Sulsel bagian barat meliputi, Parepare, Barru, Pangkep, Maros, Makassar, dan Takalar. Sementara di Sulsel bagian tengah, yakni Soppeng, Gowa, dan Bone bagian Timur.
Selanjutnya wilayah Sulsel bagian selatan meliputi Jeneponto, dan Bantaeng. BMKG juga memperingatkan adanya potensi angin kencang di Sulsel bagian barat dan selatan.
"Masyarakat juga diimbau agar mewaspadai gelombang tinggi di perairan sekitar Sulawesi Selatan," tambah Irwan.
(ata/nvl)