Dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando dikecam netizen usai menyalahkan suporter Arema FC atas Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang. Ade menyebut Aremania sok jagoan melanggar aturan sampai masuk ke lapangan.
"Sekali lagi, marilah kita bersikap objektif, yang jadi masalah adalah suporter Arema yang sok jagoan melanggar semua peraturan dalam stadion, dengan gaya preman masuk ke lapangan, petentengan," ucap Ade Armando dilansir dari detikInet, Selasa (4/10).
Omongan Ade Armando viral usai potongan videonya yang awalnya tayang di channel CokroTV tersebar di media sosial. Dia menilai aparat kepolisian sudah melaksanakan tugas keamanan dalam saat kerusuhan usai laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam pandangan saya, polisi sudah melaksanakan kewajibannya," imbuhnya.
Perkataan Ade Armando itu pun langsung mengundang kecaman netizen di Twitter. Mereka menyesalkan omongan dosen UI yang menuding suporter sebagai pihak bertanggung jawab dalam Tragedi Kanjuruhan.
"Ada ya mahasiswa yang masih mau diajar sama Ade Armando? Dia udah menghabiskan sisa-sisa kredibilitas dia," protes @apathoni lewat akun twitternya.
"Ade Armando sudah menutup Malang sebagai destinasi wisata dia. Hebat juga sih kalau nanti masih berani nongol ke kota itu doi," kritik @notaslimboy, sebuah akun populer di Twitter dengan puluhan ribu follower.
Netizen yang lain juga menyindir Ade Armando tidak tahu apa-apa soal solidaritas suporter. Menurutnya sikap Ade Armando hanya menambah situasi semakin tindak kondusif.
"Apa dia belum tahu kalau solidaritas antara suporter bola itu tinggi ? Kalau bicara kemanusiaan maka suporter bar-bar sekalipun dan biasanya saling perang akan bersatu. Oalah bengak tambah lagi musuhmu," tulis seorang netizen. Ejaan di unggahannya sudah disesuaikan ejaan yang disempurnakan (EYD).
Tragedi Kanjuruhan terjadi saat Arema FC kalah atas tamunya Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 pada Sabtu (1/10). Tidak terima dengan kekalahan tim kesayangan, suporter Aremania turun ke lapangan usai laga.
Tidak berselang lama, bentrokan antara suporter dan aparat kepolisian terjadi. Situasi yang semakin tidak kondusif membuat aparat menembakkan gas air mata hingga suporter yang berjubel di dalam stadion berdesakan mencari jalan keluar.
(sar/sar)