Temuan Piton Raksasa di Muna Barat, Dibunuh Warga-Daging Dijual ke Manado

Temuan Piton Raksasa di Muna Barat, Dibunuh Warga-Daging Dijual ke Manado

Tim detikSulsel - detikSulsel
Minggu, 25 Sep 2022 07:00 WIB
Ular piton raksasa saat dievakuasi warga Muna Barat, Sulawesi Tenggara.
Warga Muna Barat mengevakuasi ular piton raksasa sepanjang 7 meter. Foto: Dokumen Istimewa.
Muna Barat -

Warga Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara (Sultra) menemukan ular piton raksasa sepanjang 7 meter lalu dibunuh. Daging ular itu kemudian dijual ke pengepul untuk dikirim ke Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) untuk dikonsumsi masyarakat.

Ular piton seberat 130 kilogram itu awalnya ditemukan seorang warga yang sedang membabat rumput kebunnya di Desa Latompe, Kecamatan Lawa, Kabupaten Muna Barat pada Rabu (21/9) sekitar pukul 09.00 Wita. Warga yang menemukannya lantas memanggil 8 orang lainnya untuk mengevakuasi ular tersebut ke permukiman.

"Itu katanya pembeli itu dibawa di Manado untuk dimakan, (untuk) konsumsi," kata Kepala Desa Latompe, Kecamatan Lawa, Laode Sugira saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (24/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aktivitas warga menjual daging ular ke pengepul di pasar ini disebut sudah biasa. Namun baru untuk kali ini ular yang dijual berukuran raksasa yang mencapai 130 kilogram.

"Kebiasaan di sini kalau dapat ular dijual di sana (Manado) ada pembelinya di sini (Muna Barat). Di sini sering (warga dapat ular)" paparnya.

ADVERTISEMENT

Daging ular tersebut dijual ke pengepul dengan harga Rp 680 ribu. Total berat yang berhasil terjual hanya 89 kilogram karena isi dalam perut ular sudah dibersihkan.

"Yang beli itu tidak mau dengan isi dalamnya. Dikasih keluar isi dalamnya. Padahal di dalamnya itu ada telurnya," terangnya.

Laode Sugira menambahkan, di Muna Barat memang ada pengepul yang kerap membeli daging ular. Hanya saja, pengepul tidak datang secara rutin setiap hari. Biasanya setiap tiga atau empat bulan.

"Kebiasaan di sini kalau dapat ular dijual di sana (Manado), ada pembelinya di sini (pengepul di Muna Barat). Tidak sering juga, sekitar 3 bulan 4 bulan," ujarnya.

Simak warga Sulut sudah biasa makan ular di halaman selanjutnya.

Warga Sulut Sudah Biasa Makan Ular

Masyarakat pribumi Minahasa di Sulawesi Utara (Sulut) dikenal sudah lama mengkonsumsi daging ular. Kebiasaan warga mengkonsumsi daging ular itu diungkapkan budayawan Sulut Rianto Taroreh.

"Kebiasaan orang Minahasa mengkonsumsi ular sudah sejak lama, bisa dibilang sejak awal-awal peradaban orang Minahasa dimulai," kata Rinto Taroreh saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (24/9).

Menurutnya, kebiasaan warga di Sulut mengkonsumsi daging ular sudah menjadi hal biasa. Namun bagi warga di daerah lain, memakan daging ular dianggap sebagai sesuatu yang ekstrem.

"Tapi memang tidak semua ular, ada ular tertentu yang dikonsumsi. Kalau yang dikonsumsi di sini hanya ular piton (sebutan orang Minahasa patola/manonongko)" ungkapnya.

Sampai saat ini, kata dia, sebagian warga pribumi Minahasa masih sering berburu hewan dengan cara-cara tradisional. Aksi berburu itu dilakukan warga menggunakan peralatan seadanya.

"Kalau di sini mereka berburu dapat ular kebanyakan saat lagi berburu tikus. Kalau berburu malam kebanyakan tembak tikus ekor putih, dan biasa bertemu dengan ular," kata peraih Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2020 lalu itu.

Taroreh menambahkan, warga biasanya membakar terlebih dahulu ular yang didapatkan dari hasil buruan, lalu isi perutnya dibersihkan. Setelah itu barulah daging ular dimasak menggunakan santan kelapa.

"Setelah mati, ular dibakar, kemudian penggal, setelah itu direbus dengan santan kelapa. Tapi sebelumnya itu isi perutnya sudah dibersihkan," tuturnya.

Dia mengungkapkan bahwa daging ular dijual di beberapa pasar, seperti di Tomohon. Kebanyakan daging ular disuplai dari luar Sulut, seperti Gorontalo dan Palu di Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Kalau pasar kebanyakan di Tomohon, tapi disuplai dari Gorontalo, Palu Sulteng. Kalau di Tomohon itu ular besar, kan kalau dari Sulut sudah tidak ada ular besar. Jadi kalau di pasar itu sudah disuplai dari luar," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(asm/sar)

Hide Ads