Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) menyalurkan bantuan sebesar Rp 160 juta kepada warga terdampak tanah bergerak di Desa Labuku, Kecamatan Maiwa. Pemkab juga akan segera merelokasi rumah warga yang terdampak tersebut.
"Hari ini kita kembali menyalurkan bantuan berupa keuangan untuk warga Labuku. Besarannya Rp 160 juta, semoga ini bermanfaat," kata Bupati Enrekang, Muslimin Bando kepada detikSulsel, Sabtu (24/9/2022).
Muslimin mengungkapkan, kondisi desa setelah kejadian fenomena tanah bergerak itu sudah semakin membaik. Pihaknya sudah membuka jalan alternatif agar akses warga kembali normal. Jalan alternatif dibuka karena beberapa jalan desa mengalami rusak berat akibat pergeseran tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Betul warga tidak lagi terisolasi. Beberapa hari terakhir ini tim BPBD dan PUPR Enrekang terus bekerja untuk membuka jalan alternatif untuk warga," ungkapnya.
Dari kurang lebih 300 Kepala Keluarga (KK) di Desa Labuku, sebanyak 32 rumah warga juga mengalami rusak berat akibat tanah bergerak ini. Menurut Muslimin, dalam waktu dekat pihaknya akan menyediakan lahan untuk merelokasi warga yang rumahnya rusak berat.
"Kita akan relokasi. Karena kalau tetap di sana, bisa-bisa fenomena ini kembali terjadi. Kita akan sediakan lahan yang berlokasi tidak jauh dari desa ini," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Labuku, Abdul Wahab mengucapkan terima kasih kepada Pemkab Enrekang karena tak henti menyalurkan bantuan berupa sembako dan keuangan. Hingga saat ini, kata dia, warga yang rumahnya mengalami rusak parah beberapa di antaranya masih berada di tenda pengungsian, dan ada juga yang menumpang ke rumah keluarga.
"Konsumsi kami aman alhamdulillah, karena sering datang bantuan dari Pemkab mau pun orang dermawan. Jadi saya ucapkan terima kasih atas perhatian," ujarnya.
"Sekarang masih ada yang dipengungsian. Tapi beberapa diantaranya ada yang menumpang di rumah keluarganya," lanjut Wahab.
Mendengar warganya akan direlokasi ke tempat yang lebih aman, Wahab pun mendukung rencana tersebut, khususnya warga yang rumahnya terdampak kerusakan parah. Namun, kata dia, beberapa warga yang rumahnya tidak berdampak menolak untuk direlokasi. Alasannya, warga sudah menempati desa itu selama puluhan tahun.
"Kalau warga yang rumahnya terdampak mungkin bisa direlokasi, karena memang berbahaya kalau tinggal di sana. Tapi kalau warga yang tidak terdampak itu memilih tetap di sini. Ya karena mereka kan di desa ini sudah lama," tandasnya.
(asm/asm)