Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel) dikenal memiliki Masjid Agung Ummul Quraa. Masjid yang didirikan pada zaman presiden Soekarno ini ternyata dirancang oleh seorang arsitek Kristen Protestan Friedrich Silaban, yang juga perancang Masjid Istiqlal.
Masjid Agung Ummul Quraa terletak di pusat kota Sengkang, Kecamatan Tempe dan lokasinya persis berhadapan dengan Lapangan Merdeka Sengkang. Masjid ini setiap harinya dipadati pengunjung dan jemaah, tidak hanya di bulan Ramadan saja namun bahkan pada hari-hari biasa.
Masjid ini memiliki 50 lebih tiang penyangga dengan warna dominan putih bersih yang dipadukan warna emas di setiap sudut masjid. Kemudian adapula warna coklat hitam yang sedikit mencolok pada ukiran kaligrafi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara kubah masjid berwarna kuning emas yang sangat mencolok. Kemegahan masjid akan sangat terasa saat menghadap ke dinding arah kiblat yang dipenuhi tulisan Asmaul Husna dengan warna kuning keemasan.
![]() |
Sejarah Pembangunan Masjid Agung Ummul Quraa
Seksi Pembangunan Masjid Agung Ummul Quraa Karyaman mengatakan, masjid awalnya didesain pada 1955 oleh Friedrich Silaban, arsitek yang dikenal dekat dengan Presiden Soekarno. Pembangunan masjid ini kemudian tuntas pada tahun 1965.
"Rampung desainnya pada tanggal 12 Desember 1955 diletakkan batu pertamanya oleh Bapak Presiden Soekarno, waktu itu bapak presiden menyumbang 1.000 ribu zak semen. Pembangunan masjid itu pada tahun 1965 rampung dan diresmikan oleh Wakil Presiden Moh Hatta," katanya kepada detikSulsel Sabtu (9/4/2022).
![]() |
Karyaman mengatakan, Masjid Agung Ummul Quraa tidak pernah mengalami perombakan signifikan. Masjid ini tidak pernah diubah dan hanya dipercantik pada tiangnya saja.
"Tidak ada diubah bentuk masjid. Sudah beberapa kali diadakan renovasi intinya tidak diubah. Interiornya dipercantik, dinding masjid kiri kanan dari kuningan dan kayu jati, dan landasannya beton ringan. Tiangnya juga dibungkus kuningan," tambahnya.
Walau didesain bukan orang Islam, Friedrich Silaban selaku arsitek masjid tetap mengadopsi kearifan lokal. Ya, bangunan masjid ini bernuansa Bugis. Masjid ini memiliki tempat duduk, orang Bugis menyebutnya lego-legonya atau terasnya, lalu kalau masuk di dalam pilarnya di atas.
"Itu ciri khas rumah Bugis yang selalu dipertahankan. Pernah menjadi masjid terbesar di Indonesia Timur," bebernya.
Menurut Karyaman, pembangunan masjid Agung yang memiliki luas lahan sekitar 100x59 meter dan bangunan 84x40 meter ini diwarnai kepentingan politik di dalamnya. Soekarno disebut tak ingin dicap komunis di tengah pemberontakan Abdul Qahhar Mudzakkar di Sulsel.
"Itulah sejarahnya masjid ini dibangun langsung dari Bung Karno. Dan diberi nama Masjid Raya Sengkang dan besar di Indonesia Timur supaya meminimalisir isu paham komunis terhadap dirinya," jelas Karyaman.
![]() |
Seiring berjalannya waktu, nama Masjid Raya Sengkang berganti menjadi Masjid Agung Ummul Quraa. Terlebih saat terbitnya Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 394 tahun 2004 yang mengatur tentang tipologi masjid.
Karena berkedudukan di kabupaten makanya diganti Masjid Agung. Sementara masjid raya adalah masjid yang ditetapkan pemerintah tingkat provinsi dan masjid negara yaitu masjid yang berkedudukan di ibukota negara.
![]() |
![]() |
Kini, masjid yang didominasi warna putih ini telah berusia 66 tahun sejak mulai dibangun. Selama itu, masjid Agung Ummul Quraa telah mengalami renovasi sebanyak empat kali.
Renovasi pembangunan Masjid Ummul Quraa Sengkang yang dimotori Pemkab Wajo ini tidak berbeda jauh dari bentuk awalnya. Perbedaan renovasinya hanya terlihat penempatan menara masjid. Menara yang dulu berdiri tegak di area Lapangan Merdeka Sengkang kini dengan renovasi yang baru dipindahkan masuk ke area masjid.
(hmw/tau)