Sebuah masjid di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) menyita perhatian karena sejarahnya yang dibangun dengan putih telur dan tanpa kerangka besi. Masjid dengan nama Al-Muhajirin ini sempat diragukan oleh arsitek Jepang.
Masjid Al-Muhajirin terletak di Desa Ujung Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. Masjid ini dinilai unik karena tidak memiliki kerangka besi namun memiliki kubah hingga 25 buah.
Imam Masjid Al-Muhajirin, Habib Yusuf bin Abdullah menjelaskan masjid dibangun sekitar tahun 1955 oleh Habib Hasan bin Alwy Sahil. Habib Hasan merupakan ulama keturunan Arab yang kebetulan berdagang dan menyebarkan agama Islam di Tanah Mandar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di situ ada sumur tua di dalam kompleks masjid tertulis tahun 1955. Nah, kalau menurut saya sekitar tahun itulah masjid itu dibangun juga," ungkap Habib Yusuf saat ditemui detikSulsel, Kamis (7/4/20220.
Habib Yusuf mengatakan, kedatangan Habib Hasan ke Desa Ujung Lero karena kampung Ujung Lero menjadi tempat bagi banyak warga untuk berlindung dari para penjajah. Sementara sang ulama Arab datang untuk mengajarkan Islam lebih mendalam kepada masyarakat desa.
"Nah, kebetulan Habib Hasan ini katakanlah arsitektur. Dia sampaikan ke masyarakat dia mau bangun masjid. Maka dibantulah dia membangun bersama masyarakat sekitar sini," jelasnya.
Ukuran masjid Al-Muhajirin saat ini sekitar 50 x 40 meter di atas lahan 1 hektare dan masjid ini mampu menampung hingga 1.500 jemaah. Masjid ini diyakini sebelumnya memiliki ukuran yang lebih kecil namun direnovasi sebanyak dua kali sehingga seperti sekarang.
"Awal dibangun masjid ini berukuran kecil, setelah direnovasi sekarang masjid ini bisa menampung hingga 1.500 jemaah," bebernya.
![]() |
Masjid Al Muhajirin Pinrang Punya 25 Kubah
Masjid Al-Muhajirin secara arsitektur menyerupai Masjid Nabawi di Madinah. Jika dilihat dari luar, tampilannya yang paling menonjol memiliki 25 kubah masjid pada bagian atap yang berdiri kokoh sejak dibangun hingga sekarang.
"25 kubah ini melambangkan 25 nabi dan rasul. Secara makna bahwa masjid ini bagian dari upaya untuk mempertahankan Islam dan melanjutkan semangat para nabi dan rasul," jelasnya.
Keahlian untuk mendirikan masjid Habib Hasan menurut Habib Yusuf diperoleh karena semasa kecil pernah menetap dan tinggal di Mekkah. Saat itulah ia melihat bangunan masjid dan belajar terkait masjid juga.
"Jadi dia semacam punya ilmu sebab studi banding di Mekkah. Maka diterapkanlah ilmu agama dan ilmunya membangun masjid dengan membangun masjid Al-Muhajirin ini," katanya.
![]() |
Memakai Putih Telur dan Tanpa Besi
Keunikan dari proses pembangunan masjid ini karena dibangun tanpa menggunakan besi. Habib Yusuf menilai hal itu memungkinkan karena cara membangun yang tepat, dan material yang dipakai yakni batu karang yang dibakar ditambah batu bata, putih telur, dan sedikit campuran semen.
"Ini dibangun tanpa kerangka besi. Kuncinya dari bahan material dan cara mencampur yang tepat sebenarnya," jelasnya.
Selain itu, kuatnya bangunan masjid tanpa besi diyakini karena dibuat dalam keadaan suci. Jika ada bahan bangunan yang tersentuh anjing, maka langsung diganti saat itu juga.
"Malaikat kan itu bersih dan anjing itu mengandung najis. Jadi sehingga malaikat menjaga masjid supaya kokoh harus dipastikan tidak ada satupun bahan bangunan tersentuh atau dijilat anjing saat hendak dibangun," imbuhnya.
Proses lain yang diyakini membuat kubah masjid kokoh sebab memakai campuran Alquran bekas yang sudah tidak terpakai. Dari campuran inilah dioleskan ke kubah masjid.
"Mengapa kubah, sebab itu posisi tertinggi. Sehingga Alquran tetap bisa suci tak tersentuh kotoran," jelasnya.
![]() |
Arsitek Jepang Ragukan Masjid Al-Muhajirin
Pengurus Masjid Al-Muhajirin, Ustad Abdul Rahman menambahkan berdasarkan informasi sempat ia dengar, pernah suatu ketika ada arsitek Jepang berkunjung ke Masjid Al-Muhajirin.
Arsitek Jepang disebut penasaran sebab masjid ini dibangun tanpa menggunakan besi dan hanya menggunakan sedikit semen. Sang arsitek disebut ragu dan memprediksi bangunan masjid tidak akan bertahan lama.
"Namun buktinya sampai sekarang masih terus digunakan. Bangunan masjid masih sangat kokoh berdiri dan semoga begitu seterusnya," jelasnya.
Keunikan masjid ini selanjutnya masih terkait daya tahan. Sekitar tahun 1990-an terjadi gempa dahsyat di Pinrang sehingga banyak rumah dan bangunan yang hancur.
![]() |
Masjid Al-Muhajirin sempat terlihat ada retakan di satu bagian tembok. Namun tak lama berselang setelah dicek kembali retakan tersebut sudah hilang dan menyatu kembali.
"Itu dipercaya juga masyarakat di sini bahwa ini lah semacam kelebihan atau berkahnya dari masjid ini. Kalau dipikir secara logika tidak mungkin tetapi karena dasarnya masjid dibangun ulama dan semua bahan bangunan suci, maka bertahan hingga kini," jelasnya.
(hmw/nvl)