Jalan Amblas-Terputus di Desa Kampale Sidrap, BBWS Bakal Buat Tanggul Darurat

Jalan Amblas-Terputus di Desa Kampale Sidrap, BBWS Bakal Buat Tanggul Darurat

Muhclis Abduh - detikSulsel
Minggu, 03 Apr 2022 15:57 WIB
Akses jalan menuju Desa Kampale, Kecamatan Dua Pitue, Sidrap terputus akibat tanah amblas. Warga desa setempat terisolir.
Foto: Akses jalan rusak di Desa Kampale, Kecamatan Dua Pitue, Sidrap. (Muhclis Abdu/detikSulsel)
Sidrap -

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang bakal membangun tanggul darurat di jalan longsor di Desa Kampale, Kecamatan Dua Pitue, Sidrap, Sulawesi Selatan (Sidrap). Akses jalan di wilayah tersebut sebelumnya terputus akibat tanah amblas sehingga menjadikan warga terisolir.

"Pihak BBWS Pompengan Jeneberang sudah berkunjung ke Desa Kampale melihat tanah di sekitar sungai yang amblas. Dari pihak BBWS Pompengan sampaikan dalam waktu dekat akan melakukan penanganan sifatnya tanggap darurat dulu," ungkap Kepala Dinas (Kadis) Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Kabupaten Sidrap, Imran Abidin kepada detikSulsel, Minggu (3/4/2022).

Dia memaparkan, di lokasi itu sebelumnya sudah ada tanggul namun ikut amblas, seiring turunnya permukaan tanah di ruas jalan itu kurang lebih 80 meter. Makanya mesti dibuatkan tanggul darurat lain demi mencegah bahu jalan agar tidak semakin longsor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini kita minta agar kalau bisa ditutup dulu dibuatkan tanggul darurat dulu di lokasi. Sebab jika hujan deras dan banjir maka airnya akan masuk ke pemukiman dan irigasi teknis," bebernya.

Hanya saja pembangunan tanggul darurat tersebut berdampak pada lahan warga. Makanya Imran berharap masyarakat di Desa Kampale berkenan membebaskan tanahnya untuk pembuatan tanggul.

ADVERTISEMENT

"Kami sampaikan ke Pak Desa apakah halaman rumah dari empat rumah disitu mereka bersedia ditimbun untuk akses penanggulangan tanggul," tambahnya.

Bahkan pembangunan tanggul itu disebut bisa menjadi akses jalur alternatif warga. Sembari menanti perbaikan jalan amblas di wilayah itu.

"Di samping digunakan untuk akses jalan roda dua. Diperlukan jalan alternatif di pemukiman masyarakat," tutur Imran.

Namun BBWS Pompengan Jeneberang belum memberikan kejelasan waktu pengerjaan tanggul. Kedua sisi jalan tersebut masih ditutup sementara.

"Balai upayakan melalui program tanggap darurat. Mudah-mudahan sudah bisa ditangani dalam waktu yang tidak lama," ungkapnya.

Sementara untuk jalur alternatif lainnya, Imran berdalih itu menjadi kewenangan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Sirdap. Di samping juga bertugas memperbaiki akses masyarakat pasca-rusaknya jalan beton di Desa Kampale.

"Kalau jalan, itu ranah PUPR, bukan kami," jelas Imran.

Dinas PUPR Sidrap baru merencanakan jalur alternatif gegara jalan di Kecamatan Dua Pitue amblas. Staf lapangan dikatakan sudah diturunkan ke lokasi.

"Iya, itu sementara anggota cek. Itu jalan beton rusak dan sulit mi ditimbun karena tanah amblas di situ. Makanya kita pikirkan buat jalan alternatif," ungkap Kepala Dinas PUPR Sidrap, Abdul Rasyid kepada detikSulsel, Rabu (30/3).

Ia mengaku sementara menugaskan anggota untuk meninjau jalan alternatif. Laporan sementara ada jalan alternatif menuju desa, namun tidak mulus untuk dilalui kendaraan.

"Ada jalur di situ bisa kita jadikan jalan alternatif. Saya belum dapat datanya berapa panjang jalan dan lebar jalan tersebut, tetapi itu semacam jalan tani," jelas dia.

Jalan Beton Terbelah Bikin Warga Terisolir

Sebelumnya, sebuah akses jalan menuju Desa Kampale, Kecamatan Dua Pitue, Kabupaten Sidrap, Sulsel terputus akibat tanah amblas. Akibatnya warga desa setempat menjadi terisolir.

"Terbelah itu jalan beton, Pak. Tidak bisa mi lewat motor dan mobil," ungkap Meylis, warga Desa Kampale kepada detikSulsel Jumat (25/3).

Tanah Desa Kampale itu mulai amblas pada Kamis (24/3) malam. Kemudian pada Jumat (25/3) pagi jalan beton yang menghubungkan desa itu ke desa lainnya retak dan terbelah.

"Warga terisolir. Ada ji jalan tapi jauh sekali memutar," ungkap Meylis.

Disebutkan ada 4 titik jalan yang betonnya retak dengan jarak masing-masing sekitar 100 meter. Kondisi ini terjadi karena jarak jalan hanya sekitar 10 meter dari sungai yang tanahnya amblas.

"Jalan masuk ke Desa Kampale ditutup warga karena bisa membahayakan warga. Jadi kalau keluar masuk desa harus jalan kaki," sebut Meylis.




(sar/asm)

Hide Ads