Akses Jalan Amblas-Terputus, Warga Desa Kampale Sidrap Terisolir

Akses Jalan Amblas-Terputus, Warga Desa Kampale Sidrap Terisolir

Muhclis Abduh - detikSulsel
Jumat, 25 Mar 2022 18:14 WIB
Akses jalan menuju Desa Kampale, Kecamatan Dua Pitue, Sidrap terputus akibat tanah amblas. Warga desa setempat terisolir.
Akses jalan menuju Desa Kampale, Kecamatan Dua Pitue, Sidrap terputus akibat tanah amblas. Warga desa setempat terisolir. Foto: (Muhclis Abdu/detikSulsel)
Sidenreng Rappang -

Sebuah akses jalan menuju Desa Kampale, Kecamatan Dua Pitue, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan (Sulsel) terputus akibat tanah amblas. Akibatnya warga desa setempat menjadi terisolir.

"Terbelah itu jalan beton, Pak. Tidak bisa mi lewat motor dan mobil," ungkap Meylis, warga Desa Kampale kepada detikSulsel Jumat (25/3/2022).

Tanah Desa Kampale itu mulai amblas pada Kamis (24/3) malam. Kemudian pada Jumat (25/3) pagi jalan beton yang menghubungkan desa itu ke desa lainnya retak dan terbelah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Warga terisolir. Ada ji jalan tapi jauh sekali memutar," ungkap Meylis.

Disebutkan ada 4 titik jalan yang betonnya retak dengan jarak masing-masing sekitar 100 meter. Kondisi ini terjadi karena jarak jalan hanya sekitar 10 meter dari sungai yang tanahnya amblas.

ADVERTISEMENT

"Jalan masuk ke Desa Kampele ditutup warga karena bisa membayakan warga. Jadi kalau keluar masuk desa harus jalan kaki," sebut Meylis.

Sementara itu, Camat Dua Pitue Andi Semmang mengaku sudah berkomunikasi dengan Pemkab Sidrap terkait kondisi Desa Kampale tersebut. Pihaknya meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang membuat tanggul di sekitar sungai Desa Kampale.

"Kami diskusi dengan warga dan kami menyurat ke Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang agar ada tiang pancang atau semacam tanggul dibuatkan di bantaran sungai," ungkapnya.

Semmang mengaku kondisi di sekitar bantaran sungai membahayakan warga. Tanahnya sering ambles apalagi jika sudah turun hujan deras.

"Di situ pemukiman. Ada sekitar 10 rumah dekat bantaran sungai. Jadi rawan sekali. Kalau bukan sisi kiri, ya sisi kanan sungai yang terjadi amblas," jelasnya.

Semmang mengatakan, pihaknya kesulitan meminta warga pindah tempat tinggal karena hanya memiliki tanah di sekitar bantaran sungai. Jika ingin pindah tempat tinggal maka warga harus membeli tanah baru untuk membangun rumah.

"Kita juga bingung kalau dipindahkan sebab mereka tak punya lahan," urainya.

Semmang menegaskan bencana tanah amblas memang sudah sering terjadi sejak 2016 lalu. Kondisi serupa terulang pada 2019 dan semakin membesar pada 14 Maret 2022.

"Laporan terakhir jalan beton yang memang dekat dari sungai itu retak dan terbelah," imbuhnya.




(asm/hmw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads