Ramai di media sosial kisah seorang warga Serpong, Tangerang Selatan, yang rumahnya disebut nyaris tertimbun sampah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang. detikcom menelusuri langsung lokasi dan menemui warga yang bersangkutan.
Rumah itu berada di Curug, RT 006 RW 004, Serpong, Tangerang Selatan. Begitu memasuki kawasan Jalan Raya Serpong dekat Bintan Indah, bau sampah langsung terasa menusuk. Semakin dekat dengan area TPA Cipeucang, aroma menyengat semakin tak tertahankan.
Pria bernama Agus (50) keluar dari rumahnya dengan mengenakan masker. Rumahnya memang tidak berada di dalam kawasan TPA, namun gunungan sampah yang makin membesar kini sudah merambat hingga ke sebagian tanah miliknya.
Jarak antara batas tanah milik Agus dengan tumpukan sampah dulunya sekitar 4-5 meter. Kini jarak itu nyaris hilang. Gunungan sampah yang mengular bahkan telah melampaui tinggi rumahnya yang hanya satu lantai.
Agus mengaku hidup dalam kecemasan setiap hari. Ia sulit fokus bekerja dan lebih memilih menjaga rumah serta mengurus ternaknya.
Tumpukan sampah itu bukan hanya membuat bau tak sedap. Sesekali terjadi longsoran sampah, terutama ketika hujan deras mengguyur lebih dari satu jam. Pada Jumat (5/12), banjir bahkan sempat merendam rumah warga setinggi betis.
Beberapa pohon yang menjadi batas tanah Agus-mulai dari pohon sukun hingga rambutan-kini sudah tertutup sampah. Patok tanah pun nyaris tak terlihat.
"Yang saya takut itu, ini sudah dekat rumah. Nanti malam (sampah) juga akan rapat lagi ini (ke dekat rumahnya)," katanya saat ditemui detikcom, Rabu (10/12/2025).
Agus sendiri sudah tinggal di rumah itu sejak lahir. Dahulu, lingkungannya masih asri, air sumur bisa langsung diminum, dan kawasan tersebut nyaman untuk ditinggali.
"Bukan dari lahir lagi, sebelum ada TPA juga sudah di sini nenek moyang punya tanah itu," ujarnya mengenang.
TPA Cipeucang sendiri telah beroperasi lebih dari 10 tahun. Awalnya, sampah tak sebanyak ini, namun seiring waktu, volume sampah meningkat drastis karena menampung kiriman dari berbagai wilayah.
Tak hanya soal bau, Agus kini kesulitan mengakses air bersih. Sumurnya tercemar air lindi atau cairan limbah berbahaya dari tumpukan sampah. Selama empat tahun terakhir, Agus harus mengandalkan air isi ulang untuk kebutuhan mandi, mencuci, kakus, dan minum. Baru lima bulan belakangan, ia mendapatkan bantuan air bersih dari Dinas Lingkungan Hidup Tangerang Selatan.
Ia mengaku sudah berulang kali melaporkan keluhan tersebut ke pemerintah daerah. Namun tindak lanjutnya tak kunjung cepat.
Bau menyengat itu bahkan mulai mengganggu kesehatannya. "Sekarang saya mah ini, suka sesak, agak engap," tuturnya.
Pemkot disebut memberi kompensasi Rp 250 ribu per kepala keluarga setiap tahunnya. Namun bagi Agus, nominal itu tidak sebanding dengan risiko kesehatan dan kenyamanan yang hilang.
"Kita merasa keberatannya lagi di situ. Yang jauh disamaratakan dapatnya segitu," katanya.
Warga Demo, Tuntut TPA Ditutup
Sejumlah warga RT 006 RW 004 dan Kademangan sempat menggelar demonstrasi di depan kantor UPTD Cipeucang. Mereka menuntut TPA Cipeucang ditutup mulai Senin (8/12) serta meminta:
- Penutupan TPA Cipeucang.
- Normalisasi saluran air.
- Perapihan sampah di rumah warga terdampak.
- Alat berat siaga untuk pembersihan.
- Penanganan lindi dan bau sampah.
- Kompensasi dan penanganan dampak kesehatan.
Menurut Agus, setelah aksi itu pembuangan sampah ke TPA Cipeucang sudah dihentikan.
detikcom juga berupaya mengonfirmasi persoalan ini kepada Kepala UPTD Cipeucang. Namun hingga kunjungan terakhir, yang bersangkutan belum bisa ditemui karena memiliki agenda lain.
(das/das)