Ada banyak kota yang menyimpan sejarah panjang, salah satunya adalah Kayakoy. Kota kecil yang terletak di wilayah Fethiye, Provinsi Mugla, Turki, ini dulunya dihuni oleh ribuan jiwa. Sayangnya, kota tersebut kini telah mati karena ditinggal penduduknya.
Dilansir CNN, Kamis (20/11/2025), Kayakoy sama halnya seperti kota-kota besar lainnya di Turki, yakni ada banyak rumah penduduk, sejumlah sekolah besar, dan dua gereja kuno bernama Gereja Panayia Pirgiotissa dan Gereja Agios Konstantinos.
Keberadaan dua gereja besar itu menandakan Kayakoy dulunya dihuni sekitar 10.000 umat kristen ortodoks Yunani. Mereka hidup berdampingan dengan para petani muslim Turki di kota tersebut.
Kayakoy telah berganti nama beberapa kali. Awalnya kota ini dinamakan Karmylassos pada era kuno. Memasuki era Ottoman, kota ini berubah nama menjadi Livissi, hingga akhirnya ditetapkan sebagai Kayakoy sampai sekarang.
Kayakoy diketahui telah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Kota ini menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan karena berada di tengah lembah. Dari atas bukit, warga bisa menikmati udara segar dan hijaunya pepohonan, serta menikmati pemandangan Laut Aegea yang memukau.
Jalanan di kota ini terbilang sempit dan masih menggunakan material bebatuan. Ada banyak gang-gang berkelok di antara rumah warga, serta air mancur yang dibangun di alun-alun Kayakoy.
Keindahan Kayakoy yang Luntur gegara Perang
Semula penduduk Kayakoy hidup dengan damai dan saling berdampingan antara umat muslim dan kristen ortodoks. Namun, kedamaian itu perlahan mulai luntur gara-gara perang.
Kedamaian warga Kayakoy mulai sirna akibat perang Yunani-Turki pada 1922. Pasca perang, kedua negara sepakat untuk saling melakukan pertukaran penduduk.
Bagi Kayaköy, kebijakan itu menandakan pertukaran penduduk secara paksa. Warga muslim Turki yang tinggal di Kavala (kini merupakan wilayah Makedonia dan Trakia di Yunani) kembali ke Turki. Begitupun sebaliknya, warga kristen ortodoks di Turki turut dipulangkan ke Yunani.
Sayangnya, para pendatang muslim dari Yunani dikabarkan kurang bahagia dengan rumah baru mereka di Kayakoy. Usut punya usut, mereka tidak suka dengan dinding rumah yang dicat biru.
Konon, dinding eksterior rumah sengaja dicat biru untuk mengusir kalajengking dan ular. Sayangnya, warna cat itu justru tidak nyaman dipandang oleh para pendatang sehingga mereka memutuskan untuk pergi dari Kayaköy.
Jane Akatay, seorang penulis buku "A Guide to Kayaköy" mengatakan alasan utama kota ini jadi mati dan tidak berpenghuni karena masih ada kesedihan mendalam akibat konflik pada 1920-an.
Dihantam Bencana Alam, Kayakoy Jadi Kota Mati
Kayakoy perlahan menjadi kota mati setelah beberapa kali dilanda bencana alam. Kota ini telah dihantam beberapa kali gempa bumi dan badai sehingga menghancurkan banyak rumah.
Bencana alam paling parah terjadi pada 1957. Gempa bumi bermagnitudo 7,1 menghantam Turki telah menghancurkan banyak bangunan, salah satunya di kota Kayakoy.
Hampir seluruh bangunan di Kayakoy seperti rumah, gereja, hingga sekolah rusak parah akibat gempa bumi. Bahkan, ada beberapa bangunan yang rata dengan tanah.
Pasca gempa bumi, seluruh penduduk Kayakoy mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sejak saat itu, kota ini tak pernah dikunjungi lagi karena banyak bangunan yang mengalami rusak parah.
Kini, nama Kayakoy hanya tinggal kenangan. Sisa-sisa bangunannya yang masih berdiri menjadi pertanda kalau dahulu ada kehidupan yang damai, sebelum konflik penduduk dan bencana alam membuat Kayakoy menjadi kota mati.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(ilf/das)