Sudah jadi rahasia umum jika lantai di Masjidil Haram tetap dingin meski suhu di Arab Saudi cukup panas. Para jamaah pun bisa aman berjalan tanpa alas kaki di atasnya. Ternyata lantai tersebut dilapisi oleh material yang spesial, yakni marmer dari Yunani yang punya daya serap panas rendah.
Dilansir Arab News, marmer spesial tersebut berasal dari Thassos, sebuah pulau di Yunani timur dekat Kavala di Laut Aegea. Jenis marmer ini berbeda dengan jenis lainnya yang biasa dipakai di rumah. Harganya pun cukup mahal sehingga tidak sembarangan bangunan bisa menggunakan marmer Thassos.
Bahkan pihak Arab Saudi pada saat itu tidak mudah untuk mendapatkannya. Dilansir dari Nigerian Tracker, pihak Masjidil Haram pada saat itu kebetulan sedang mencari material lantai yang tidak menyerap panas sehingga saat jamaah mengelilingi Ka'bah tidak perlu khawatir kaki panas atau terasa terbakar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, arsitek Muhammad Kamal Ismail yang pada saat itu bertanggung jawab atas pembangunan di Masjidil Haram, menyarankan untuk memakai marmer tersebut. Sayangnya, tidak mudah membeli produk tersebut. Kamal Ismail mengatakan mengetahui di mana marmer tersebut dijual dan berinisiatif datang langsung ke daerah pegunungan kecil di Yunani.
Perjalanannya tidak sia-sia, dia berhasil membeli sebanyak yang dibutuhkan. Kemudian, marmer tersebut langsung dipasang di dalam Masjidil Haram.
Selang 15 tahun, pemerintah Arab Saudi menghubungi Kemal Ismail untuk memasang marmer yang sama di Masjid Nabawi. Ia pun kembali terbang ke Yunani untuk membeli marmer yang sama. Namun, marmer itu sudah habis dan tidak ada lagi stoknya.
Kebetulan Kamal Ismail bertemu dengan sekretaris kantor itu. Ia kembali bertanya apakah marmer yang dicarinya benar-benar habis. Sekretaris mengonfirmasi bahwa benar tidak ada lagi stok produk marmer yang sama.
Kamal Ismail yang tidak menyerah kemudian menanyakan siapa orang terakhir yang membeli marmer tersebut. Sayangnya, sekretaris itu tidak mengingat sama sekali, tetapi ia berjanji akan mencoba mencari datanya dulu. Kamal Ismail kemudian meninggalkan alamat dan nomor hotelnya jika sekretaris sudah menemukan petunjuk orang terakhir yang membelinya.
Pada saat perjalanan ke hotelnya, Kamal Ismail heran kenapa dia penasaran sekali untuk mengetahui siapa pembelinya. Sementara yang dia butuhkan adalah stok lantai marmer. Sudah pasti produk tersebut sudah digunakan oleh pembelinya.
Keesokan harinya, beberapa jam sebelum berangkat ke bandara, sang sekretaris menghubunginya dan mendapatkan informasi soal pembeli terakhir lantai marmer tersebut. Ia terkejut ketika melihat alamat pembeli marmer itu ternyata berada di Arab Saudi.
Kamal Ismail bergegas kembali ke Arab Saudi dan langsung mengunjungi perusahaan itu. Ia kemudian bertemu dengan direktur perusahaan. Kamal Ismail menanyakan keberadaan marmer dari Yunani tersebut. Direktur pada awalnya mengaku tidak ingat. Ia pun mengonfirmasi ke staf ruang stok perusahaan. Ternyata marmer yang dicari ada di gudang, tidak digunakan, dan dalam kondisi bagus. Jumlahnya cukup untuk dipakai di Masjid Nabawi.
Seketika Kamal Ismail menangis dan menceritakan tujuannya mencari marmer tersebut hingga bisa bertemu dengan direktur perusahaan tersebut. Direktur tersebut bersedia melepas marmer-marmer tersebut. Saat Kamal Ismail menyodorkan cek kosong untuk pembayaran marmer, direktur tersebut menolak. Ia memberikan sisa persediaan marmer dari Yunani secara gratis.
(aqi/zlf)











































