×
Ad

Rusun Subsidi Mau Diperluas Jadi 45 Meter, Berapa Kisaran Harganya?

Sekar Aqillah Indraswari - detikProperti
Kamis, 16 Okt 2025 18:45 WIB
Ilustrasi rusun. Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Angin segar untuk sektor perumahan vertikal, pemerintah berencana memperluas rumah susun subsidi menjadi 45 meter persegi. Sebelumnya luasan maksimalnya adalah 36 meter persegi.

Wacana ini dibahas ketika Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait (Ara) bertemu dengan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa pada Selasa (14/10/2025).

Menurut Purbaya rumah tipe 36 dengan 2 kamar kurang luas. Dengan adanya perluasan ke 45 meter persegi hunian tersebut terlihat manusiawi dan nyaman. Purbaya mengatakan kemungkinan rumah tersebut ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan tanggung (MBT) karena biaya pembangunan rumah yang besar.

Lantas, kira-kira berapa kisaran harga rumah susun subsidi tersebut?

Menurut Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Joko Suranto harga pembangunan rusun vertikal saat ini berkisar Rp 10-12 juta per meternya. Dengan patokan harga tersebut, rumah ukuran 45 meter persegi diperkirakan sekitar Rp 400-500 jutaan.

"Jadi kalau menengah itu kan minimalnya di atas 3 kali dari harga subsidi FLPP-nya kan begitu. Jadi kalau angka Rp 400-500 (jutaan) kan sudah mendekati itu sehingga masyarakat yang berpenghasilan menengah ini merasa nyaman dengan sebutan itu. Kadang-kadang mereka sudah punya pendapatan tetapi memang nggak bisa ke atas, nggak bisa ke bawah, otomatis kan butuh intervensi pemerintah," ujar Joko saat dihubungi detikcom, pada Kamis (16/10/2025).

Penghasilan masyarakat yang bisa menjangkau harga rumah Rp 400-500 jutaan adalah kelas menengah, sekitar Rp 10-20 juta per bulan.

Senada dengan Joko, pengamat properti sekaligus CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan harga rumah susun subsidi diprediksi sekitar Rp 500 jutaan. Masyarakat dengan penghasilan Rp 10-15 juta per bulan dirasa dapat membeli rusun tersebut.

"Minimal Rp 500 jutaan dan penghasilan harusnya minimal Rp 10-15 juta per bulan. Bisa juga join income," kata Ali.

Pengamat perkotaan Yayat Supriatna juga berpendapat serupa. Ia mengatakan kemungkinan rusun subsidi tipe 45 harganya sekitar Rp 450-500 jutaan.

"Kalau harga di Jakarta, satuan luas lantai berkisar antara Rp 11-12 juta per meter. Jadi kalau 45 meter persegi, kisarannya bisa lebih dari Rp 450 juta, atau kisaran Rp 500 juta," terang Yayat.

Rusun subsidi ini bisa ditujukan untuk Gen Z dan kaum milenial perkotaan yang penghasilannya sekitar Rp 15 juta per bulan.

"Kalau mau jualan yang 45 meter, sekali lagi segmen pasarnya adalah kemungkinan Gen Z atau milenial yang punya income di atas Rp 15 juta, sendiri atau berdua. Kalau liat karakteristik usia, maka ini paling cocok untuk pasangan muda, sekitar umur 30-an ke atas, punya income tetap dan memiliki karakter hidup gaya urban," ucapnya.

Sebelumnya diberitakan, pemerintah berencana memperluas ukuran rumah subsidi vertikal menjadi 45 meter persegi. Bahasan ini bermula dari batas maksimal rumah subsidi 36 meter persegi yang dinilai kurang luas. Bahasan ini terjadi saat Purbaya berkunjung ke kantor Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) di Wisma Mandiri, Jakarta.

"Ya rumahnya tadi (tipe) 36, apartemen kan kecil kalau (tipe) 36, saya pikir buat aja lebih besar, yang lebih manusiawi (tipe) 45. Jadi orang tinggal di situ cukup comfortable," usul Purbaya kepada Ara, pada Selasa (14/10/2025).

Menanggapi hal ini, Ara menyetujui usulan tersebut. Ia menyebut rumah susun tipe 45 jauh lebih manusiawi. Namun, rencana ini perlu dibahas lebih lanjut.

"Beliau tadi bagus sekali memikirkan (perluasan ukuran rumah) untuk manusiawi. Jadi terutama tanah-tanah yang dimiliki oleh negara, dalam kekuasaan Dirjen Kekayaan Negara, di bawah Departemen Keuangan, kita akan segera memanfaatkan," timpal Ara.

Purbaya berharap dapat mempercepat pengadaan program tersebut. Nantinya, rumah tersebut rencananya bukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), melainkan masyarakat berpenghasilan tanggung (MBT).

"Kalau agak besar kan harganya juga tinggi. Jadi bukan yang MBR saja, agak tengah sedikit, di atasnya MBR sedikit mungkin. Agak (ekonomi) menengah ya. Menengah tanggung. Karena kan ada segmen yang kosong tuh yang nggak terlayani dengan baik," jelas Purbaya.




(aqi/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork