Kasus terduga penipuan kontrakan terjadi di kawasan Kampung Pulo Gede RT 04/11, Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi. Hingga saat ini total ada 62 korban dengan total kerugian ditaksir mencapai Rp 7,2 miliar.
Seluruh korban memburu sosok Karsih (48) yang disebut-sebut sebagai pemilik kontrakan tersebut. Namun, sejak akhir Juni 2025, Karsih sudah pergi dari rumahnya yang berada di salah satu unit yang ia jual. Diduga ia kabur bersama putrinya.
Ketua RW 011 Vikri mengatakan Karsih tidak dapat dihubungi sejak Senin (30/6/2025). Diperkirakan Karsih pergi dari rumah pada malam harinya. Sebab, pada pagi harinya ia masih sempat datang ke rumah Vikri untuk meminta tolong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kaburnya kan malam tuh tanggal 30. Itu pagi dia di sini (ke rumah RW). Dia penting banget tuh dateng karena kakaknya tuh bilangnya, 'hari Senin gua bongkar (kontrakan)'. Nah itu kan hari Senin tuh tanggal 30 Juni. Nah pas ini pagi-pagi. Subuh-subuh ini udah di sini. Ada jam enam, setengah enam udah duduk di sini. Mau ngomong sama saya. 'Abang gua nih bongkar kontrakan, Bang, hari ini katanya mau dibongkar'," ujar Vikri saat ditemui detikcom di kediamannya, Selasa (15/7/2025).
Keponakan Karsih, Rifqi, mengatakan kontrakan yang dihancurkan oleh kakak Karsih dilakukan pada 1 Juli 2025. Pada saat itu, alasannya ingin dibangun kembali. Ia mengaku setelah Karsih menghilang, ia tidak dapat dihubungi dan tidak ada yang tahu ke mana tujuannya pergi.
Kontrakan yang dijual oleh Karsih tersebut berjumlah 6 unit. Semua kontrakan yang berdiri di atas tanah 250 meter persegi merupakan warisan dari orang tua mereka, tetapi kepemilikannya belum dipecah. Sertifikat dipegang oleh kakak Karsih. Sementara, Karsih tinggal di 2 unit kontrakan dan 2 kontakan lainnya ditempati oleh keluarga Rifqi.
Korban Serbu Kontrakan Karsih
Menghilangnya Karsih mengungkap permainan kotor dia dengan Yurike atau Rike Herlanda, makelar yang membantu Karsih mendapat calon pembeli.
Pembeli yang sudah lama mendambakan bisa menempati kontrakan tersebut harus gigit jari ketika melihat dua kontrakan yang dibelinya sudah hancur tak berbentuk.
Puncak kemarahan warga tidak dapat ditampung lagi, mereka memutuskan untuk berkumpul di lokasi kontrakan tersebut pada Senin (14/7/2025). Mereka merusak 2 rumah Karsih dan mencoret beberapa tulisan di dinding rumah kontrakan tersebut 'Penipu', 'Mafia Karsih', 'Modus Penipuan', hingga 'Keluar Karsih Penipu!'.
Ketua RW 011 Vikri datang ke lokasi untuk melerai warga dan mengarahkan mereka untuk segera melaporkan penipuan ini ke Polres Bekasi. Video aksi perkumpulan korban ini sontak viral di media sosial.
Kronologi Para Korban Tertarik Membeli Kontrakan Fiktif
Vikri mengatakan sebagian besar korban mengetahui kontrakan miliki Karsih dari Facebook.
"90 persennya maklumatnya (yang cari calon pembeli) dia, Yurike itu. Sampai sekarang akhirnya ada total 62 korban," ungkap Vikri.
Akun tersebut dikelola oleh Yurike. Tugas Yurike adalah melayani calon pembeli yang menghubungi lewat Facebook, memasarkan rumah tersebut, dan mengantar calon pembeli bertemu dengan Karsih. Harga jual rumah tersebut sekitar Rp 75-125 jutaan.
"Dijual rumah pinggir jalan luas 38 meter harga 75 JT di Bintara," tulis akun Facebook Rike Herlanda seperti yang dikutip detikcom, Selasa (15/7/2025) dari foto yang diberikan oleh korban.
Salah seorang korban, sebut saja Korban A (nama disamarkan), mengaku tergiur dengan harga kontrakan yang murah yakni Rp 60 juta per unit. Semula harga rumah yang ditawarkan adalah Rp 70 juta, tetapi ia berhasil menawar. Pada saat itu Korban A memang sedang mencari rumah untuk dirinya dan istrinya.
Namun, ia tak kunjung mendapatkan berkas-berkas kepemilikan rumah, Korban A memutuskan membatalkan pembelian kontrakan tersebut. Karsih juga bersedia menawarkan pengembalian dana penuh ditambah Rp 20 juta sebagai kompensasi.
"Karena dia bilang waktu itu notarisnya meninggal, katanya surat-surat yang dia punya hilang semua. AJB-nya katanya hilang, surat girik juga hilang, KK hilang, KTP hilang semua. Jadi bagaimana nih? Dicek katanya di kantor notarisnya, kalau nggak salah dibilang Jati Mulia. Nggak ada sama sekali," ungkapnya.
Anak Korban A kemudian memberikan tenggat waktu hingga akhir Juni 2025. Namun, Karsih tidak kunjung mengembalikan uang tersebut hingga anak Korban A mendatangi rumahnya. Saat sampai, ia melihat rumah yang sudah ia batalkan tersebut sudah hancur dan Karsih tak bisa dihubungi.
Korban lainnya, sebut saja Korban B (nama disamarkan) mengaku membeli 4 unit kontrakan Karsih seharga Rp 170 juta. Korban B awalnya membeli 2 unit paling depan seharga Rp 200 juta. Namun, dia bisa menawar menjadi Rp 70 juta untuk 2 unit. Karsih beralasan ia sedang butuh uang untuk kuliah anaknya.
Korban B pun membeli 2 unit lagi, yang mana saat itu menjadi tempat tinggal Karsih yang memiliki 2 kamar tidur. Dua unit tersebut dihargai Rp 100 juta. Jadi, Korban B harus membayar Rp 170 juta untuk 4 unit kontrakan yang dibelinya.
Setelah itu, Korban B diminta untuk membayar rumah secara bertahap. Transaksi tersebut dilakukan di depan 2 notaris yang berbeda. Sebab, notaris pertama meninggal dunia.
Sisa pembayaran rumah dibayarkan menggunakan hasil uang bulanan kontrakan selama 12 bulan. Sebab, Karsih beralasan 4 unit yang Korban B beli selama 12 bulan ini masih terisi. Sembari menunggu masa kontrakannya selesai, Korban B dianggap sebagai pemilik baru kontrakan dan menikmati hasil uang kontrakan bulanan tersebut.
"Semua kan harganya kan Rp 170 juta. Jadi kalau dipotong sama duit kontrakan itu jadinya saya uang masuk (yang sudah dibayarkan) Rp 150 juta," ujar Korban B.
Namun, dua rumah yang telah dibeli oleh Korban B justru hancur tak berbentuk padahal pembayarannya ditaksir tersisa Rp 20 juta lagi.
Vikri mengungkapkan harga jual kontrakan yang ditawarkan oleh Karsih cukup beragam. Paling tinggi ada yang membeli Rp 450 juta untuk 4 unit dan harga termurah sekitar Rp 30 juta. Diperkirakan transaksi penjualan kontrakan telah berjalan sejak 2023.
"Ada yang dari Rp 450 juta, Rp 420 juta, Rp 360 juga, ada yang Rp 250 juta, variatif. Paling sedikit yang bikin laporan ke sini itu dia Rp 30 juta. Itu DP untuk satu kontrakan. Karena satu kontrakannya dia jual antara Rp 50-70 juta. Nah ini dapat yang harga Rp 60 juta satu pintu, dia baru DP 50 persen," ungkap Vikri.
(aqi/aqi)