Selain Warga Negara Indonesia (WNI) yang bisa memiliki rumah di Tanah Air, Warga Negara Asing (WNA) juga memiliki akses untuk menetap dan mempunyai rumah sendiri di sini. Namun, tentu dari segi perizinannya WNI jauh lebih mudah daripada WNA.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), Lukas Bong beberapa kota di Indonesia yang paling banyak diincar oleh warga asing di antaranya Batam, Bali, dan Jakarta.
"Jadi BBJ, Bali, Batam, Jakarta masih apartemen (model properti yang diminati). Umumnya masih apartemen kecuali Bali. Di Bali belum (apartemen). Masih landed, masih villa," ujar dalam acara Press Conference AREBI di Sudirman, Jakarta, pada Rabu (18/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orang asing melihat alam Indonesia terutama Bali begitu menarik. Namun, untuk Kota Batam, warga asing yang kebanyakan datang dan berinvestasi properti adalah warga Singapura yang lokasinya memang dekat. Sementara itu, Jakarta diminati karena kota bisnis dan pusat pemerintahan.
Pasar properti untuk kepemilikan asing ini menurutnya memiliki peluang yang besar dan bisa dimanfaatkan untuk penambahan dana subsidi penyediaan rumah untuk WNI atau masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Tidak lain dan tidak bukan adalah pajak tinggi yang dikenakan kepada warga asing.
Sebagai contoh warga negara asing yang membeli properti di Indonesia dikenakan pajak 20%, sebanyak 8%-nya bisa dialokasikan untuk dana subsidi perumahan rakyat. Dengan begitu WNI tetap bisa memiliki rumah di negaranya sendiri.
"Pajaknya itu, katakanlah PPM buat WNI mungkin 12%. Yang buat asing 20%. 20% boleh, 8%-nya buat subsidi buat warga negaranya yang belum punya rumah. Angkanya besar," kata Lukas.
Cara ini telah diterapkan di negara lain bahkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Khusus Singapura, pemerintah di sana menekankan pajak yang besar untuk warga asing yang membeli rumah di sana. Dari pajak tersebut, beberapa persennya digunakan untuk subsidi perumahan bagi warga asli Singapura.
"Pajaknya dibedain, pemerintah menaikkan pajaknya untuk pembeli asing, sehingga mereka ada subsidi untuk rakyatnya sendiri, warga negaranya sendiri, untuk punya hunian yang layak. Nah ini sebenarnya PR-nya kita," paparnya.
Indonesia seharusnya bisa menerapkan metode serupa, menurutnya. Namun, kendalanya adalah di Indonesia sering terjadi perubahan peraturan. Setiap pergantian presiden, akan ada kebijakan baru. Hal ini yang membuat warga asing ragu untuk memasuki pasar properti di Indonesia.
Padahal dia melihat Indonesia adalah negara yang memiliki pasar yang besar dan cukup konsumtif, sumber daya alam di Indonesia melimpah, dan yang paling penting adalah populasi di negara ini terbesar keempat di dunia. Menurut World Population Review per April 2024 sekitar 279.390.258 jiwa.
"Indonesia itu sangat menarik di mata asing. Kenapa? Satu, populasinya tinggi. Nomor 4 di dunia.Terus yang kedua, sumber daya alamnya itu luar biasa. Dan yang ketiga, yang paling penting, orangnya konsumtif. Handphone kadang-kadang belum ini udah ganti lagi, mobil juga," sebutnya.
(aqi/zlf)