Ada 'Desa Mati' di Depok Imbas 'Banjir Abadi', Warganya Pindah ke Mana?

Ada 'Desa Mati' di Depok Imbas 'Banjir Abadi', Warganya Pindah ke Mana?

Sekar Aqillah Indraswari - detikProperti
Rabu, 15 Mei 2024 11:30 WIB
Penampakan dari samping rumah warga yang sempat terjebak di dalam saat banjir.
Kondisi bantaran Kali Pesanggrahan yang airnya meluap dan banyak sampah. Di samping excavator adalah rumah Udin dan keluarga yang masih terendam air. Foto: Sekar Aqillah Indraswari
Jakarta - Banjir kerap menjadi persoalan serius di beberapa kota di Indonesia. Salah satunya adalah dua kelurahan di Depok yakni Cipayung dan Pasir Putih di mana beberapa rumah terendam banjir yang tak pernah surut sejak November 2023. Rumah-rumah tersebut sudah dikosongkan hingga disebut 'desa mati' di Depok. Ke mana warganya pindah?

Desa mati di Depok ini adalah kawasan kecil dari 2 kelurahan yang dipisahkan Kali Pesanggrahan yang bantarannya terus menyempit akibat tumpukan sampah di TPA Cipayung yang longsor berulang kali sejak 2019.

Kali Pesanggrahan yang terus menyempit dan dangkal tidak bisa menampung air kiriman dari Bogor terutama ketika pintu bendungan air dibuka. Ditambah setelah perbaikan jembatan pada 2019, banyak sampah tersangkut di bawahnya membuat aliran air tersendat.

Alhasil, saat hujan deras di Depok lalu ada kiriman air dari Bogor, air di Kali Pesanggrahan akan meluap seperti air bah.

Air tersebut menerjang beberapa rumah warga dan pabrik tahu yang berdiri di bantaran kali. Menurut Ketua RT 04 Kampung Bulak Barat, Cipayung, Depok, Naserih, dari daerahnya terdapat 2 rumah warga, 1 pabrik tahu, 5 ruko, dan 5 kontrakan yang terdampak banjir dari November 2023. Lalu untuk Kelurahan Pasir Putih yang berada di seberangnya terdapat 7 keluarga yang terdampak, di mana 4 diantaranya sudah kehilangan rumah sejak 2017, sementara 3 lainnya pindah sejak 2024.

Salah satu korban banjir abadi dari Kampung Bulak Barat, Kelurahan Cipayung bernama Ginting mengungkapkan dia memutuskan mengontrak sejak bulan lalu setelah bertahun-tahun mengungsi sementara.

"Kalau hujan kelelep. Kalau nggak hujan bisa (ditempati), tapi kalau datang lagi (hujan)? TV saya udah kerendem semua, motor saya sudah kerendem. Berapa sih harganya? Bukan soal harganya. Satu peniti pun sayang," ungkap Ginting kepada detikProperti pada Selasa (14/5/2024).

Ginting mengaku sudah lelah menghadapi banjir. Ditambah akses jalan menuju Kelurahan Pasir Putih sudah tertutup akibat jembatan tertutup air.

"Orang Pasir Putih masa ke rumah di sini bisa melalui 1 jam memutar padahal biasanya jalan kaki?" ucapnya.

Hal yang disayangkan lagi adalah dia dan para korban banjir abadi di Depok ini tidak memiliki perwakilan untuk menyuarakan haknya. Satu-satunya yang bisa mereka lakukan adalah mengandalkan kepala daerah setempat dan menunggu.

Sama seperti yang dilakukan oleh Ginting, korban dari Kelurahan Pasir Putih bernama Udin Kaget juga memilih untuk mengontrak. Rumahnya yang berada tepat di pinggiran Kali Pesanggrahan hingga kini masih terendam air dan lumpur.

Semula dia tinggal di daerah yang sama tetapi lebih tinggi dari Kali Pesanggrahan. Namun, pada 2020 dia menjual rumah lamanya karena terdesak ekonomi dan membeli tanah murah di bantaran Kali Pesanggrahan.

Udin mengatakan rumahnya berdiri di atas tanah geruk Kali Pesanggrahan dan telah ditinggikan sampai 3 meter dari jalan. Namun, saat air datang seperti air bah, rumahnya bisa terendam hingga ke atap.

Awal 2024 banjir bertambah sering hampir, bahkan setiap hari dia harus mengungsi. Kini dia memilih mengontrak di kelurahan yang sama, tetapi lokasinya lebih tinggi.

"Mengontrak baru 2 bulan. Selama ini di rumah orangtua di Cipayung. Jadi kalau banjir pergi ke rumah orangtua, pulang, bersihin, banjir lagi," tutur istri Udin, Suhana.

Setelah 3 tahun menghadapi banjir, Udin memutuskan mengontrak agar kedua putrinya tidak perlu repot pindahan ketika banjir.

"Udahlah ngontrak, ngontrak biar anak belajar tenang, pulang sekolah enak. Kalau jam 12 suka saya bangunin, banjir. Makanya daripada ijazah, rapot basah semua," ujarnya.

Meskipun sekarang mereka sudah memiliki tempat tinggal yang lebih nyaman, tetapi mereka tetap mengharapkan akses jalan kembali pulih. Udin kerap mendapat kabar jika akses jalan lain menuju rumahnya rawan begal.

"Gimana caranya jalan bisa dilalui seperti dulu. Sekarang cuma bisa lewat gang Alif sama Tanah Merah. Tapi Tanah Merah suka ada begal," katanya.


(aqi/zlf)

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads