Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sedang membuat desain prototipe rumah subsidi yang baru. Nantinya, bisa jadi rumah subsidi bentuknya akan berbeda-beda.
Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Iwan Suprijanto pun menyebutkan beberapa perbedaan dan kelebihannya dengan bangunan yang sudah ada, salah satunya struktur yang tahan gempa. Adapun, saat ini pihaknya masih melakukan harmonisasi Surat Edaran (SE) untuk prototipe tersebut sebelum nantinya mulai digunakan.
"Prototipe ini satu tahan gempa, dua unsur green, dan yang ketiga ada beberapa prototipe yang memudahkan perizinan. Jadi nanti kalau pakai SE itu, perizinannya tidak perlu lama. Pakai satu prototipe itu saja," ungkapnya di kantor Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, Selasa (16/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seluruh pengembang perumahan subsidi turut andil dalam pembuatan prototipe ini. Nantinya, pihak Kementerian PUPR akan melakukan verifikasi prototipe yang memenuhi secara teknis. Apabila sudah terpenuhi, prototipe itu yang akan digunakan.
Iwan mengaku apabila rumah subsidi tersebut menggunakan prototipe yang baru ini, harganya tidak akan naik alias masih sama seperti saat ini yang sesuai dengan Kepmen PUPR Nomor 689/KPTS/M/2023.
Baca juga: Bakal Ada Rumah Subsidi untuk MBR di IKN? |
"Ini sebenarnya saya mengakomodir kemudahan berusaha, perizinan mereka yang seringkali terkendala. Dengan adanya SE ini perizinannya lebih mudah. Tetapi bagi saya, jaminan terhadap keandalan dan tanggung jawab lingkungan, aspek green, itu menjadi hal yang paling utama," tuturnya.
Untuk aspek green ini bisa dari bahan bangunan maupun dari desain rumah, contohnya seperti banyak bukaan, penempatan bukaan, jenis fondasi, maupun struktur bangunan. Untuk desain rumahnya, akan ada beberapa desain lainnya sehingga bentuk rumah subsidi yang ada tidak akan sama semua.
"Pengembang ke depannya harus ikuti (prototipe) ini, karena sudah kesepakatan para pengembang. Prototipe kita agak banyak, REI (Realestat Indonesia) juga memasukkan. Yang diusulkan REI tidak harus dipakai REI sendiri, bisa dipakai semua," ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, Direktur Rumah Umum dan Komersial Ditjen Perumahan Kementerian PUPR, Fitrah Nur mengatakan bahwa adanya pengembangan desain prototipe rumah subsidi ini muncul karena kekhawatiran pihaknya dengan rumah subsidi yang ada di Kabupaten/Kota yang tidak seragam dalam menerapkan aturan terkait persetujuan bangunan gedung (PBG), contohnya seperti PP 16 Tahun 2021. Dokumen PBG yang didapat tiap daerah memiliki waktu yang berbeda-beda, ada yang cepat dan ada yang sangat lama. Hal ini bisa mempengaruhi lama waktu pembangunan rumah subsidi nantinya.
Belum lagi, setiap PBG yang ada diwajibkan terdapat tenaga ahli teknik untuk mengeceknya. Namun, kata Fitrah, kadang-kadang di kabupaten/kota tidak ada tenaga teknik untuk melakukan itu.
"Akhirnya mereka pinjam (tenaga teknik) ke Kabupaten lain, itu kan memerlukan proses waktu yang lama, nggak gampang. Maka untuk menghindari, kita bikin semacam shortcut agar prosesnya bisa cepat. Karena prototipe ini sudah diuji oleh tenaga ahli di pusat, baik dari sisi strukturnya, arsitekturnya, maupun MEP-nya. Karena itu sudah teruji, berarti tidak butuh lagi tenaga teknik di daerah. Ini adalah shortcut yang lumayan besar," katanya usai acara Sharing Session Desain Prototipe Rumah Sederhana dan Perizinan Pembangunan Perumahan di Hotel Grandhika, Senin (1/4/2024).
Para pengembang perumahan subsidi nantinya hanya perlu menggunakan prototipe ini saja ketika membangun rumah. Adapun, nantinya akan dikeluarkan surat edaran (SE) terkait prototipe rumah sederhana ini yang menjadi lampiran dari proses PBG. Dengan begitu, proses pembangunan rumah subsidi bisa semakin cepat. Pihaknya pun menargetkan setidaknya SE sudah dapat dikeluarkan akhir bulan April 2024.
Melalui prototipe ini nantinya rumah yang dibangun akan memiliki struktur tahan gempa.
"Lho iya (dibangun tahan gempa), makanya prototipe ini kita bahas yang pertama strukturnya sudah sesuai aturan nggak, kemudian ada green-nya seperti penghawaannya, pencahayaannya, jadi jangan semua nanti pakai AC, mengurangi emisi karbon lah," ujar Fitrah.
Terkait struktur tahan gempa ini, Fitrah mengingatkan bukan berarti ketika terjadi gempa bumi, rumah tersebut tidak hancur atau mengalami kerusakan, melainkan rumah tersebut masih berdiri sehingga memudahkan pemilik rumah untuk menyelamatkan diri terlebih dahulu.
"Tapi jangan salah, kalau tahan gempa bukan berarti tidak boleh rusak ya. Tapi minimal tahan gempa itu masih ada waktu bagi penghuni di dalamnya untuk keluar dari rumahnya (untuk menyelamatkan diri)," jelasnya.
Ia menambahkan, terkait struktur tahan gempa ini sebenarnya juga sudah ada pada rumah subsidi yang lama. Namun dalam penerapannya belum semua struktur rumah subsidi tahan gempa. Dengan adanya prototipe baru ini nantinya bisa dipastikan semua struktur rumah subsidi akan tahan gempa.
Lebih lanjut, Fitrah mengatakan saat ini setidaknya sudah ada 5 pengembang sudah memberikan beberapa prototipe rumah subsidi yang tahan gempa. Walau demikian, prototipe-prototipe yang disarankan sudah mencakup berbagai tipe rumah subsidi yang ada.
(zlf/zlf)