×
Ad

9 Lokasi Tanah yang Membawa Keburukan Menurut Adat Jawa, Jangan Ditinggali!

Zulfi Suhendra - detikProperti
Jumat, 08 Sep 2023 14:43 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Bila kemarin detikProperti membahas mengenai tanah-tanah yang dianggap memberi keberuntungan menurut adat dan tradisi suku Jawa, kali ini ada sejumlah tanah yang dianggap sebaliknya.

Ya, selain ada lokasi tanah yang dipercaya akan membawa keberuntungan saat ditinggali, ada juga yang membawa keburukan. Dikutip dari buku Membangun Rumah Ala orang Jawa karya Asti Musman, tanah-tanah yang dianggap membawa keburukan di antaranya

Saat memilih pemilihan tanah, harus diperhatikan bentuk. bentuk tanah yang memberikan pengaruh jelek pada penghuninva antara lain:

Tanah yang posisinya miring ke barat

Bila didirikan rumah di atasnya akan menimbulkan ketidaktenteraman penghuninya, kerap cekcok dan menimbulkan permusuhan. Sebagai penolaknya ditanami pohon pisang klutuk di sebelah timurnya. Tanah semacam ini disebut sri sasadana.

Tanah yang miringnya ke selatan

Tanah ini tidak baik kalau didirikan rumah di atasnya karena akan menimbulkan kemelaratan, sering menimbulkan kematian. Sebagai penolakya pada bagian tengahnya ditanam bara api dan dengan membaca doa Al Fatihah dan Al Ikhlas.

Tanah yang pada bagian timur lebih tinggi daripada bagian barat

Bila didirikan rumah di atasnya akan menimbulkan banyak bencana dan penyakit bagi penghuninya. Tanah semacam ini disebut kalawisa.

Tanah yang dikelilingi air

Bila didirikan rumah penghuninya kerap cekcok.Menolaknya dengan menanam air di tengahnya. Tanah semacam ini disebut sigar penjalin.

Tanah yang sebelah baratnya terletak gunung

Bila didirikan rumah akan banyak menimbulkan cekcok bagi penghuni rumah yang didirikan di atasnya. Tanah semacam ini disebut dengan asu ngelak.

Tanah yang bagian tengahnya terdapat sumber air

Tanah ini akan menimbulkan penyakit bagi penghuni rumah. Menolakya dengan cara menanam batu-batu di tengah tanah itu dengan membaca Al Fatihah. Tanah semacam ini disebut singamita.

Tanah yang berwarna hitam atau berbau tidak sedap atau amis.

Tanah ini banyak dihuni setan/jin. Tidak menguntungkan bagi penghuninya.

Tanah bekas kuburan atau tanah yang sekeliling-nya kuburan

Secara psikologis penguninya akan selalu murung dan berpenyakit. Tanah semacam itu disebut dhandhang kukulangan.

Tanah vang berwarna merah kekuning-kuningan

Tanah ini sangar dan menimbulkan penyakit basi penghuni rumah. Tanah semacam ini disebut bramapendhem.

Selain hal di atas, Slamet Ristanto (2008) menyarankan agar pemilihan tanah untuk hunian juga memerhatikan sistem drainase, sanitasi, serta tidak berada di jalur bencana. Bila sistem drainasenya jelek, maka daerah itu tidak akan mudah surut jika terjadi genangan. Misalnya, karena hujan yang lebat atau limpahan saluran air.

Sering kali kita dengar dan lihat ada daerah tertentu jika tergenang banjir, maka surutnya cukup lama. Apa nikmatnya, memiliki rumah yang rawan banjir? Di samping itu, jika telah surut, maka bekas banjir itu tercium bau amis/tak sedap hingga berhari-hari. Keluarga pun selalu was-was dan khawatir kejadian serupa akan terulang kembali manakala hujan tiba. Agar bisa memastikan daerah itu apakah sering banjir atau tidak, kita bisa menanyakan pada masyarakat setempat apakah daerah sering banjir atau tidak.

Perhatikan pula sistem pengadaan air bersih dan saniternya. Begitu juga soal pembuangan sampah. Pastikan ketersediaan bak-bak penampungan sampah yang memadai dan jalurnya sampai ke tempat pembuangan sampah akhir.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tanah-tanah hunian sebaiknya memerhatikan jalur bencana. Belakangan ini di berbagai daerah mulai rawan tanah longsor, karenaterjadinya pergeseran-pergeseran kulit bumi. Musibah karena ulah manusia pun banyak terjadi akibat penggundulan hutan.

Dengan pemetaan daerah gempa, harapan membeli tanah di kawasan rawan yang tergambar oleh peta daerah tersebut juga sebaiknya dihindari daripada selalu was-was setiap ada gempa.



Simak Video "Video: Mewah! Melihat Pameran Interior Kapal Pesiar di Mal Jakarta"

(zlf/zlf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork