Review Teater
Misteri Pembaca Terakhir: Petualangan Karmila, Lupus hingga Jeng Yah

Itulah yang terjadi di atas panggung Misteri Pembaca Terakhir yang dipentaskan di Pesta Literasi Indonesia 2024. Gelaran sebanyak 3 kali itu menghiasi acara kala malam hari di Graha Bhakti Budaya (GBB), TIM, Jakarta Pusat.
Adegan dibuka dengan latar sebuah toko buku bernama Lima Kawan. Toko yang berada di tengah kota itu diurusi oleh lima orang sahabat bernama Bella, Karmila, Lupus, Alif, dan Ronron. Sayangnya bayang-bayang Voldemort mengintai.
"Ini adalah toko buku terakhir yang mesti kita awasi," katanya.
Bella melihat penampakan yang ada di sekitar toko buku. Dia yakin mereka adalah sosok pembunuh dan pembakar yang menganggap buku-buku berbahaya. Ketika mereka sedang mengobrol, Ronron menghilang dan hanya meninggalkan secarik kertas berisi potongan puisi Pada Suatu Hari Nanti.
"Ronron ingin kita menemukannya, bahkan jika jasadnya tak ada lagi. Teka-teki dalam puisi ini, apapun itu," ucap Bella.
Mereka pun menyanyikan lagu Man Jadda Wa Jadda yang jadi jargon dari novel Lima Menara karya A Fuadi. Tibalah keempat sahabat di Kafe Finicili. Alkisah, siapapun yang masuk ke dalam kafe dan meminum secangkir teh bisa kembali ke masa lalu.
Uniknya di tengah petualangan, mereka berjumpa dengan Hercelus Peyot (plesetan dari Hercules Pierot), Sherlock Holmes, dan Inspectur Lucas. Dari penyelidikan ternyata nama lengkap Ronron adalah Sapardi Djoko Pinurbo dan jejak potongan puisi.
Selama hampir 3 jam lamanya, Misteri Pembaca Terakhir berhasil membawa penonton bertualang ke berbagai latar yang ada di dalam novel, karakter-karakter yang cuma bisa dibaca, dan keindahan artistik yang dibawa oleh Deden Bulqini.
Sutradara Agus Noor berhasil menyelipkan kritik sosial, politik, dan budaya ke dalam naskahnya, sama seperti ciri khas pertunjukannya. Dimulai dari kasus Vina Cirebon yang dilontarkan Inspektur Lucas. "Ini sering terjadi di negara saya, luka ada, pembunuhan ada, tapi CCTV mati. Ada kasus, ada kejadian, tapi gak pernah ada penyelesaian, hanya berlembar kertas bermaterai," katanya.
Termasuk sentilan KTP dicatut untuk persoalan politik, kalimat 'Cukup keberuntungan dan dorongan paman' sampai kritikan yang disampaikan oleh percakapan Cak Lontong yang sukses mengocok perut penonton. Bukan Cak Lontong namanya, yang pintar berkomedi dan buat siapapun yang menonton tertawa terbahak-bahak.
Masih ada satu kali pertunjukan lagi buat nonton Misteri Pembaca Terakhir di GBB, TIM, Jakarta Pusat, tepat pukul 19.30 WIB nanti malam. Kamu bakal menjumpai Jeng Yah di kota M, Srintil dalam trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, dan karakter-karakter lainnya yang sukses terbit di Gramedia. Cus, nonton ya detikers!
(tia/nu2)