Perjuangan Oka Rusmini Nulis Novel Otokritik Bali sampai Diteror

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Oka Rusmini
Foto: Agnes/detikcom
Jakarta - Bukan Oka Rusmini namanya yang sukses berkecimpung di dunia sastra Indonesia sampai lebih dari tiga dekade. Novelis asal Bali yang juga dikenal sebagai wartawan itu telah menerbitkan berbagai buku dan esai.

Ada banyak cerita dalam novelnya yang memuat tentang latar Bali tapi bukan keindahan bak turis. Oka Rusmini mengkritisi kondisi sosial, budaya, dan kasih otokritik dalam karya-karya.

"Saya aslinya lahir dan besar di Jakarta, ketika melihat Bali itu indah seperti MOOI Indie, berasa piknik, jadi mereka (pembaca) nggak tahu apa yang terjadi di masyarakat. Saya pun melihat Bali itu indah, seperti yang ada di brosur pariwisata, celakanya saya bekerja sebagai wartawan," terangnya saat diskusi di Pesta Literasi Indonesia 2024 di TIM, Jakarta Pusat, pada Jumat (31/8/2024).

Suatu hari, Oka bersama suami dan anaknya memutuskan buat tinggal di Bali. "Saya memilih jadi warga negara Bali," katanya sembari tertawa.

"Benar-benar fokus, sampai menulis buku-buku otokritik tentang Bali. Apa efeknya otokritik terhadap bali? Saya diundang di sini atau ke luar (mancanegara), sepertinya buku saya yang jadi wajib dibaca oleh orang Bali terhadap sosial, budaya, agama. Kalau seorang perempuan menulis tentang agama, kita menghadapi tabu dan teror," terangnya.

Sukses menerbitkan berbagai novel, Oka Rusmini mengaku sampai mendapatkan teror psikologis sampai menimpa keluarga inti.

"Ketika seorang perempuan menulis dari daerah saya, yang membahas tentang perempuan mereka tidak melihat otokritik tentang Bali," sambungnya.

Novel pertamanya yang terbit adalah Tarian Bumi (2000).Tiga tahun berikutnya ada Kenanga, Tempurung, sampai Men Coblong dan Koplak di tahun 2019.

Sejumlah buku puisi dan kumcer sukses ditulisnya. Ada Monolog Pohon di tahun 1997, kumcer Sagra, Patiwangi, Warna Kita, Pandora, kumcer Akar Pule hingga buku puisi Saiban di 2014.

"Ketika buku saya beredar, banyak yang bilang oh ini kehidupan Oka Rusmini, saya detail mencatat. Oh kalian semua ingin melihat Oka Rusmini, saya buatlah Men Coblong yang artinya Ibu Vagina. Dalam novel Tarian Bumi dan Tempuru saya tidak ada di dalamnya. Kalau Men dalam bahasa Bali artinya itu Ibu, coblong diksi yang sengaja saya pakai," terangnya.

Tak bisa dipungkiri dari karya-karyanya banyak perempuan Bali yang terinspirasi. Ketika novel Tarian Bumi terbit, dahulu di Bali anak-anak muda perempuan yang menikah lalu cerai tak boleh membawa anaknya. "Banyak yang datang dan ke saya dan ngaku terinspirasi. Sekarang yang bercerai keluarga perempuan dan laki-laki sama saja," tukasnya.

detikers, Pesta Literasi Indonesia 2024 masih berlangsung sepanjang akhir pekan ini. Ada bazar buku dari Semesta Buku, Selasar Seni sampai berbagai panel diskusi dari puluhan penulis Indonesia.


(tia/nu2)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO