Nilai-nilai Islam dikenal kuat di Kalimantan Selatan. Tak heran jika masyarakatnya pun rutin melakukan ziarah ke makam para tokoh yang berperan penting dalam perkembangan agama Islam di Kalsel.
Selain itu, Kalsel juga memiliki sederet masjid ikonik yang wajib dikunjungi dalam lawatan wisata religi. Selama bulan Ramadan, umat muslim umumnya memulai rutin berkeliling untuk mengencangkan ibadah lewat ziarah.
Berikut sederet tempat wisata religi terkemuka di Kalimantan Selatan yang wajib dikunjungi, dirangkum detikKalimantan.
12 Wisata Religi di Kalimantan Selatan
1. Makam Guru Sekumpul
Wisata religi pertama yang terbilang paling populer adalah Makam KH Muhammad Zaini Abdul Ghani al-Banjari atau Makam Guru Sekumpul. Lokasinya di dekat Musala Ar-Raudah, Kelurahan Sekumpul, Kecamatan Martapura Kota, Kabupaten Banjar. Makam Guru Sekumpul ini selalu menjadi tujuan para peziarah, terutama menjelang hari-hari besar Islam.
Nama KH Zaini Abdul Gani dikenal luas, termasuk di kalangan seniman, pejabat, pengusaha, politisi, hingga militer. Beberapa tokoh yang pernah berkunjung ke sana semasa almarhum masih hidup antara lain Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, Amien Rais, hingga Aa Gym.
Setiap tahun diadakan Haul Guru Sekumpul yang menjadi salah satu acara haul terbesar di Indonesia, bahkan kawasan Asia. Jutaan jemaah hadir memperingati hari wafatnya Guru Sekumpul pada tanggal 5 Rajab. Partisipannya bukan hanya dari Indonesia, melainkan juga dari berbagai negara hingga dari Timur Tengah dan Afrika.
2. Makam Syekh Muhammad Afif (Datu Landak)
Syekh Muhammad Afif atau dikenal dengan nama Datu Landak merupakan seorang ulama yang lahir di Desa Salam Pagar, Martapura, Kabupaten Banjar. Datu Landak merupakan keturunan Pangeran Diponegoro. Silsilahnya Muhammad Afif bin Anang Mahmud bin Jamaluddin bin Kyai Dipasunda bin Pangeran Diponegoro.
Dalam satu riwayat dijelaskan asal-usul gelar Datu Landak. Saat Syekh Muhammad Afif berzikir pada suatu waktu, seluruh badannya disebut ikut berzikir dan memancarkan cahaya tegas menyerupai binatang landak. Datu Landak dimakamkan di Kalampayan, Astambul, Kabupaten Banjar dan menjadi salah satu tujuan ziarah yang selalu ramai.
3. Masjid Agung Al-Karomah Martapura
Berdirinya Masjid Agung Al Karomah ini tak lepas dari peran Datu Landak. Masjid yang terletak di pusat Martapura, Kecamatan Banjar ini, terdiri atas 4 tiang yang dibangun sendiri oleh Datu Landak.
Masjid Agung Al Karomah resmi berdiri pada 10 Muharram 1280 atau 27 April 1863. Sebelumnya bangunan ini dikenal dengan nama Masjid Jami Martapura. Diriwayatkan, Datu Landak mencari sendiri kayu ulin sebagai sokoguru masjid ke daerah Barito, Kalimantan Tengah.
Saat ini, Masjid Al Karomah kerap dijadikan salah satu tujuan wisata religi selain untuk ibadah sehari-hari. Konstruksinya dari beton dan rangka atapnya terbuat dari baja stainless yang tersangka dalam struktur space frame. Kubahnya dilapisi juga dengan bahan enamel.
4. Makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kalampayan)
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari atau dikenal dengan nama Datu Kalampayan merupakan ulama termasyhur di Martapura, Kabupaten Banjar. Datu Kalampayan pernah memperdalam ilmu agama di Mekkah saat berusia sekitar 30 tahun.
Setelah kembali ke Banjarmasin, ia membuka tempat pengajian bernama Dalam Pagar, yang kini telah menjadi kampung untuk belajar agama Islam. Datu Kalampayan juga dikenal sebagai pelopor pengajaran hukum Islam di Kalsel. Dia menyusun kitab fikih agung berjudul Sabilal Muhtadin yang menjadi rujukan bagi umar mazhab Imam Syafi'i.
Makamnya terletak di sebelah utara Martapura, Kabupaten Banjar, dan selalu ramai dikunjungi untuk ziarah. Tak jauh dari situ, sekitar 2 km, juga terdapat makam Syekh Abdullah orangtua dari Datu Kalampayan.
5. Masjid Raya Sabilal Muhtadin
Masjid Raya Sabilal Muhtadin terletak di jantung kota Banjarmasin. Nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan terhadap Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari atau Datu Kalampayan, penyusun kitab fikih Sabilal Muhtadin. Masjid ini sendiri berdiri di atas tanah bekas Benteng Tatas pada zaman Belanda.
Bentuk masjid terbilang unik. Kubah yang berbentuk bulat pipih ditempatkan di atas bangunan berbentuk geometris kotak persegi panjang. Di sekeliling bangunan terdapat empat menara kecil, masing-masing setinggi 21 meter, serta satu menara utama setinggi 45 meter. Masjid ini menggunakan gaya arsitektur Timur Tengah dipadukan dengan hiasan motif tumbuh-tumbuhan khas Kalimantan.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin ditujukan sebagai pusat kegiatan sosial dan keagamaan masyarakat Banjarmasin. Di dalam kompleks masjid tersebut terdapat Taman Maskot dan Siring Sungai Martapura yang merupakan objek wisata. Terdapat juga sarana pendidikan Sekolah Islam Sabilal Muhtadin.
6. Makam Datu Sanggul
Ahmad Sirajulhuda atau dikenal dengan nama Datu Sanggul merupakan seorang ulama di wilayah Tatakan, Tapin Selatan, Kabupaten Tapin. Datang dari tanah Sumatera (sumber menyebutnya dari Palembang, ada pula yang menyebut dari Aceh), Datu Sanggul menjadi ulama di Kalsel di zaman yang sama dengan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari atau Datu Kalampayan.
Setelah meninggal, Datu Sanggul dimakamkan di Desa Tatakan. Desa ini pun ramai didatangi peziarah setiap tahun dalam acara haul, sampai-sampai tempatnya tidak cukup bagi semur pengunjung. Pemerintah setempat sampai turun tangan untuk memperluas area makam demi menampung jemaah.
7. Masjid Sultan Suriansyah
Masjid Sultan Suriansyah adalah masjid tertua di Kalimantan. Terletak di tepi Sungai Kuin, Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, masjid ini dibangun antara tahun 1525-1550 M. Tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah, Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam.
Atapnya khas berbentuk tumpang empat, meskipun setelah dipugar kini terdapat bentuk kubah juga. Terdapat bagian sungkul dari puncak atap masjid yang terbuat dari kayu ulin sebelum pemugaran. Bentuk sungkul masih seperti semula meski sudah berusia empat abad. Bagian puncak itu kini disimpan di Museum Lambung Mangkurat.
Keindahan masjid ini pun menjadi salah satu daya tarik yang membuat pengunjung berbondong-bondong datang untuk berwisata religi. Tidak jauh dari situ, terdapat Makam Sultan Suriansyah yang juga menjadi jujukan peziarah.
8. Makam Sultan Adam Al-Watsiq Billah
Makam Sultan Adam Al-Watsiq Billah berlokasi di Kelurahan Jawa, Martapura, sekitar 1 km pusat kota. Sultan Adam Al-Watsiqubillah bin Sultan Sulaiman Ramatullah bin Sultan Tahmidillah II sendiri memerintah kerajaan Banjar selama 32 tahun.
Pada masa pemerintahannya, Sultan Adam mengeluarkan Undang-undang yang berisi 38 Pasal yang mengatur tentang pemerintahan, kemasyarakatan, pertanian dan pertanahan serta masalah keagamaan.
Sepanjang hidupnya, Sultan Adam senantiasa mempertahankan semangat juang, memegang teguh akidah islam, serta memperkokoh ukhuwah dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera dan religius. Sultan Adam wafat pada 8 November 1857 Masehi.
9. Kubah Basirih
Kubah Habib Basirih adalah sebuah makam keramat Habib Hamid bin Abbas Bahasyim, seorang ulama di Kalsel. Makam ini menjadi objek wisata ziarah di Banjarmasin.
Habib Hamid bin Abbas Bahasyim atau lebih dikenal dengan sebutan Habib Basirih adalah seorang yang terkenal dengan sifat suka menyembunyikan diri dalam khalwatnya dan meninggalkan keluarga sehingga fokus dalam ibadah. Meski begitu, Habib Basirih juga dikenal sebagai sosok ramah sehingga dikenang banyak orang dan makamnya selalu diziarahi.
Kubah Basirih terkenal sebagai pintu gerbang atau tempat awal yang sering diziarahi oleh jemaah sebelum berziarah ke tempat lain, sama seperti Makam Sultan Suriansyah. Pada 2022, daerah di sekitar Kubah Habib Basirih masuk dalam 50 besar dalam ajang Anugrah Desa Wisata Indonesia 2022 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
10. Masjid Datu Abulung
Masjid Datu Abulung terletak di Desa Sungai Batang, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar. Masjid kuno ini diperkirakan sudah berusia sekitar 90 tahun. Namanya diambil dari tokoh ulama Syekh Abdul Hamid Abulung. Datu Abulung dikenal sebagai ahli sufi yang pintar mengajarkan ilmu tasawuf.
Masjid Datu Abulung memiliki bentuk atap tumpang tiga dengan satu hiasan puncak. Bangunan ini disangga oleh empat tiang soko guru dan tiang-tiang yang lain berjumlah 16 buah. Atap tumpang diyakini mewakili nilai-nilai filosofi Islam, yaitu syariat, tarikat, hakekat dan makrifat.
11. Masjid Ba'angkat atau Masjid Suada
Masjid Suada terletak di Desa Wasah Hilir, Kecamatan Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Oleh masyarakat setempat, masjid ini lebih dikenal dengan nama Masjid Ba'angkat. Sebab, masjid ini memiliki lantai ditopang tongkat-tongkat kayu ulin sebagai penyangga sehingga seperti terangkat.
Nama Masjid Suada diambil dari kata Sa'id, nama pelopor pembangunan masjid ini. Tepatnya Syeikh HM Said bin Al Allamah Syeikh H Sa'dudin yang lahir di Kampung Amawang Kandangan, bersama Syekh H Abbas Bin Al Allamah Syekh H Abdul Jalil. Dalam bahasa Arab, suada juga berarti beruntung.
12. Masjid Bambu Kiram
Masjid Bambu Kiram berlokasi di Desa Kiram, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar. Dikenal juga dengan nama Masjid Bambu KH Abdul Qadir Hasan. Namanya diambil dari nama salah satu tokoh ulama Martapura, KH Abdul Qadir Hasan yang merupakan murid dari KH Asy'ari (salah satu tokoh NU Kalsel).
Unsur budaya Balanting Bambu menjadi konsep utama dalam bentuk bangunan. Arsitekturnya juga perpaduan konsep bangunan Masjid Sultan Suriansyah di Banjarmasin, masjid pertama di Kalsel. Dominasi bahan bambu membuat masjid ini dikenal dengan nama Masjid Bambu.
Simak Video "Menelusuri Kemegahan Masjid Baiturrahman yang Mengagumkan, Aceh"
(des/des)