Mal Jadi Ramai karena Banyak 'Rojali', Lalu ke Mana Uangnya?

Mal Jadi Ramai karena Banyak 'Rojali', Lalu ke Mana Uangnya?

Ardan Adhi Chandra - detikKalimantan
Sabtu, 19 Jul 2025 12:00 WIB
A young muslim woman wearing protective mask in shopping mall, shopping under Covid-19 pandemic concept.
Ilustrasi. Foto: Getty Images/tonefotografia
Balikpapan -

Antrean kendaraan di pintu masuk pusat perbelanjaan atau mal-mal besar, kerap kali mengular. Tapi tak semua datang untuk belanja, melainkan hanya sekedar jalan-jalan cuci mata. Apakah kamu salah satunya?

Dikutip dari detikFinance, fenomena itu disebut rombongan jarang beli atau rojali di mal. Mereka pada umumnya tidak berbelanja dan hanya melihat-lihat barang di mal.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual mengatakan, masyarakat berhati-hati membelanjakan uangnya di sepanjang semester I-2025, terutama kelas menengah atas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tercermin di big data, jadi di big data kalau kita lihat trennya sejak awal tahun sampai Juni belum bagus. Company sudah oke terutama di beberapa sektor, tapi secara konsumen, terutama kelas menengah atas yang punya uang, mereka men-drive 70% konsumsi," tutur dalam acara Editors Briefing Bank Indonesia (BI) di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Jumat (18/7/2025).

Kehati-hatian masyarakat dalam membelanjakan uangnya terlihat dari pengakuan pemasok barang mahal yang mengakui kondisi ini seperti krisis 2008. Mereka cenderung memilih untuk menanamkan uangnya di sejumlah instrumen investasi.

David melanjutkan, masyarakat kelas menengah kebanyakan 'memarkirkan' uangnya di instrumen investasi seperti deposito, giro, dan Surat Berharga Negara (SBN).

"Saya melihat memang ada kehati-hatian. Saya perhatikan ketemu beberapa supplier luxury tas mereka merasakan, ada beberapa pemegang merek, ini kok mirip-mirip seperti krisis 2008," kata David.

"Tapi dari sisi tenaga dalam besar lagi, sementara parkir dulu di instrumen investasi bunga 9% 8% giro, deposito, SBN lumayan tinggi, belum instrumen investasi lain. Emas digital, emas biasa, perhiasan. Investasi lagi menarik buat mereka, sementara mereka ke sana dulu," sambung David.




(aau/aau)
Hide Ads