Kerajaan Banjar atau Kesultanan Banjar merupakan salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Pulau Kalimantan. Kerajaan Islam ini merupakan cikal bakal dari Banjarmasin yang merupakan ibu kota dari Kalimantan Selatan.
Dalam artikel ini akan kita ulas sejarah Kerajaan Banjar, lengkap dengan asal-usul nama Banjar dan Banjarmasin, hingga daftar raja atau penguasanya.
Sejarah Kerajaan Banjar
Dikutip dari buku Jejak Peradaban: Kerajaan di Kalimantan terbitan Kemdikbud, Kerajaan Banjar merupakan kerajaan yang berdiri pada 1526 M. Pusat kerajaannya berada di Kuin, sebuah daerah strategis di Banjarmasin yang tidak jauh dari pertemuan sungai-sungai besar, seperti Sungai Barito.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski Banjar kini digambarkan sebagai Kalimantan Selatan, Kerajaan Banjar dahulu memiliki wilayah yang sangat luas. Dalam buku Sekilas Mengenai Daerah Banjar dan Kebudayaan Sungainya Sampai dengan Akhir Abad-19 terbitan Kemdikbud, wilayah kerajaan tersebut dahulu mencakup Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Dalam penelitian berjudul Islamisasi Kerajaan Banjar karya Khairuzzaini dari UIN Sunan Kalijaga, dijelaskan bahwa telah berdiri Kerajaan Daha sebelum adanya Kerajaan Banjar.
Kerajaan Daha mengalami pergolakan dan terjadi perebutan kekuasaan oleh anak-anak raja. Maharaja Sukarama yang saat itu memimpin, telah berwasiat agar takhta diserahkan kepada cucunya, Pangeran Samudera.
Namun wasiat tersebut tidak dilaksanakan. Kerajaan Daha lalu dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi. Namun Mangkubumi kemudian dibunuh oleh Pangeran Tumenggung untuk menguasai takhta kerajaan.
Sementara itu, Pangeran Samudera lari dari kerajaan dan bersembunyi di daerah Banjarmasih. Dalam situs Pemkot Banjarmasin, dijelaskan di sana tinggallah orang besar bernama Patih Masih dari Desa Oloh Masih.
Patih Masih bersama beberapa Patih lainnya kemudian mengangkat Pangeran Samudera menjadi raja sesuai dengan wasiat pendahulunya dan mendirikan Kerajaan Banjar. Pangeran Samudera berhasil menaklukkan Muara Bahan dan berbagai kerajaan kecil, serta jalur-jalur sungai yang menjadi pusat perdagangan.
Pangeran Tumenggung dari Kerajaan Daha yang juga paman dari Pangeran Samudera pun melancarkan serangan ke Banjar untuk menghentikan kemajuan Kerajaan Banjar. Peperangan ini menyebabkan Kerajaan Banjar terdesak.
Pangeran Samudera akhirnya meminta bantuan Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Nusantara. Demak mengajukan syarat agar raja hingga rakyat Banjar memeluk agama Islam. Banjar pun menang, Pangeran Samudera lalu berganti nama menjadi Sultan Suriansyah.
Asal-usul Nama Banjar, Banjarmasih, dan Banjarmasin
Seperti disebutkan di atas, nama Banjar bermula dari Banjarmasih yang menjadi tempat persembunyian Pangeran Samudera saat terusir dari Kerajaan Daha. Banjarmasih adalah desa tempat tinggal orang Melayu, yang dalam bahasa Dayak Ngaju disebut Oloh Masi.
Dikutip dari buku Banjarmasih terbitan Kemdikbud, Banjarmasih berarti banjar di dekat pantai di mana patihnya memerintah orang Melayu. Setelah Raden Samudera menjadi raja, kampung Melayu ini juga berfungsi sebagai bandar, yang disebut Bandar Masih.
Pada abad ke-17, ketika Belanda datang, mereka mulai menyebut dengan Banjarmassingh dan menggunakannya sebagai sebutan resmi dalam kontrak. Pada 1845, mereka mulai menulisnya dengan Bandjermasin sesuai logat Belanda mereka.
Pada zaman pendudukan Jepang, namanya dikenal dengan Bandjarmasin dan dalam ejaan baru bahasa Indonesia menjadi Banjarmasin hingga sekarang.
Daftar Penguasa Banjarmasin
Berikut ini sejumlah penguasa Banjarmasin hingga akhir era penjajahan Belanda:
- Patih Masih, kepala Banjarmasih (Kuin Utara)
- Sultan Suriansyah (Pangeran Samudera), berlokasi di Kuin
- Sultan Rahmatullah, berlokasi di Kuin
- Sultan Mustainbillah, berlokasi di Kuin
- Sultan Agung, berlokasi di Sungai Pangeran
- Pangeran Abdullah bin Sultan Muhammadillah, Putra Mahkota
- Pangeran Dupa, Putra Mahkota
- Jan van Suchtelen (1747-1752), residen Belanda di Tatas
- Bernard te Lintelo (1752-1757), residen Belanda di Tatas
- R. Ringholm (1757-1764), residen Belanda di Tatas
- L.W. de Lile (1760-1764), residen Belanda di Tatas
- Willem Adriaan Palm (1764-1777), residen Belanda di Tatas
- Piter Waalbek (1777-1784), residen Belanda di Tatas
- Barend van der Worm (1784-1787), residen Belanda di Tatas
- Alexander Hare (1812), Resident-Comissioner Inggris di Tatas
- I.N. Nieuwen Huyzen (1860), residen Belanda di Tatas
- C.A. Kroesen (1898), residen Belanda di Tatas
- C.J. Van Kempen (1924), residen Belanda di Tatas. Mulai tahun 1919 Banjarmasin memiliki Burgemester (Wali Kota)
- J. De Haan (1924-1929), residen Belanda di Tatas
- R. Koppenel (1929-1931), residen Belanda di Tatas
- W.G. Morggeustrom (1933-1937), residen Belanda di Tatas
Demikian sejarah mengenai Kesultanan Banjar yang merupakan salah satu kerajaan terbesar di Kalimantan, sekaligus menjadi cikal bakal Banjarmasin. Semoga bermanfaat dan membuat detikers semakin mengenal sejarah Banjar.
(des/des)