Tanah liat biasa digunakan sebagai bahan kerajinan, seperti untuk membuat genteng, patung, gerabah, dan sebagainya. Tapi di beberapa daerah di Indonesia, tanah liat bisa diolah menjadi cemilan enak.
Makanan dari tanah liat ini bernama ampo. Daerah yang masih memproduksi ampo antara lain Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Belakangan, Kementerian Kebudayaan menetapkan 32 karya budaya di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb). Salah satunya adalah ampo ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti apa makanan ampo dari tanah liat ini, bagaimana cara pembuatan dan rasanya? Simak penjelasan berikut ini.
Cara Pembuatan
Dikutip dari detikJogja, ampo merupakan olahan dari tanah liat yang dikeringkan, berbentuk gulungan tipis seukuran jari manusia. Tanah liat yang digunakan juga tidak boleh sembarangan, karena harus murni tanpa campuran tanah dan kerikil.
Salah satu pembuat ampo di Kerten, Imogiri, Bantul, adalah Atun Dwi Astuti (43) yang sudah turun temurun membuat makanan ini. Dia menjelaskan proses pembuatannya.
"Pertama tanah itu kita rendam air, biar bisa dibentuk. Kalau sudah 1-2 hari nanti tanahnya bisa istilahnya pulen gitu, kan sebelumnya keras," papar Atun saat ditemui detikJogja di kediamannya di Imogiri, Jumat (13/6/2025).
"Terus kita cetak bulet itu pakai velg motor. Kita padatkan terus kita diamkan satu malam, kita angin-angin kan biar agak keras. Terus dikempleng, dipukul-pukul, setelah itu baru bisa diiris," sambungnya.
Pada proses pengirisan, ada yang dibuat tipis kecil dan ada juga yang besar. Keduanya memiliki fungsi berbeda.
"Ada dua jenis, kecil sama besar. Kalau ampo besar itu biasanya buat merebus daun pepaya biar ndak pahit. Kalau yang kecil bisa dimakan," jelas Atun.
Dia menjelaskan, proses pencarian tanah liat ini tidaklah mudah seiring berkurangnya lahan. Kini dirinya mendapatkan suplai dari perajin batu bata. Adapun tanah liat yang biasanya digunakan adalah berasal dari pegunungan.
"Biasanya tanah kedua, lapisan kedua itu. Lapisan pertama kan biasanya banyak kerikil itu to, terus tanahnya kayak padas itu, keras, kan ndak bisa. Kalau tanah kedua itu ulet. Ini masih di daerah Bantul, biasanya di pegunungan, di lereng-lereng itu. Ndak bisa semua tanah, harus tanah pilihan," ujatnya.
![]() |
Bagaimana Rasanya?
Dikutip dari detikJatim, ampo juga dikenal di Tuban. Salah satu pembuatnya adalah nenek Rasimah yang juga sudah membuatnya turun temurun.
Konon mengkonsumsi ampo mampu mengatasi masalah perut dan gatal. Selain itu, ampo juga digunakan sebagai pelengkap sesaji dalam upacara adat.
Rasimah menjelaskan cemilan ampo cocok dinikmati bersama kopi. Rasanya memiliki keunikan, terutama pada baunya yang khas.
"Rasanya gurih dan baunya khas.Yang masih biasa makan Ampo baunya kayak kendi baru, biasa dimakan sambil minum kopi," kata Rasimah kepada detikJatim, Kamis (13/3/2025).
Bagi warga sekitar, camilan buatan Rasimah ini dikenal gurih dan sangat khas. Untuk harga, Rasimah mematok Rp 10 ribu per kg.
"Untuk harga dari sini Rp 10 ribu per kg. Dan saat ini kurang lebih bisa buat 5 kg - 10 kg, soale nggih mulai buat, jemur hingga manggang butuh waktu lama," jelasnya.
(bai/bai)