Malamang di Festival Budaya Isen Mulang, Tradisi Menyambut Lemang Ala Kalteng

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Selasa, 11 Nov 2025 10:00 WIB
Tradisi malamang di Kalimantan Tengah. Foto: Dok. MMC Pemprov Kalteng
Palangka Raya -

Setiap bulan Mei, masyarakat Palangka Raya berkumpul untuk merayakan Festival Budaya Isen Mulang. Digelar dari pusat kota hingga tepian Sungai Kahayan, pesta budaya ini sudah digelar rutin sejak 1993 dan menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Tengah.

Ada satu tradisi yang selalu dinanti dan tak pernah absen setiap tahun, yaitu malamang. Tradisi ini bukan hanya diisi kegiatan memasak, melainkan sebuah bentuk penghormatan dan rasa syukur masyarakat terhadap alam serta rezeki yang mereka miliki.

Malamang sering disebut juga sebagai "menyambut lemang", yaitu momen ketika masyarakat bersama-sama membuat lemang sebagai tanda menyambut perayaan, tamu, atau musim baik yang datang.

Makna Filosofis di Balik Malamang: Menyambut Rezeki dan Kebersamaan

Seperti yang dikutip dari arsip Kemenparekraf, dalam budaya masyarakat Kalimantan Tengah, terutama di kalangan suku Dayak dan Melayu, malamang memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar memasak makanan tradisional. Lemang merupakn makanan berbahan dasar beras ketan dan santan kelapa yang dimasak di dalam bambu muda di atas bara api. Olahan ini melambangkan hasil bumi, ketekunan, dan keharmonisan manusia dengan alam.

Tradisi menyambut lemang dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas panen, perayaan adat, atau penyambutan tamu penting. Malamang dilakukan bersama-sama, diiringi canda tawa, doa, dan semangat gotong royong.

Dari Dapur ke Panggung Festival

Dalam rangkaian Festival Budaya Isen Mulang, lomba malamang menjadi salah satu acara yang paling ramai disaksikan. Peserta datang dari berbagai kabupaten seperti Barito Utara, Barito Selatan, Murung Raya, Kapuas, Pulang Pisau, dan Sukamara, masing-masing membawa cita rasa khas daerahnya.

Aroma santan dan asap bambu menguar ke udara, mengundang rasa lapar sekaligus nostalgia. Pada 2023, di UPT Taman Budaya Palangka Raya, tungku-tungku kecil berjejer rapi, sementara para peserta sibuk menyiapkan bahan dan menjaga bara api agar tetap stabil. Dalam lomba ini, proseslah yang paling berharga. Setiap anggota tim saling bekerja sama, membagi tugas, dan menjaga kekompakan.



Simak Video "Video Kembali ke Tempo Dulu Lewat Festival Budaya Loloan di Bali"


(des/des)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork