Mengenal 10 Lagu Daerah Kalimantan, Lengkap dengan Lirik dan Maknanya

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Jumat, 04 Jul 2025 05:01 WIB
Ilustrasi kekayaan budaya Kalimantan. Foto: Rengga Sancaya
Balikpapan -

Kalimantan bukan hanya dikenal dengan kekayaan alamnya, tetapi juga karena budaya daerah yang sangat beragam. Salah satunya begitu banyak lagu-lagu daerah Borneo masih dinyanyikan hingga kini oleh berbagai suku.

Lagu-lagu ini tidak sekadar menjadi hiburan, tetapi juga sarat akan nilai, pesan moral, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap lagu daerah dari Kalimantan memiliki ciri khas tersendiri, baik dari segi bahasa, irama, maupun maknanya.

10 Lagu Daerah Kalimantan Terpopuler

Lagu daerah Kalimantan memiliki ciri khas lirik yang mudah dihafal, mungkin tak jarang kamu mendengar lagu daerah Kalimantan dinyanyikan kembali dengan aransemen yang lebih modern.

Salah satu lagu daerah Kalimantan yang sangat populer adalah Ampar-ampar Pisang. Tapi tak cuma itu, masih banyak lagu daerah Kalimantan yang populer dan menarik untuk didengarkan.

Selain menyenangkan untuk didengar, lagu tradisional Kalimantan juga sarat akan makna. Pesan-pesan dan nasihat kehidupan tersirat dalam lagu-lagu daerah Kalimantan.

1. Paris Barantai

Mungkin kamu tak asing dengan lagu khas Kalimantan Selatan ini, sebab lagu Paris Barantai kerap jadi pengiring berbagai acara kenegaraan. Banyak yang mengenal lagu ini dengan potongan liriknya 'Kotabaru gunungnya bamega'.

Lagu Paris Barantai diciptakan menggunakan bahasa Banjar oleh H Anang Ardiansyah pada tahun 1959. Dalam lirik-lirik lagu Paris Barantai tidak ada satu kalimat atau kata pun memuat kata 'Paris Barantai,' tidak seperti lagu-lagu lain yang dalam lirik-liriknya paling tidak ada sedikit bersinggungan dengan judul lagu.

Lagu ini mulanya diperdengarkan di Radio Republik Indonesia (RRI), kemudian dinyanyikan kembali oleh banyak penyanyi kondang Tanah Air. Dalam buku Di Balik Bintang oleh Frans Sartono, disebutkan lagu Paris Barantai masuk dalam medley lagu daerah, berjudul 'Borneo Medley' dalam album From Indonesia with Love oleh Elfa Secioria and Elfa's Singers.

Lagu ini juga kemudian dibuat tari daerahnya, sehingga menjadi pengiring tari tradisional Kalimantan Selatan, dengan judul yang sama.

Beberapa tahun terakhir, lagu Paris Barantai banyak didengar sebab diaransemen ulang oleh Alffy Rev, seorang kreator konten YouTube yang juga dikenal sebagai komposer, produser musik, dan sinematografer. Video ini telah ditonton lebih dari 65 juta kali di YouTube dan menyajikan medley lagu-lagu daerah Indonesia yang telah diaransemen ulang dalam gaya musik Electronic Dance Music (EDM).

Karya tersebut diunggah di Hari Kemerdekaan Indonesia ke-76, memadukan unsur musik tradisional dan modern dengan tampilan visual yang memanjakan mata. Lagu Paris Barantai dipilih sebagai pembuka dan dibawakan secara memukau oleh penyanyi Novia Bachmid. Berikut liriknya:

Kotabaru gunungnya bamega
Bamega umbak manampur di sala karang
Umbak manampur di sala karang

Batamu lawanlah adinda
Adinda iman di dada rasa malayang
Iman di dada rasa malayang

Pisang silat tanamlah babaris
Babaris tabang pang bamban kuhalangakan
Tabang pang bamban kuhalangakan

Bahalat gununglah babaris
Babaris hatiku dandam kusalangakan
Hatiku dandam kusalangakan

Burung binti batiti di batang
Di batang si batang buluh kuning manggading
Si batang buluh kuning manggading

Malam tadi bamimpilah datang
Rasa datang rasa bapaluk lawan si ading
Rasa bapaluk lawan si ading

Kacilangan lampulah di kapal
Di kapal anak walanda main komidi
Anak walanda main komidi

Kasilangan guringlah sabantal
Sabantal tangan ka dada hidung ka pipi
Tangan ka dada hidung ka pipi

2. Ampar-Ampar Pisang

Ampar-ampar Pisang mungkin jadi salah satu lagu daerah Kalimantan yang paling dikenal. Lagu ini kerap diajarkan di tingkat sekolah dasar, mulai dari Sabang hingga Merauke, sehingga akrab di telinga banyak anak Indonesia.

Lagu asal Kalimantan Selatan ini diciptakan oleh Hamiedan AC dan dinyanyikan dalam bahasa Banjar. Biasanya, Ampar-ampar Pisang dinyanyikan sebagai pengiring dalam permainan tradisional anak-anak.

Sesuai dengan judulnya, lagu khas dari Kalimantan Selatan ini menggambarkan proses pengolahan pisang yang dilakukan dengan cara dijemur atau diamparkan. Namun, dalam liriknya diceritakan bahwa pisang yang baru matang satu per satu justru sudah disantap oleh anak-anak sebelum sempat diolah sepenuhnya.

Dalam penelitian berjudul Kajian Analisis Lagu Ampar-Ampar Pisang Berdasarkan Teori Estetika Paradoks yang dipublikasikan dalam situs Universitas Negeri Semarang (Unnes), Benny Mahendra menuliskan bahwa lagu Ampar-ampar Pisang memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan tradisional masyarakat Kalimantan.

Masyarakat Dayak yang banyak mendiami wilayah Kalimantan dikenal sebagai kelompok peramu. Mereka memiliki makanan khas bernama rimpi pisang, yang di beberapa daerah lain disebut sebagai sale pisang. Proses pembuatannya dimulai dengan menyusun atau menghamparkan pisang hingga matang, bahkan hingga hampir membusuk.

Setelah itu, pisang dijemur di bawah terik matahari sampai mengeras dan mengeluarkan aroma manis yang khas. Dalam masa penjemuran ini, sering kali anak-anak mencuri pisang-pisang tersebut secara diam-diam, menambah dinamika dalam aktivitas sehari-hari masyarakat.

Jika ditinjau dari sisi makna, lagu ini mengandung simbol kehidupan manusia. Pisang diibaratkan sebagai manusia yang hidup di dunia, sementara pisang matang melambangkan pribadi yang baik. Sosok yang baik tentu akan disukai dan didekati banyak orang.

Pada bagian lirik selanjutnya, lagu ini juga menyampaikan pesan moral. Segala sesuatu yang buruk atau menyimpang pada akhirnya akan terungkap. Hal ini diibaratkan dengan anak-anak yang mencuri pisang sebab meskipun mencoba menyembunyikannya, tindakan mereka tetap akan terbongkar.

Bait terakhir berfungsi sebagai penegasan dari pesan-pesan sebelumnya, yakni bahwa perbuatan jahat akan membawa konsekuensi. Ini disimbolkan lewat adegan digigit bidawang hingga kaki terputus. Makna bidawang sendiri bervariasi, ada yang menyebutnya sebagai kura-kura besar, ada pula yang menafsirkan sebagai biawak. Berikut lirik lagunya:

Ampar ampar pisang,
Pisangku balum masak,
Masak bigi di hurung bari-bari,
Masak bigi di hurung bari-bari...

Manggalepak manggalepok,
Patah kayu bengkok,
Bengkok dimakan api,
apinya cang curupan...

Nang mana batis kutung,
Dikitipi dawang
Dikitipi dawang
Ampar ampar pisang,
Pisangku balum masak...

Masak bigi di hurung bari-bari,
Masak bigi di hurung bari-bari...

3. Bebilin

Kalimantan Utara (Kaltara) memiliki lagu daerah yang populer berjudul Bebilin. Lagu ini berisi petuah atau nasehat bagi masyarakat di Kalimantan Utara.

Salah satu lirik dalam lagu Bebilin ini berbunyi "Bebilin Yaki Yadu" yang artinya adalah pesan kakek dan nenek. Lirik lagu ini mengandung makna agar setiap orang selalu mengingat nasehat dari kakek, nenek dan leluhurnya.

Ario Saputra dalam penelitiannya berjudul Kajian Semiotika dalam Lagu Tidung, menjelaskan lirik pada bait pertama bebilin yadu yaki (berpesan nenek moyang). Para leluhur telah menitipkan berbagai pesan tersembunyi, dan kini tinggal bagaimana kita sebagai generasi penerus dapat memahami serta menghayati makna dari setiap pesan yang disampaikan melalui lagu-lagu warisan mereka.

Tujuannya agar generasi masa kini bisa lebih mencintai budaya sendiri dan memetik nilai-nilai berharga dari peninggalan budaya tersebut. Konon spirit dalam lagu ini sangat terasa dan mampu membangkitkan semangat setiap orang yang mendengarnya. Karena itu, lagi daerah ini biasa dinyanyikan pada saat bekerja keras seperti memanen padi dan sebagainya.

Lagu Daerah Kalimantan Utara ini menggunakan bahasa Tidung. Lagu ini memiliki beberapa versi, salah satunya berjudul Bebilin dipopulerkan oleh Siti Aisyah. Berikut lirik lagunya:

Inindang, inindang
Inindang, inindang
Inindang, inindang
Inindang, inindang
Bebilin yadu yaki
Bebilin yadu yaki
Suboi no labu bedilit
Suboi no labu bedilit
Penembayuk de no fikir
Penembayuk de no fikir
Impeng de lunas insuai
Impeng de lunas insuai
I yadu yaki bebilin yadu yaki
I yadu yaki bebilin yadu yaki

Manongku te ganak kandis
Manongku te ganak kandis
Layau pegadan ku gino
Layau pegadan ku gino
Tembelayan awoi lumot
Tembelayan awoi lumot
Batang tembaloi ku gino
Batang tembaloi ku gino
I yadu yaki bebilin yadu yaki
I yadu yaki bebilin yadu yaki

Sapu tangan jingga-jingga
Sapu tangan jingga-jingga
Mapit kegulu injakin
Mapit kegulu injakin
Buwoi nio kati intamu
Buwoi nio kati intamu
Betapap maya bedindang
Betapap maya bedindang
I yadu yaki bebilin yadu yaki
I yadu yaki bebilin yadu yaki

Manongku te ganak kandis
Manongku te ganak kandis
Layau pegadan ku gino
Layau pegadan ku gino
Tembelayan awoi lumot
Tembelayan awoi lumot
Batang tembaloi ku gino
Batang tembaloi ku gino
I yadu yaki bebilin yadu yaki
I yadu yaki bebilin yadu yaki

4. Cik Cik Periok

Lagu Cik-Cik Periok atau Cik Cik Periuk merupakan lagu daerah yang berasal dari Kalimantan Barat, tepatnya dari wilayah Kabupaten Sambas. Pencipta lagu ini tidak diketahui secara pasti, namun diyakini bahwa lagu ini telah ada sejak sekitar 150 tahun yang lalu.

Dalam buku Mengenal Seni dan Budaya Indonesia oleh R Rizky dan T Wibisono, judul lagu ini artinya periuk yang kecil-kecil. Lagu ini menjadi pengiring permainan anak-anak, yang salah satu aturannya tidak boleh tertawa. Jika ada yang tertawa lebih dulu, ia yang akan terkena hukuman.

Dalam lagu ini turut disebut 'Raja Tunggal'. Ia adalah legenda Kesultanan Sambas yang pernah dipimpin oleh seorang Raja yang kejam bernama Raja Tan Unggal, yang kemudian dimakzulkan oleh rakyatnya.

Menurut cerita yang berkembang, lagu ini diciptakan oleh masyarakat Dayak pada masa penjajahan Belanda. Konon, pada masa itu, masyarakat Dayak Sambas menggunakan lagu Cik-Cik Periok sebagai bentuk sindiran terhadap para pendatang, khususnya tentara dari Jawa yang datang ke Kalimantan dengan mengenakan seragam khas Hindia Belanda.

Secara harfiah, istilah Cik Cik Periuk merujuk pada bunyi yang dihasilkan dari alat-alat dapur. Sementara frasa 'Belanga Sumping dari Jawa' digunakan sebagai kiasan untuk menggambarkan panci yang sudah rusak dan berasal dari Jawa.

Isi sindiran tersebut terlihat dari lirik terakhir yang berbunyi 'Cak cak bur dalam belanga' artinya semua bahan sudah tercampur dalam panci. Sedangkan lirik 'idong picak gigi rongak' berarti hidung pesek dan gigi ompong.

Cik cik periook bilanga sumping dari jawe
Datang nek kecibook bawa kepiting dua ekook
Cik cik periook bilanga sumping dari jawe
Datang nek kecibook bawa kepiting dua ekook
Cak cak bur dalam bilanga picak iddung gigi rongak
Sape kitawa dolok dipancung raje tunggak

5. Saputangan Bapuncu Ampat

Saputangan Bapuncu Ampat merupakan salah satu lagu daerah yang berasal dari Kalimantan Selatan dan diciptakan oleh Zaini dari Taboneo Group.

Lagu Sapu Tangan Babuncu Ampat memiliki lirik yang disusun dalam bentuk pantun, salah satu jenis puisi lama. Sebagaimana puisi tradisional pada umumnya, pantun sering digunakan untuk menyampaikan nasihat atau pesan moral.

Dalam lagu ini, tersirat ajakan agar seseorang berhati-hati dalam bertindak agar tidak melukai perasaan orang lain. Namun, jika justru menjadi pihak yang disakiti, lagu ini memberi pelajaran untuk tidak menyimpan rasa sakit hati.

Perasaan terluka sebaiknya dilepaskan, karena jika terus dipendam hanya akan menjadi beban sepanjang hidup. Melalui lagu ini, manusia diajak untuk saling menyayangi dan belajar memaafkan.

Dalam kehidupan sosial, konflik antar individu sering kali tak terhindarkan. Namun, lagu ini mengingatkan agar perbedaan atau perselisihan tidak berujung pada saling menyakiti.

Lebih jauh lagi, lagu ini juga menekankan pentingnya untuk tidak memelihara dendam. Sebab, menyimpan rasa dendam dalam hati dapat berdampak negatif, termasuk mengganggu kesehatan jiwa dan raga. Berikut liriknya:

Saputangan babuncu ampat
Sabuncunya dimakan api
Dimakan api

Tabang bamban jangan diparit
Mun diparit buang ka sumur
Buang ka sumur

Luka nang di tangan
Kawa dibabat
Luka nang di hati
Hancur sakali

Saputangan babuncu ampat
Sabuncunya dimakan api
Dimakan api

Tabang bamban jangan diparit
Mun diparit buang ka sumur
Buang ka sumur

Luka nang di tangan
Kawa dibabat
Luka nang di hati
Hancur sakali




(aau/bai)

Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler