Bahasa Banjar menjadi bahasa ibu yang hidup di Bumi Lambung Mangkurat alias Kalimantan Selatan, mengalir dalam percakapan sehari-hari, dari pasar hingga ke ruang tamu. Bahasa Banjar bukan hanya alat komunikasi, tapi juga cerminan keakraban dan kekhasan budaya setempat. Tak heran, memahami kosakata dasarnya adalah bekal penting jika kamu ingin benar-benar merasa diterima dan menyatu dengan kehidupan masyarakat lokal.
Kalau detikers sedang merencanakan perjalanan ke Banjarmasin, Martapura, Barabai, atau daerah-daerah lain di Kalimantan Selatan, mengenal Bahasa Banjar adalah sebuah sunnah. Tidak perlu jadi fasih, cukup mengingat beberapa frasa penting bisa membuat percakapan jadi lebih hangat dan menyenangkan.
Yuk, kenalan dengan bahasa Banjar bersama detikKalimantan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka dalam Bahasa Banjar
Nol: Huluk
Satu: Sasai
Dua: Dua
Tiga: Talu
Empat: Ampat
Lima: Lima
Enam: Anam
Tujuh: Tujuh
Delapan: Dalapan
Sembilan: Sambilan
Sepuluh: Sapuluh
Urutan nomor 11-19, detikers hanya perlu menambahkan kata 'balas'. Sementara untuk puluhan, ratusan, dan ribuan secara berturut-turut diikuti oleh kata 'pulu', 'ratus', dan 'ribu'.
Panggilan dalam Bahasa Banjar
Pian: Kamu
Ulun: Saya
Ikam: Kamu
Abah: Ayah
Ummah: Ibu
Anak: Anak
Amang: Paman
Nini: Nenek
Aki: Kakek
Ading: Adik
Laki/Kaluak: Laki-laki
Bini/Papadaan: Perempuan
Ikam sabarataan: Kalian
Andung: Bibi/tante
Guru: Sebutan untuk orang yang dihormati atau ahli agama
Pertanyaan dalam Bahasa Banjar
Apa pian handak? (Apa yang kamu mau?)
Apa taguh? (Apa kabar?)
Siapa nama ikam? (Siapa nama kamu?)
Nang mana kam pilih? (Yang mana kamu pilih?)
Bapira harganya? (Berapa harganya?)
Di mana pian tinggal? (Di mana kamu tinggal?)
Kenapa pian kada datang? (Kenapa kamu tidak datang?)
Kapan kita baisukan? (Kapan kita jalan-jalan?)
Siapa yang datang tadi? (Siapa yang datang tadi?)
Sapaan dalam Bahasa Banjar
Salam sejahtera pian: Salam sejahtera untukmu
Apa kabar pian?: Apa kabar kamu?
Salam pagi: Selamat pagi
Salam malam: Selamat malam
Jaga-jaga di jalan: Hati-hati di jalan
Kosakata Banjar yang Sering Digunakan
Berikut ini beberapa kosakata dan frasa Bahasa Banjar yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Pian: Kamu
Ulun: Saya
Kada: Tidak
Handak: Mau/Ingin
Mamintak: Minta
Sungut: Marah/Cemberut
Parak: Dekat
Gawi: Kerja/Aktivitas
Bauhandak: Suka
Baisukan: Main/Jalan-jalan
Mamaulah: Marah-marah
Barataan: Semua
Bahandap: Duduk bersila
Tapih: Sarung
Karing: Kering
Basambat: Mengeluh
Bapandir: Bercerita
Lawas: Lama/Tua
Bubuhan: Keluarga/Sekelompok orang
Kadada: Tidak ada
Nang: Yang
Pahuluan: Hulu/Pedalaman
Contoh Kalimat Percakapan dalam Bahasa Banjar
- Pian handak mamintak kue di warung kah? (Kamu mau minta kue di warung?)
- Ulun kada sangka pian bisa bapandir lawas begini. (Saya tidak menyangka kamu bisa bercerita lama begini.)
- Barataan urang kampung handak baisukan ke sungai. (Semua orang kampung mau jalan-jalan ke sungai.)
- Kadada gawi hari ini, bisa bahandap di rumah pian. (Tidak ada kerja hari ini, bisa duduk bersila di rumahmu.)
- Pian handak kamana hari ini? (Kamu mau ke mana hari ini?)
- Ulun handak ka pasar, membeli kambang. (Saya mau ke pasar, membeli bunga.)
- Kada usah mamaulah, sabar haja lah. (Nggak usah marah-marah, sabar saja.)
Sejarah Singkat Bahasa Banjar
Bahasa Banjar merupakan bagian dari rumpun Melayu, namun berkembang secara mandiri selama berabad-abad di Kalimantan Selatan dan sebagian wilayah Kalimantan Tengah serta Timur. Bahasa ini mengalami proses asimilasi dengan bahasa-bahasa Dayak, Jawa, bahkan Arab dan Belanda akibat pengaruh perdagangan, migrasi, dan Islamisasi di masa lalu.
Bahasa Banjar sendiri memiliki dua dialek utama, yaitu Banjar Hulu dan Banjar Kuala. Dialek Banjar Hulu lazim digunakan di daerah pedalaman seperti Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, dan sekitarnya. Sementara itu, Banjar Kuala banyak dipakai di daerah pesisir seperti Banjarmasin dan sekitarnya. Meski ada perbedaan dalam pengucapan dan pilihan kata, keduanya tetap dipahami oleh penutur asli.
Kini, Bahasa Banjar tidak hanya hidup dalam komunikasi harian, tapi juga menjadi bahasa pengantar dalam seni, lagu daerah, hingga konten digital. Dari pantun, madihin, hingga TikTok, Bahasa Banjar terus bertransformasi tanpa kehilangan jati dirinya.
Mempelajari Bahasa Banjar, meski hanya sedikit, adalah langkah kecil yang bisa detikers coba untuk membuka pintu ke pemahaman budaya yang lebih luas. Jadi, kapan pian baisukan ke Kalimantan Selatan?
(des/des)