Tarif Open BO Termahal Disebut Ada di Jogja, Ini Daftarnya

Tarif Open BO Termahal Disebut Ada di Jogja, Ini Daftarnya

Tim detikTravel - detikJogja
Jumat, 01 Sep 2023 14:43 WIB
Tugu Jogja menjadi salah satu spot favorit pegiat fotografi. Lampu-lampu jalanan hingga kendaraan bisa menjadi kanvas untuk melukis cahaya di Tugu Jogja.
Tarif Open BO Termahal Disebut Ada di Jogja, Ini Daftarnya. Tugu Jogja. (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)
Jogja -

Survei yang digelar CNBC Indonesia Intelligence Unit mengungkap Jogja sebagai kota dengan tarif open BO termahal se-Indonesia. Survei itu dilakukan di 59 akun Twitter penyedia jasa layanan seks dengan rataan follower 3.793 akun.

Dikutip dari detikTravel, Jumat (1/9/2023), survei ini dilakukan untuk melihat fenomena prostitusi yang kini bergeser seiring berkembangnya teknologi. Jika dulu para pekerja seks mangkal di pinggir jalan atau rumah bordil, kini beralih menggunakan media sosial.

Dari survei ini, didapat gambaran rata-rata tarif sekali open BO per jam Rp 1.117.000 untuk short time atau maksimal satu jam, dan long time atau 24 jam sebesar Rp 13.541.000.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil survei mengungkap kota Jogja sebagai kota dengan tarif open BO tertinggi yakni Rp 1.375.000 untuk short time. Tarif itu bahkan lebih mahal dari Jakarta yakni Rp 1.047.000.

Tarif open BO berdasarkan survei CNCB Indonesia Intelligence Unit

Short Time

  • Nasional Rp 1.117.000
  • Jogja Rp 1.375.000
  • Bandung Rp 1.218.000
  • Jakarta Rp 1.047.000
  • Surabaya Rp 966.000
  • Lampung Rp 950.000

Long Time

  • Nasional Rp 13.541.000
  • Jogja Rp 14.250.000
  • Bandung Rp 9.333.000
  • Jakarta Rp 8.845.000
  • Surabaya Rp 13.000.000
  • Lampung Rp 14.000.000

CNBC juga mewawancarai Cha, seorang penyedia layanan seks via Twitter. Gadis muda ini mampu meraup pendapatan hingga Rp 50 juta per bulan dari open BO.

ADVERTISEMENT

Merangkum pengalaman pribadi dan teman-temannya, Cha mengatakan ada dua faktor pemicu yang mendorong mereka terjebak dalam industri esek-esek ini.

Pertama karena tak punya cukup uang yang untuk memenuhi kebutuhan dasar sementara mencari pekerjaan sulit. Kemudian kedua karena terjebak dalam gaya hidup tinggi seperti staycation, liburan, perawatan, hingga biaya dugem di klub malam.

Sementara itu, kajian Sri Hartini Jatmikowati (2015) pada Mediterranean Journal of Social Sciences menemukan faktor lain yang membuat perempuan muda terjebak prostitusi. Di antaranya, kurangnya dialog dan keterbukaan dengan orang tua, pergaulan, kurang perhatian dari orang tua, depresi dan kehilangan harga diri.




(aku/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads