7 Bahaya Makanan Cepat Saji bagi Kesehatan, Kenapa Disebut Junk Food?

7 Bahaya Makanan Cepat Saji bagi Kesehatan, Kenapa Disebut Junk Food?

Nur Umar Akashi - detikJogja
Senin, 22 Sep 2025 15:46 WIB
Burger makanan cepat saji atau fast food
Burger makanan cepat saji. (Foto: Tamas Pap/Unsplash)
Jogja -

Seiring perkembangan zaman, ada penyiapan makanan yang tak lagi butuh waktu lama. Makanan-makanan ini disebut fast food atau cepat saji. Meski tidak semuanya, sering kali fast food disebut junk food. Mengapa?

Dirujuk dari National Nutrition Council (NNC) Filipina, istilah junk food sudah dikenal sejak tahun 1970-an. Terminologi ini dipakai merujuk pada makanan yang punya kalori tinggi, tetapi rendah nutrisi.

Bukan tanpa sebab, 'makanan-makanan sampah' ini memang tipikal dengan kandungan gula, lemak, dan garam yang tinggi. Sebaliknya, kadar serat, mineral, maupun vitaminnya rendah. Di samping itu, junk food juga mengandung perasa dan aditif buatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atas alasan-alasan itulah, istilah junk food digunakan karena mengacu pada menu makan tak sehat. Di antara makanan cepat saji yang lazim diklasifikasikan sebagai junk food adalah hamburger dan kentang goreng.

Lantas, apa bahaya makanan cepat saji bagi kesehatan jika rutin dikonsumsi sehari-hari? Baca pembahasan lengkapnya di bawah ini, yuk!

ADVERTISEMENT

Poin utamanya:

  • Tidak semua fast food dilabeli sebagai junk food.
  • Makanan disebut junk food karena kandungan gula, garam, dan kalorinya tinggi. Sebaliknya, nutrisi penting bagi tubuh, seperti mineral dan vitamin justru rendah.
  • Ada banyak bahaya makanan cepat saji yang dikategorikan sebagai junk food, seperti meningkatkan risiko diabetes, menyebabkan obesitas, dan memicu alergi.

Apa Saja Bahaya Makanan Cepat Saji?

1. Risiko Kehilangan Memori

Dirujuk dari Medical News Today, salah satu bahaya fast food yang menonjol adalah efek negatif pada memori kognitif. Hal ini disebabkan karena kekayaan fast food akan lemak dan gula. Keduanya cenderung memengaruhi peptida protein di otak.

Apa hubungannya? Peptida bertanggung jawab membentuk dan menjaga memori. Di samping itu, peptida protein ini juga punya fungsi dasar untuk belajar dan mengingat. Dalam jumlah signifikan, fast food dapat menyebabkan daya ingat seseorang menurun.

2. Potensi Diabetes

Menurut keterangan dari National Institutes of Health (NIH), diabetes adalah penyakit ketika kadar glukosa darah terlalu tinggi. Tubuh pasien diabetes tidak bisa menghasilkan insulin (untuk membantu glukosa masuk sel) dalam jumlah cukup. Bahkan, sama sekali tak memproduksi.

Dalam kondisi tersebut, glukosa tertahan di dalam darah alih-alih teralirkan ke sel sebagai energi. Efek lanjutannya, risiko kerusakan mungkin terjadi di mata, ginjal, saraf, hingga jantung. Diabetes juga dianggap berkaitan dengan kanker.

Makanan cepat saji di sisi lain, punya konsentrasi gula dan lemak tinggi. Akibatnya, kadar gula dalam darah menjadi terlalu berlebihan sehingga potensi resistensi insulin meningkat. Jika tak kunjung mengubah pola makan, pencinta fast food bisa terserang diabetes.

3. Rentan Depresi dan Anxiety

Sebuah studi pada 2021 lalu menemukan fakta makanan-makanan sehat membuat mood seseorang positif. Sebaliknya, kebiasaan makan fast food justru memberi efek negatif. Dampak ini lebih signifikan bagi wanita dibanding pria.

Jika dikonsumsi berlebihan dan rutin, mood buruk bukan jadi hal yang jarang. Ketidakstabilan energi dan mood berpotensi menaikkan risiko depresi dan kecemasan alias anxiety. Lebih-lebih, kandungan makanan cepat saji diyakini dapat berdampak ke otak, membuat sensitivitas serotonin turun.

4. Penyebab Obesitas

United States Department of Agriculture menyebut makanan cepat saji punya satu ciri umum: tinggi kalori. Nah, jika seseorang makan lebih banyak kalori dari pada yang dibutuhkannya untuk beraktivitas, penambahan berat badan dapat terjadi. Lama kelamaan, bukan sekadar naik berat badan saja, tetapi juga obesitas.

5. Biang Kerok Alergi

National Finishing & Cookery Institute (NFCI) dalam laman resminya menyatakan ada kaitan antara makanan cepat saji dengan alergi. Hal ini didasarkan atas sebuah studi tahun 2018 lalu. Alergi yang diyakini bisa naik potensinya karena fast food adalah asma, eksim, dan rhinoconjunctivitis.

6. Kemungkinan Penyakit Jantung

Seperti halnya telah disebut sekilas di atas, fast food sering kali merupakan sumber garam yang kaya. Padahal, garam ditengarai merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya tekanan darah seseorang.

Melonjaknya tekanan darah berimplikasi pada hal lain. Orang dengan tekanan darah tinggi rentan terhadap serangan jantung, stroke, maupun penyakit jantung. Oleh karena itu, konsumsi fast food mesti dibatasi dalam jumlah aman.

Belum cukup, Food and Drug Administrations (FDA) Amerika Serikat mencatat diet tinggi lemak khas fast food menyebabkan naiknya kolesterol jahat (LDL) sekaligus menurunkan jumlah kolesterol baik (HDL). Hal ini hanya bisa berarti satu hal: bertambahnya kemungkinan penyakit jantung.

7. Kerusakan Gigi

Dikutip dari Healthwire, zat kimia yang dilepaskan saat pencernaan makanan cepat saji dapat merusak gigi. Dikombinasikan dengan kebiasaan buruk tidak menyikat gigi sampai bersih, penumpukan plak dapat terjadi. Pada gilirannya, berbagai masalah gigi, seperti lubang, mungkin terjadi.

Tips Konsumsi Makanan Cepat Saji

Dilansir situs resmi University of Florida, menghilangkan kebiasaan makan hidangan cepat saji bukan hal yang mudah. Sebagai ganti pemberhentian total yang sulit itu, ada beberapa tips konsumsi untuk diterapkan, yakni:

  1. Jaga porsi. Hindari makanan cepat saji dengan porsi lebih. Contohnya, kamu bisa memesan burger dengan roti tunggal alih-alih ganda. Bisa juga coba pesan menu anak-anak agar lebih sedikit.
  2. Beberapa restoran cepat saji juga menawarkan pilihan menu yang lebih sehat, seperti salad dan oatmeal. Makanan-makanan ini bisa kamu konsumsi ketimbang fast food yang berdampak buruk. Pun, rasanya tak kalah lezat.
  3. Umumnya, bersama fast food, datang pula minuman yang terlalu manis. Minuman semacam ini adalah sumber utama kalori berlebihan yang perlu dihindari. Perlahan-lahan, ganti dengan minuman lain, seperti air putih, susu rendah lemak, atau teh tanpa gula.
  4. Makanan cepat saji yang melibatkan proses penggorengan perlu dikurangi konsumsinya, seperti ayam dan kentang. Sebagai ganti, pilih makanan yang diproses dengan cara panggang atau bakar.
  5. Tips lainnya adalah memperhatikan kata kunci menu. Hindari makanan, seperti 'krim', 'renyah', atau 'goreng'. Biasanya kata-kata tersebut berasosiasi dengan kandungan lemak dan kalori tinggi.
  6. Pilih lauk yang lebih sehat. Dibanding kentang goreng yang tinggi garam, detikers bisa coba menggantinya dengan salad, irisan apel, atau kentang panggang. Menu-menu alternatif ini biasanya tetap ada di restoran cepat saji.
  7. Kurangi beli hidangan penutup. Beberapa orang terbiasa menutup makan berat dengan hidangan penutup. Sayangnya, makanan-makanan ini sering kali adalah bom waktu karena kalorinya tinggi. Jika tetap ingin makan dessert, coba pesan buah atau yoghurt.

Demikian pembahasan lengkap mengenai bahaya makanan cepat saji. Semoga bermanfaat!




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads