Benarkah Sarapan Terbaik Adalah Tidak Sarapan? Ini Faktanya

Benarkah Sarapan Terbaik Adalah Tidak Sarapan? Ini Faktanya

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Jumat, 08 Agu 2025 18:09 WIB
Ilustrasi Sarapan Sehat
Ilustrasi sarapan. Foto: Shutterstock/
Jogja -

Selama bertahun-tahun, sarapan disebut sebagai kunci hidup sehat. Banyak yang percaya bahwa makan pagi bisa meningkatkan energi dan menjaga metabolisme tetap aktif. Tapi kini, muncul pertanyaan yang mengganggu kepercayaan lama ini, yaitu benarkah sarapan terbaik adalah tidak sarapan?

Sejumlah penelitian terbaru mulai membantah klaim bahwa sarapan adalah keharusan. Fakta-fakta ilmiah menunjukkan bahwa melewatkan sarapan sebenarnya cukup aman dan bisa membawa manfaat untuk metabolisme dan pengendalian berat badan.

Jadi, apakah sarapan yang baik adalah tidak sarapan? Berikut adalah penjelasan lengkap berdasarkan hasil studi terbaru dari berbagai sumber tepercaya dari Healthline, University of Wisconsin-Madison, dan Harvard Health Publishing. Mari kita simak!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Benarkah Sarapan Terbaik Adalah Tidak Sarapan?

Selama bertahun-tahun, banyak yang menganggap bahwa melewatkan sarapan bisa menyebabkan berat badan naik. Namun, penelitian terbaru justru menunjukkan hal yang berbeda.

Beberapa uji coba acak (randomized controlled trials) membuktikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam berat badan antara orang yang sarapan dan yang tidak. Bahkan, sebuah studi di Australia yang menganalisis 13 penelitian menemukan bahwa peserta yang rutin sarapan justru mengonsumsi lebih banyak kalori harian dibanding yang melewatkannya.

ADVERTISEMENT

Rata-rata, mereka makan 260 kalori lebih banyak setiap hari dan mengalami kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg selama 7 minggu. Fakta ini membantah anggapan bahwa melewatkan sarapan akan membuat tubuh kelaparan dan makan berlebihan di siang hari.

Bagi sebagian orang, tidak sarapan justru bisa memberikan manfaat. Melewatkan sarapan adalah bagian dari pola makan intermittent fasting yang semakin populer. Salah satu metode yang banyak diterapkan adalah puasa 16 jam semalam dan makan dalam jendela waktu 8 jam, biasanya dimulai dari makan siang hingga malam.

Pola makan ini membantu tubuh masuk ke dalam fase pembakaran lemak. Ketika tubuh tidak menerima asupan makanan dalam waktu tertentu, kadar insulin akan menurun, sehingga tubuh mulai menggunakan cadangan lemak sebagai sumber energi. Ini membuat metabolisme bekerja lebih efisien.

Lebih dari itu, intermittent fasting telah dikaitkan dengan penurunan berat badan, peningkatan sensitivitas insulin, dan penurunan risiko penyakit metabolik. Namun, penting juga untuk diingat bahwa efeknya bisa berbeda pada setiap individu. Ada yang merasa lebih fokus dan berenergi, tetapi ada juga yang justru merasa pusing atau lemas.

5 Fakta tentang Sarapan yang Perlu Diketahui

Jika masih ragu apakah perlu sarapan atau tidak, berikut adalah beberapa fakta penting yang bisa membantu mempertimbangkan pilihan.

1. Sarapan Tidak Meningkatkan Metabolisme

Banyak yang percaya bahwa makan pagi akan memicu metabolisme tubuh bekerja lebih cepat. Sayangnya, klaim ini tidak didukung bukti ilmiah. Yang disebut sebagai 'thermic effect of food' memang ada, yaitu proses pembakaran kalori setelah makan.

Namun, efek ini tidak tergantung pada kapan makanan dikonsumsi. Studi yang dikutip oleh Healthline menunjukkan bahwa total kalori yang dibakar dalam sehari tidak berbeda antara orang yang sarapan dan yang tidak. Artinya, sarapan tidak memberikan keunggulan metabolik seperti yang sering diklaim.

2. Melewatkan Sarapan Tidak Membuat Tubuh Gemuk

Salah satu alasan umum untuk sarapan adalah agar tidak makan berlebihan nanti. Namun, data dari uji coba terkontrol menunjukkan bahwa meskipun rasa lapar meningkat saat makan siang, jumlah makan tidak cukup untuk menggantikan kalori sarapan yang dilewati. Bahkan, beberapa penelitian menemukan bahwa melewatkan sarapan bisa mengurangi asupan kalori harian hingga 400 kalori.

Dalam studi yang dirangkum peneliti dari Melbourne, peserta yang sarapan justru makan 260 kalori lebih banyak per hari dibanding mereka yang tidak. Melewatkan sarapan tidak otomatis menyebabkan kelebihan makan di kemudian hari.

3. Sarapan Sering Kali Identik dengan Makanan Tinggi Gula

Sumber dari Harvard Health Publishing menyoroti bahwa lorong sereal di supermarket adalah salah satu bagian paling berisiko jika dilihat dari aspek nutrisi. Banyak pilihan sarapan di pasaran yang sebenarnya penuh dengan gula dan karbohidrat sederhana, namun dikemas seolah-olah sehat.

Makanan tersebut justru berpotensi buruk jika menu yang dipilih adalah sereal manis, roti putih, atau minuman tinggi kalori. Dalam hal ini, melewatkan sarapan bisa jadi lebih baik dibanding makan makanan olahan berkualitas rendah.

4. Studi yang Mendukung Sarapan Umumnya Hanya Observasional

Banyak klaim bahwa sarapan membuat tubuh lebih sehat berasal dari studi observasional, bukan studi intervensi. Studi observasional hanya melihat pola yang terjadi di populasi, dan tidak bisa menunjukkan hubungan sebab-akibat.

Misalnya, orang yang rutin sarapan cenderung juga punya gaya hidup teratur, tidak kerja malam, dan berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih tinggi. Semua faktor ini bisa memengaruhi kesehatan tanpa kaitan langsung dengan sarapan. Maka, tidak bisa disimpulkan bahwa sarapanlah yang membuat seseorang lebih sehat.

5. Tidak Sarapan Bisa Menjadi Bagian dari Pola Makan yang Sehat

Melewatkan sarapan adalah kebiasaan yang umum dalam praktik intermittent fasting, khususnya metode 16/8. Dalam pola ini, makan hanya dilakukan selama 8 jam, misalnya dari siang sampai malam.

Studi menunjukkan bahwa puasa 16 jam semalam bisa menurunkan kadar gula darah dan insulin, yang memungkinkan tubuh membakar lemak sebagai energi. Ini mendukung konsep bahwa tidak makan di pagi hari memberi waktu bagi tubuh untuk menggunakan cadangan energi, bukan menumpuknya terus dengan asupan baru. Jadi, dari sisi metabolik, tidak sarapan bisa memberi manfaat, terutama dalam konteks kontrol berat badan dan peningkatan kesehatan metabolik.

Jadi, Benarkah Tidak Sarapan Itu Lebih Baik?

Saat ini, tidak ada bukti kuat yang mendukung bahwa sarapan adalah kunci kesehatan atau penurunan berat badan. Justru, bagi sebagian orang, tidak sarapan bisa menjadi cara efektif untuk mengontrol kalori dan meningkatkan metabolisme.

Namun, jika merasa lapar di pagi hari dan ingin makan, sarapan dengan menu kaya protein dan serat tetap bisa menjadi pilihan yang baik. Sebaliknya, jika tidak merasa lapar, tidak sarapan pun bukan masalah, asalkan tetap menjaga kualitas makanan sepanjang hari.




(par/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads