Ketua Bidang Adat dan Akomodasi Dhaup Ageng, KRT Radyo Wisroyo memaparkan, para tamu akan menerima sajian secara bertahap. Hidangan itu mulai dari pembuka, utama, hingga penutup.
Untuk menu utama, salah satu dihidangkan selama pelaksanaan Pahargyan hari pertama adalah Uter-uter Tahu. Hidangan ini bisa dikatakan begitu spesial karena dulunya sering disajikan sebagai makan siang Paku Alam VIII.
"Hidangan sehari-hari yang dulu di era Sri Paduka kedelapan, itu untuk dhahar (makan) siang beliau, yaitu Uter-uter tahu," ujar Kanjeng Radyo.
Makanan tersebut, tutur Kanjeng Radyo, Uter-uter Tahu itu dimasak menggunakan santan. Namun, di dalam santan itu terdapat kocokan telur. Kemudian ditambahkan potongan cabai.
"Kalau Uter-uter memang di eranya Jumeneng (bertakhta) Paku Alam VIII, di tahun 1940-an," ujar Kanjeng Radyo menambahkan.
Selain Uter-uter Tahu, hidangan era Paku Alam terdahulu yang muncul dalam resepsi adalah Sop Pindang Serani. Kuliner ini termasuk spesial karena sudah mulai jarang ditemui.
Bahkan, berdasarkan keterangan Kanjeng Radyo, menu ini sudah ada sejak tahun 1900-an. Dibuktikan dari beberapa naskah kuno yang ada di Pura Pakualaman.
"Sop Pindang Serani ini yang era Paku Alam VII dan VIII, ya di tahun awal-awal 1900-an. Yang bisa kami telusuri dari tulisan-tulisan yang ada di Kadipaten Pakualaman, nah itu ada," jelasnya.
![]() |
Dibuka dengan Kuliner yang Harus Dipesan Khusus
Begitu para tamu Pahargyan duduk di kursi masing-masing, mereka akan disuguhi dua jenis welcome drink. "Bisa menikmati unjukan (minuman) sereh lime atau sereh dengan jeruk nipis, atau jahe dengan jeruk nipis," jelas KRT Radyo Wisroyo.
Setelah itu, undangan bakal mendapatkan beberapa kudapan, seperti kroket dan satu kudapan yang bisa dikatakan langka mendapatkannya. Garulina namanya.
Kanjeng Radyo mengungkapkan, untuk mendapatkan Garulina, mereka sampai harus memesan secara khusus kepada keturunan pembuatnya.
"Di sini (Jogja) Garulina sudah sangat sulit didapatkan. Kami untuk acara ini memesan langsung kepada generasi ketiga dari yang waktu itu membuat di tahun 1950-an," jelas Kanjeng Radyo kepada wartawan, Rabu (10/1/2024).
"Kita kulik terus karna itu tidak dijual sehari-hari. Kita harus pesan. Jadi itu makanan yang langka," imbuhnya.
Garulina sendiri, lanjut Kanjeng Radyo, menjadi kudapan pembuka dalam jamuan makan siang Pahargyan Dhaup Ageng Pakualaman hari pertama.
"(Garulina) ini bukan makanan Jawa sebetulnya. Semacam lapis legit namun ada yang berbeda, ada lapisan khusus semacam fla," bebernya.
Ditutup dengan Puding Ketan Ijo
Rangkaian jamuan makan siang tersebut akan ditutup dengan dua hidangan yaitu es buah dan puding ketan ijo.
"Untuk tamu-tamu VVIP kita menyediakan semacam puding, namanya puding ketan ijo. Kita padukan dengan es krim," pungkas Kanjeng Radyo.
(apu/ahr)
Komentar Terbanyak
Amerika Minta Indonesia Tak Balas Tarif Trump, Ini Ancamannya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya