Sejatinya kafe di Jalan Beringin Raya, Maguwoharjo, Sleman ini full bernuansa Jawa. Tak cuma bangunan induknya yang bergaya arsitektur Joglo, khas Yogyakarta tapi juga berbagai perabotan dan aneka pernak-pernik yang mengkhiasi di sekelilingnya.
Tamannya tertata rapi dan bersih, juga terdapat kolam ikan di depan teras. Aneka pohon dan tanaman yang berada di sana terkesan dirawat dengan baik dan membuat teduh area luar bangunan resto. Di samping luar pagar resto, terbentang petak-petak sawah yang menghijau mengelilingi resto sehingga memberi nuansa alam pedesaan.
Dengan lahan seluas 2.500 meter, desain coffee shop ini mengusung konsep tradisional. Bangunan utama yang didominasi bahan kayu dan dekorasi unik menyambut kami ketika pertama kali datang, Sabtu (30/9/2023) menjelang duhur. Ternyata bukan cuma bangunannya yang bernafas tradisional, tapi furniturnya juga unik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebanyakan itu kayu-kayu bekas yang saya beli dan kumpulkan sejak masih dinas di AU," kata pemilik kafe, Wahyudi Sumarwoto, kepada detikJogja.
Dia adalah pensiunan Angkatan Udara berpangkat jenderal. Persisnya Marsekal Pertama atau setara dengan Brigadir Jenderal di Angkatan Darat.
Dia lulusan Akademi Udara 1985, kalau di Angkatan Darat seangkatan dengan mantan Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo. Wahyudi yang biasa disapa 'Mbah Wo' pernah menjadi pilot pesawat tempur kursi tunggal Hawk buatan Inggris dan Skyhawk buatan Amerika Serika (AS).
Redwood yang mulai dibuka pada 24 Desember 2019 menawarkan aneka menu tradisional racikan Wahyudi. Ada Bakmi Jawa Mbah Wo, gule dan sate kambing mendoniko, tongseng, nasi bakar, ayam gecheck, hingga nasi liwet Solo. Untuk harga ada di kisaran Rp 20 ribu-35 ribu. Tapi ada juga menu yang dipatok hingga Rp 180, yaitu endas kambing utuh.
Bagi pecinta kopi dan minuman ringan lainnya, di sini juga terdapat area khusus. buat menikmati secangkir kopi dengan camilan mendoan, cireng, aneka donat dan lainnya. Pengunjung bisa duduk di lantai atas menghadap ke hamparan sawah.
![]() |
Selain rasa yang cocok di lidah dan harga ramah di kantong, para pelayannya juga ramah dan responsif. Ketika kami hendak salat zuhur dan menemukan lantai berdebu karena angin yang cukup kencang siang itu, mereka langsung sigap membersihkannya.
Ikhwal nama RedWood, Wahyudi menyebutnya sebagai nostalgia saat bertugas ke Alaska, AS pada 2015. Saat mengunjungi pangkalan Angkatan Udara di ujung utara Amerika itu dia terkesan dengan pohon besar yang tingginya sekitar 100 meter.
"Namanya Red Wood," kata lelaki kelahiran Jogja, 16 Juni 1960 itu.
Red Wood, lanjutnya, juga bisa ditulis dengan inisial RW. Inisial serupa merupakan kepanjangan nama sang istri Rifka Ramadhani dan dirinya, Wahyudi Sumarwoto.
"Jadi, RW itu ya Rifka dan Wahyudi," ujarnya tertawa.
Selengkapnya di halaman berikut.
Saat bertugas sebagai Atase Pertahanan di Beijing pada 2006-2009, di waktu senggang atau hari libur dia mengaku kerap ngeluyur untuk menikmati aneka kuliner khas di sana. "Jadi lidah saya ini sudah terlatih lah untuk mencicipi aneka cita rasa menu masakan," ujarnya.
Namun cita-citanya membuat kedai atau kafe baru terinspirasi saat beberapa kali dinas ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di sana ada kafe yang dikelola oleh seorang warga negara asing yang sangat ramah.
![]() |
Si Bule ini biasa menghampiri dari meja satu ke meja yang lain menyapa tamu-tamunya. Dari situ Wahyudi membatin bahwa dirinya kelak bila sudah pensiun sepertinya bisa membuka kafe dan bergaya seperti si Bule.
"Buat pensiunan seperti saya kan itu asyik bisa menambah kenalan, teman, berbagi cerita dan pengalaman," kata Wahyudi yang terakhir menjabat Wakil Komandan Kodiklat dan pensiun pada 2018.
Selain membuka usaha kafe Red Wood, Wahyudi mengisi waktunya dengan mengajar di Institut Teknologi Dirgantara Adisutjipto (ITDA). "Saya Ketua Senat di sana," ujarnya.
Simak Video "Video: Tampang 'Mas-mas Pelayaran' yang Bentak Driver di Godean"
[Gambas:Video 20detik]
(jat/ams)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang